IF, Teman Khayalan
Konsep ide bahwa sesuatu yang selama ini disampaikan dan dianggap sebagai sesuatu yang tidak ada dan hanya merupakan imajinasi /khayalan, ternyata ada bukanlah merupakan ide baru.
Negara Amerika dapat dikatakan memperkenalkan konsep ini melalui film-filmnya ini , terutama yang bernuansa Natal seperti Elf (2003), Bad Santa (2003), The Muppet Christmas Carol (1992), Rudolph the Red-Nosed Reindeer (1964) dan lainnya.
Rata-rata film bertemakan ini memang sukses dan banyak ditonton di Indonesia.
Namun ada yang spesial dari film IF , Teman Khayalan ini. Merupakan karya John Krasinski, yang dikenal melalui A Quiet Place, penonton diajak berpetualang.
Film ini memang lebih difokuskan kepada film keluarga, kisahnya diambil dari sudut pandang Bea (Cailey Fleming), seorang remaja tanggung ,dengan usia di antara perbatasan anak-anak dan orang dewasa
Artikel ini akan mengandung spoiler, jadi hanya bagi yang telah menonton saja yang baiknya membaca.
Bea
Ada sesuatu kesan yang sedih, saat perkenalan awal Bea. Diperlihatkan masa anak-anaknya sangatlah menyenangkan karena keluarganya memberikan semua ruang yang diperlukan dalam menjalani hari-harinya.
Ia memiliki kegemaran yang terlihat menyenangkan dan penuh imajinasi, namun ada bayangan kegelapan yang mengintainya yaitu kondisi Ibunya.
Melalui gaya penceritaan yang detil, kilas balik yang jelas. Penonton dibawa pada kesan bahwa Ibu Bea meninggal dan hanya tinggal Bea dan ayahnya (John Krasinski)
Kemudian saat penonton dibawa ke waktu masa kini, terungkaplah bahwa ayah Bea pun menderita sakit dan akan di operasi.
Penonton pun dibawa kembali ke “rumah lama” Bea dan bertemu dengan neneknya, yang terlihat canggung menghadapi Bea.
Bea selalu merasa ada sesuatu yang mengikuti dan mengawasinya, disini gaya penceritaan masih terasa akan elemen horor John Krasinski.
Saat inilah momen Bea berjumpa dengan Cal (Ryan Reynolds) , yang nampaknya memiliki suatu rahasia dan Bea ingin mengungkapkan dan membantu.
Konsep IF, Teman Khayalan
Penonton pada babak ini akan langsung dibawa pemikirannya ke dalam dunia Bea yang ceria. Penonton diperkenalkan pula akan karakter-karakter teman khayalan yang mulai bermunculan satu per satu.
Bea pun merasa tertantang dan kembali merasakan kebahagiaan dalam proses membantu ini. Penonton dengan cepat akan melihat semua trasformasi ini melalui gerak-gerik Bea serta perubahan raut wajahnya.
Bersama Bea, Cal dan dua tokoh teman khayalan kupu-kupu berbentuk manusia (disuarakan oleh Phoebe Waller-Bridge) dan Blue (disuarakan oleh Steve Carell) serta teddy bear tua bernama Lewis (disuarakan Louis Gossett Jr.) petualangan dimulai.
Review IF, Teman Khayalan
Film ini memang membawa ciri khas John Krasinski. dengan elemen misteri yang harus dipecahkan dengan akhir yang penuh kejutan dan juga twist yang terakhir Cinemags rasakan saat menonton The Sixth Sense.
Bagi penonton anak-anak, akan mengingatkan betapa bahagianya masa sekarang saat mereka tak perlu memikirkan hal=hal orang dewasa, dan mengingatkan imajinasi itu perlu.
Bagi orang dewasa, akan mengingatkan perlunya memahami dunia anak-anak , terutama saat ayah Bea dalam beberapa adegan, menekankan kalimat tidak akan berubah. Ada pesan mendalam disini.
Ayah Bea memang terlihat tetap berupaya mempertahankan nuansa imajinatif bagi anaknya, yang dibantah terus menerus oleh Bea bahwa ia bukan lagi anak-anak. Mengamdung kesan bahwa ia tiada waktu lagi akan dunia imajinasi.
Pada akhirnya akhir kisah ini memang mengandung bawang bagi sekeluarga dan terasa menyenangkan.
Ciri khas John Krasinski lainnya, juga terlihat dari pengambilan gambar dengan warna yang hangat saat suasana menyenangkan.
Kemudian kepada warna gelap dan muram saat Bea menghadapi dunia yang sebenarnya, aayahnya sakit dan harus dioperasi.
Kesimpulan Review IF, Teman Khayalan
Ini adalah sebuah film yang akan menarik perhatian, terutama bagi anak-anak dan orang dewasa yang masih senang berimajinasi.
Kejutan beserta twist yang dihadirkan, akan membawa ingin kembali ke masa anak-anak dan juga memberikan rasa hangat di hati.
Ini adalah film yang penuh imajinasi dan tiada ruang bagi penonton yang skeptis dan realistis, karena jika memasuki dunia anak-anak maka imajinasi lah yang paling penting.