Dalam sejarah pembuatan film Amerika yang sangat independen dan sangat murah, beberapa waralaba telah mencapai umur panjang atau status cult. Salah satunya adalah The Toxic Avenger dari Lloyd Kaufman dan Michael Herz, kisah adiwira asal New Jersey yang jauh dari gambaran stereotip tokoh-tokoh adiwira modern masa kini. Baru-baru ini beredar kabar bahwa proyek rebootnya yang sudah digagas sejak tahun 2010 sudah berhasil merekrut beberapa nama kondang, antara lain Peter Dinklage dan Jacob Tremblay. Oleh karena itulah, rasanya ini momen yang tepat untuk mengangkat kembali perihal film aslinya.
Tromaville, New Jersey, ibukota pembuangan limbah beracun dunia serta lokasi untuk setiap produksi Troma berikutnya, juga merupakan rumah bagi Melvin Junko (Mark Torgl), meskipun ia kadang-kadang disebut Melvin Ferd karena beberapa alasan. Apapun nama belakangnya, Melvin adalah anak laki-laki yang baik hati, berwatak lembut, tidak terlalu pintar di klub kesehatan setempat.
Beberapa pelanggan tetap di klub tersebut terdiri dari sekelompok remaja nakal – Bozo (Gary Schneider), Slug (Robert Prichard), Julie (Cindy Manion), dan Wanda (Jennifer Babtist). Mereka sering berbuat onar dan memukuli orang-orang. Untuk membalas dendam pada Melvin yang secara tidak sengaja menyiram air pada mereka, mereka melakukan tindakan balasan yang mengakibatkan Melvin tercebur ke dalam bak berisi limbah beracun.
Karena kecelakaan itulah Melvin justru berubah menjadi makhluk menyeramkan perkasa. Dengan keadaannya yang sekarang, Melvin kemudian menjadi seorang pahlawan pelindung kota dan memerangi segala bentuk kejahatan di sana, sebagai The Toxic Avenger.
Awalnya disusun oleh Kaufman pada pertengahan 1970-an sebagai sesuatu yang disebut Health Club Horror, The Toxic Avenger, difilmkan di sekitar New Jersey dengan pemain dan kru tanpa nama seharga sekitar $ 500.000 dan selesai pada tahun 1984. Judul baru, sebenarnya, mungkin lebih merupakan yang ditentukan belakangan, karena selain narasi penutup, nama Toxic Avenger (apalagi “Toxie”) tidak pernah muncul di film.
Dibalut dengan sarat adegan sadis dan menjurus gore khas film aksi 1980an, film adaptasi komik ini sejatinya adalah film tentang adiwira, meskipun pendekatannya menjurus ke tipikal film horor. Dengan tema kebaikan melawan kejahatan.
Sayangnya, dengan pendekatan ini, pada pertama kali dirilis di tahun 1984, film berating R ini tidak berhasil menarik simpati banyak penonton. Baru, satu tahun setelah perilisannya, dan setelah lama diputar di Bleecker Street Theatre di New York sebagai film tengah malam, golongan fans berat film ini mulai muncul dan semakin bertumbuh. Belakangan baru diketahui bahwa versi yang diputar di bioskop dan di medium lain merupakan hasil sensor besar-besaran, sedangkan versi asli editor’s cutnya baru bisa dilihat di versi DVD resminya yang dirilis sekitar tahun 2000an.
Dengan gaya film buku komik yang tepat, film aslinya diakhiri dengan sedikit sekuel, dan pada tahun 1989 Kaufman dan Herz akhirnya berhasil membuatnya. Masalahnya adalah, di akhir pengambilan gambar Kaufman menyadari bahwa ia memiliki terlalu banyak bahan untuk materi film berdurasi 90 menit.
Akibatnya, dalam langkah yang dua puluh tahun ke depan kini kerap ditempuh banyak sineas, ia memilih untuk mengedit semua materi bersama-sama, memotongnya menjadi dua, dan merilisnya sebagai dua film: The Toxic Avenger, Part II dan The Toxic Avenger Part III : The Last Temptation of Toxie. Dirilis pada tahun 2000, Citizen Toxie: The Toxic Avenger Part IV yang mengeskalasi nyaris seluruh formula dari film aslinya menutup rangkaian film layar lebar mengenai saga asli The Toxic Avenger.
Sementara di medium lain The Toxic Avenger sempat menelurkan serial film animasi berjudul Toxic Crusaders, yang kemudian materinya disunting ulang menjadi film animasi direct to video berjudul Toxic Crusaders: The Movie. Tidak itu saja, bahkan versi drama Broadwaynya juga pernah diproduksi. Perkembangan terbarunya, adalah franchise film ini akan direboot oleh pihak Legendary Pictures yang kini menjadi pemilik hak cipta filmnya.