Disutradarai oleh Andy Serkis yang menggantikan posisi Ruben Fleischer, film Venom: Let There Be Carnage adalah langkah besar dari Venom 2018. Tom Hardy kembali sebagai Eddie Brock (dan pengisi suara Venom) dan kali ini ia lebih terlibat dalam proses kreatif dan itu terlihat. Apa yang merupakan upaya Sony untuk menandingi kesuksesan MCU kini telah berkembang menjadi franchise yang solid, dan meskipun memiliki kekurangannya, tetap membuat penonton menginginkan lebih – terutama dikarenakan kejutan besar di penutup filmnya.
Sudah bukan rahasia lagi kalau setelah kesuksesan film pertama Venom, Sony ibarat menempatkan semua pertaruhannya pada jagat sinematiknya sendiri yang berisikan tokoh-tokoh para penjahat super Spider-Man dengan sekuel Venom: Let There Be Carnage. Dengan aktor sekaligus praktisi mo-cap paling terkemuka di Hollywood, Andy Serkis di bangku penyutradaraan, Tom Hardy kembali sebagai Eddie Brock dan alter egonya Venom saat keduanya melawan kekuatan psikotik Woody Harrelson sebagai Cletus Kasady dan Carnage yang dibawanya. Hasil akhirnya adalah apa yang mungkin menjadi film paling absurd dan paling gila dari karakter ini.
Melanjutkan apa yang terjadi di film sebelumnya, dikisahkan sudah lebih dari setahun sejak Venom dan Eddie Brock saling terikat satu sama lain, meski kerap berselisih. Walaupun sangat terpukul, keduanya juga mulai menerima fakta bahwa Anne yang sedang menjalin hubungan dengan pria lain, statusnya kini hanya sebagai teman dekat mereka, bukan lagi kekasih.
Reputasi Eddie sendiri sebagai reporter kembali menanjak pasca berhasil menentukan lokasi para korban Kasady, meski lewat campur tangan Venom. Tapi, hal itu menjadi awal permusuhan dengan Kasady yang merasa dikhianati oleh sang reporter.
Sebuah insiden antara keduanya, ditambah proses hukuman mati yang harus dijalani Kasady malah menyebabkan ia mendapatkan kemampuan yang sama dengan Eddie dengan simbiot miliknya yang menyebut dirinya Carnage. Akibatnya, Eddie dan Venom yang tengah mengalami masa sulit dalam hubungan mereka kini harus menghadapi ancaman sangat berat. Mau tidak mau duo yang sangat tidak akur ini harus mengesampingkan perbedaan mereka untuk menghentikan musuh baru ini.
Yang membuat sekuelnya berhasil adalah chemistry antara Eddie dan Venom. Sama seperti di film sebelumnya, banyak joke yang terlontar tiap keduanya berinteraksi satu sama lain. Apalagi Hardy terlihat semakin fasih menyuguhkan penampilan kocak sebagai Eddie dan simbiot aliennya itu. Hardy telah menemukan dirinya sebagai Eddie Brock dan keseimbangan antara Brock dan Venom dieksplorasi di beberapa level sepanjang film.
Hal yang sama dapat dikatakan dengan kinerja Woody Harrelson sebagai Cletus Kasady dan Carnage yang psikotik. Dimensi kadar jahat karakter ini juga tergambarkan dengan baik dalam porsi adegan latar belakangnya. Sementara plotnya mungkin bukan yang paling orisinal, plotnya bekerja dengan baik untuk karakter dan memberi Harrelson banyak ruang untuk memberi dimensi kedalaman karakter yang ia mainkan sebagai Cletus Kasady.
Film ini merangkul banyak elemen komedi yang lumayan berhasil. Beberapa lelucon bisa dikatakan tepat sasaran sementara yang lain agak meleset, terutama yang menyangkut adegan antara Eddie dan Venom.
Untuk adegan aksinya, kentara ada peningkatan dari film sebelumnya. Pertarungan terakhir yang terjadi antara Venom dan Carnage bekerja dengan sangat baik berkat arahan Andy Serkis yang sudah memiliki jam terbang sangat tinggi dalam hal urusan adegan CGI.
Durasinya yang tidak terlalu panjang sedikit memberikan sedikit kendala dalam menyisakan waktu untuk eksposisi menuju ke porsi aksinya. Hal itu menyebabkan kurangnya pemberian cukup kedalaman pada beberapa karakter pendukung, meski tidak terlalu mengganggu.
Film Venom: Let There Be Carnage adalah langkah maju yang besar bagi Sony. Dan, dengan prospek keterkaitan dengan event yang akan datang ke MCU, membuat babak berikut kisah sang Lethal Protector ini sangat menarik ditunggu.
Film Venom: Let There Be Carnage dapat disaksikan di bioskop tanah air