Tanpa basa-basi, satu lagi film solid dari sutradara asal Kanada Denis Villeneuve. “Prisoners” (2013) bagi saya sudah cukup mewakili Mr. Villeneuve sebagai salah satu pengarah film terbaik saat ini. Dan kali ini melalui “Sicario”, Villeneuve melangkah lebih jauh dengan menyentuh genre aksi yang dibalut dengan drama-kriminal yang mapan.
“Sicario” awalnya berpusat pada tokoh Kate (Emily Blunt), seorang agen lapangan FBI yang masuk ke pusaran perburuan kartel narkotika AS-Mexico bersama agen Matt (Josh Brolin) dan dibantu agen Alejandro (Benicio Del Toro). Semakin dalam perburuan, semakin Kate melihat bahwa tidak ada yang hitam-putih. Segala cara ternyata bisa dilakukan demi sebuah “kebenaran”. Idealismenya terus digempur dengan kenyataan di lapangan dan kesadaran bahwa pada akhirnya dia tidak punya kuasa apa2 dalam permainan elit kucing dan tikus ini. Pilihan pun semakin sempit dalam dunia kriminal yang serba abu2. Menjadi “serigala” mungkin saja menjadi satu2nya pilihan untuk selamat.
Divisi akting sangat joss. Emily Blunt makin memantapkan diri sebagai aktris watak yang tangguh. Cukup dengan ekspresi, Emily bisa menggambarkan kebingungan, kenaifan, sekaligus pertarungan batin seorang penegak hukum. Josh Brolin tidak pernah beranjak dari kesan macho (dagunya memang benar2 sangat “Thanos”). Dan tentu saja Del Toro dengan native Spanyol-nya semakin memperkuat cerita dan penokohan.
Di bagian sinematografi, Roger Deakin yang sudah sering bekerjasama dengan Villeneuve tetap mempertahankan ciri pengambilan gambar “long shot” yang dalam dan indah. Tonal kuning sering dilakukan untuk menekankan gurun Mexico dan Arizona sebagai setting. Puncak pengalaman sinematik Deakin adalah pada akhir menjelang klimaks film. Pada sisi musik latar, di beberapa bagian gubahan Johann Johannsson sempat mengingatkan saya pada film “Munich” (Steven Spielberg, digubah oleh John Williams) yaitu pada efek degup jantung pada adegan aksi. Namun kali ini Johannsson bereksplorasi lebih jauh melalui bunyi2an eletronik deep bass dan string yang amat mencekam dan memperkuat tensi adegan film. Dan jangan lupa, tata suara film ini betul2 memanjakan telinga. Rasanya lama sekali tidak mendengar adegan tembak2an yang mantap setelah “Public Enemy”.
Akhir kata, “Sicario” sedikit mengingatkan saya dengan “Zero Dark Thirty”. Keduanya sama2 diperkuat oleh protagonis utama seorang wanita. Keduanya juga membangun sangat perlahan konflik dan politik yang melingkupi inti cerita. Namun “Sicario” terasa amat masam. Ada kenikmatan sekaligus keputusasaan yang disajikan oleh Villeneuve dalam film terbaik, tersolid, dan paling mencekam yang pernah saya tonton sepanjang 2015.
Catatan :
1) Jika anda mengaku penikmat film dan hanya berharap menonton film ini melalui laptop, maka rugilah anda untuk tidak memanjakan otak-mata-telinga dalam satu momen sekaligus.
2) Rating film ini adalah DEWASA (untuk adegan sadis, berdarah, dan seksual). Tekankan itu sebelum membawa anak2 ke bioskop.
Ini adalah artikel review dari komunitas Cinemags. Andapun bisa membuatnya di sini.