Sound of Freedom
Kalau membicarakan tentang keselamatan anak, orang tua mana yang tidak ingin melindungi anaknya.
Bahkan kalau perlu nyawa jadi taruhan. Apalagi ketika anak yang kita sayangi tidak diketahui keberadaannya akibat penculikan yang dilakukan oleh sindikat penculikan, perdagangan sekaligus pedofil.
Aarrghh…nggak kebayang rasanya kalau dihadapkan pada situasi itu, marah, sedih, kesal campur aduk.
Itu pula yang dirasakan oleh Tim Ballard (diperankan dengan ciamik oleh Jim Caviezel) ketika mengetahui kasus yang menimpa kedua anak Roberto, Miguel dan Rocio yang hilang dan ternyata masuk dalam jaringan perdagangan anak dan pedofil dalam film Sound of Freedom produksi Angel Studio, Amerika Serikat.
Film dibuka dengan adegan Rocio yang sedang memainkan musik menggunakan alat seadanya dan menyenandungkan nada lagu.
Rocio gadis kecil dari Tegucipalga, Honduras yang mempunyai hobi menyanyi dan ditawarkan sebagai model oleh Giselle aka Katty, seorang mantan ratu kecantikan yang sengaja merekrut anak-anak untuk talentnya.
Sebenarnya berat bagi Roberto untuk melepaskan Rocio untuk tawaran itu namun karena tuntutan ekonomi akhirnya membuat Roberto mengijinkan Rocio dan juga Miguel dibawa Katty.
Sampai di adegan ketika Roberto meninggalkan kedua anaknya pada Katty, saya menebak film ini akan banyak bercerita tentang kasus perdagangan anak, seks pada anak dan juga pedofil.
Ternyata kepercayaan Roberto pada Katty disalahgunakan, kedua anaknya hilang tak tentu rimbanya ketika Roberto hendak menjemput lagi kedua anaknya.
Menonton film Sound of Freedom yang disutradarai dan ditulis oleh Alejandro Monteverde ini, ada rasa berkecamuk dalam hati, marah, sedih. Bagaimana mungkin anak-anak dijadikan objek seksualitas oleh orang dewasa yang seharusnya melindunginya? Kenyataan di luar sana masih banyak orang-orang dewasa yang mempunyai kelainan seks pada anak yang membuat sindikat perdagangan dan ekploitasi seks pada anak serta pedofil terus meningkat. Tim yang harus menangani kasus ini awalnya tidak ingin menerima, berat rasanya, namun ketika membayangkan putrinya dan melihat kenyataan kamarnya kosong seperti yang dirasakan Roberto saat ini sungguh sangat tidak dapat diterima.
Ketika Tim berhasil menemukan Miguel terlebih dahulu dengan melakukan penyamaran, kenyataan bahwa masih ada Rocio yang tidak diketahui keberadaannya dan juga anak-anak lainnya. Apalagi ketika Miguel menitipkan kalung yang diberikan oleh kakaknya Rocio dan meminta dia untuk menemukan Rocio, hatinya serasa teriris pedih. Bagaimanapun Tim adalah seorang ayah dengan 7 orang putra dan putri dan itu membuatnya tidak bisa menerima hal tersebut. Tidak mudah menemukan Rocio, Tim telah mengusahakan berbagai cara dan mengerahkan informasi untuk mendapatkan informasi keberadaan Rocio.
Dengan bantuan Vampiro (diperankan oleh Bill Camp)dan juga seorang pengusaha yang kerap membantu tugas-tugasnya, Paul (diperankan oleh Eduardo Verastegui) akhirnya diputuskan untuk mencari dan membebaskan Rocio yang ternyata telah dijual pada seorang kepala gerombolan pemberontak di pulau terpencil di Amazon dan dijadikan budak seksnya. Rasanya tidak mungkin untuk bisa menemukan Rocio, mengingat kondisi dan situasi lokasi tempat gerombolan pemberontak itu berada di tempat yang tidak terjangkau. Namun Vampiro mengatakan bahwa ada yang bisa menembus lokasi itu yaitu orang-orang yang mereka butuhkan seperti petugas kesehatan. Dengan menyamar sebagai petugas kesehatan berangkatlah Tim dan Vampiro menuju lokasi tempat gerombolan pemberontak itu berada. Akankah Tim berhasil menemukan Rocio dan membawa pulang?
Film yang dibuat berdasarkan kisah nyata ini berusaha untuk menginformasikan pada dunia bahwa kasus perdagangan anak, eksploitasi seks anak serta pedofil yang jumlahnya meningkat ini sangat membuat miris. Anak-anak adalah anak-anak Tuhan yang tidak untuk dijual, tidak untuk diperdagangkan. Tugas kita semua untuk dapat menjaga anak-anak dari tindakan ilegal orang-orang dewasa yang tidak berprikemanusiaan. Mereka berhak meraih mimpi dan mencapai masa depan, tidak seharusnya kita sebagai orang dewasa merenggut itu dari mereka.
Kontributor : Hida