Satu lagi film drama remaja hadir meramaikan peta perfilman tanah air. Bertajuk SIN, film terbaru garapan Herwin Novianto ini memplot dua nama bintang muda yang sebelumnya ikut ambil bagian di Bumi Manusia, Mawar Eva De Jongh dengan Bryan Domani. Film persembahan terbaru Falcon Pictures ini mengisahkan kisah cinta anak muda yang tidak biasa dan cenderung provokatif, karena dua insan yang saling mencinta ini memiliki hubungan kakak beradik. Film ini sendiri merupakan hasil adaptasi kisah novel di platform Wattpad berjudul sama karya Faradita yang pertama kali terbit di tahun 2017.
Metta yang baru duduk di bangku SMA hidup sendirian setelah sang ibu meninggal dunia. Namun, meski demikian, dari segi materi, gadis berparas cantik ini bergelimang harta, karena sang ayah yang sejak ia lahir belum pernah diketemuinya selalu memastikan keperluan finansialnya terpenuhi. Sebagai pengganti kehadirannya, sang ayah menugaskan salah satu pengawal pribadi untuk secara konsisten menjaga putrinya itu.
Hingga suatu malam, di sebuah pesta, Metta yang tengah mabuk bertengkar dengan salah satu teman prianya. Pada momen itulah, seorang pemuda bernama Raga datang menolongnya. Terkesan dengan kejadian itu, Metta mulai menaruh hati pada Raga, yang ternyata satu sekolah dengannya.
Awalnya, Raga sama sekali tidak menyukai Metta, karena sifatnya yang kekanak-kanakan, terlalu banyak drama dan cenderung berlebihan. Meski tahu akan hal itu, Metta pantang mundur. Justru malah menjadi-jadi, sampai-sampai ia menyambangi aktivitas sehari-hari Raga yang menggeluti aktivitas sebagai petinju. Totalitas sang gadis akhirnya berbuah hasil, mereka pun sepakat menjalin kasih.
Karena ditentang keluarga Raga, hubungan asmara dua insan muda ini tidak semulus yang diharapkan. Hingga akhirnya tanpa alasan yang jelas, Raga memutuskan hubungan dan menghilang. Belakangan Metta yang dikabulkan keinginannya oleh sang ayah untuk dapat tinggal bersama, harus menghadapi kenyataan pahit karena sosok yang dirindukannya sejak lama itu juga merupakan ayah dari Raga. Tak pelak hal ini menghadirkan prahara hebat bagi Raga dan Metta, karena mereka mau tidak mau harus memupus perasaan cinta satu sama lain yang sudah lebih dulu terjalin menjadi sebatas hubungan kakak-adik. Adakah kemungkinan kisah cinta mereka berakhir bahagia?
Walaupun sudah disinggung sebelumnya bahwa SIN merupakan hasil adaptasi novel, namun bukan berarti kisah film ini hanya bisa dinikmati oleh kalangan yang sudah membaca bukunya saja. Hal ini dikarenakan kisah filmnya bisa dibilang sederhana dan mudah diikuti. Malah, dari kacamata pribadi, tidak tahu perihal materi aslinya justru banyak membantu saat menontonnya, karena jadi tidak mengetahui apakah ada aspek yang mengalami tambal-sulam atau juga dihilangkan dari versi bukunya. Apalagi, film ini juga sudah punya daya tarik potensial, yakni tema nyeleneh yang mengusik rasa penasaran.
Dari segi visual sinematik, masih ada kekurangan dari segi pengambilan gambar dan editing yang beberapa terlihat kesan diburu-buru memang, namun secara keseluruhan, SIN lumayan memanja mata. Pasalnya, sineas Herwin Novianto menggunakan color palette yang membuat adegan-adegan film ini makin impresif dan cantik, serta sangat sesuai dengan storyline yang disajikan. Kombinasi warna ini juga terbukti efektif untuk menambah kesan dramatis filmnya.Dan, hal ini cukup berhasil membuat ceritanya lebih hidup dan menarik, sekalipun untuk penonton yang pernah membaca novel aslinya.
Namun, tentu saja premis kisah dan visual indah saja tidak cukup tanpa ditunjang performa para pemainnya. Karena sekalipun berdasarkan novel yang memang sudah terbentuk sifat dan tabiat karakter masing – masing, pem-visualan karakter baik tokoh utama maupun tokoh pendukung oleh para pemainnya tetap memegang kunci penting.
Beruntung, dua bintang utamanya mampu bermain baik, terutama Mawar De Jongh yang jika sesuai pengakuannya, bahwa karakter Metta sama sekali kontras dengan kepribadian asli dirinya, ia berhasil tampil meyakinkan di sini dan mampu menjangkau hampir semua tuntutan emosi dari karakter yang dimainkannya. Chemistry yang dibangunnya dengan Bryan Domani juga lumayan terlihat natural.
Seperti film drama pada umumnya, terlepas dari premis kisahnya yang menimbulkan kesan negatif (spoiler: tidaklah senegatif apa yang dikira-red), SIN merupakan film ringan yang bisa dinikmati tanpa berpikir keras. Drama yang dibawakan sangat kental dan adegan manis antara Metta dan Raga sesekali sukses bikin baper. Meski akting para pemain pendukung lainnya tidak terlalu dominan, namun film ini termasuk sukses mengaduk isi hati penontonnya.