Ketika Jumanji: Welcome to the Jungle (2017) diperkenalkan untuk pertama kali, tidak sedikit kalangan yang pesimis kalau proyek ini bisa berjalan dengan baik. Pasalnya, mereka berani menempuh resiko dengan merombak konsep utama kisahnya, dari board game menjadi video game, yang sempat membuat fans film lamanya gusar.
Namun, siapa sangka tambal sulam itu menjadi eskalasi yang berhasil. Arahan baik sineas Jake Kasdan dan performa apik jajaran pemainnya, terutama Dwayne Johnson dan Jack Black, sukses melejitkan film yang didaulat sebagai sekuel secara spiritual dari film tahun 1995-nya itu menjadi sajian no brainer yang sangat menghibur. Dan, outputnya bisa diprediksi: kehadiran sekuelnya.
Sekarang, tiga tahun setelahnya, kuartet ‘Avatar’ kocak: Johnson- Black-Karen Gillan- Kevin Hart kembali dengan petualangan jilid kedua mereka. Dalam babak sekuelnya, yang masih digawangi Jake Kasdan, The Next Level.
Maka, tidak mengherankan jika kemudian film babak keduanya ini menjadi film yang paling ditunggu-tunggu kehadirannya. Menariknya, ini seakan jadi pertaruhan reputasi tersendiri bagi sang sineas, apakah ia dapat mempertahankan kinerja apiknya ataukah tidak. Apalagi, umumnya film-film sekuel, kebanyakan menimbulkan kekecewaan.
Hal ini bisa dikarenakan sang juru kemudi memilih strategi “bigger presumably better” (yang kebanyakan nyatanya terbukti tidak –red), atau menempuh resiko dengan menghadirkan sesuatu yang berbeda dari apa yang sudah mereka hadirkan sebelumnya. Belum lagi, rata-rata sekuel biasanya kehilangan sisi orisinalnya. Rintangan-rintangan inilah yang harus diwaspadai Kasdan.
Di pengujung film pertamanya, Spencer (Alex Wolff) dan rekan-rekan menghancurkan game Jumanji agar tidak bisa dimainkan oleh orang lain. Namun, tanpa sepengetahuan yang lain, ia memperbaiki permainan tersebut. Ketika Fridge (Ser’Darius Blain), Bethany (Madison Iseman) dan Martha (Morgan Turner) datang untuk berkunjung, mereka mendapati bahwa Spencer telah menghilang dan game Jumanji kembali berfungsi.
Berasumsi kalau rekannya telah masuk ke dalam permainan, ketiganya memutuskan untuk kembali masuk ke dalam game untuk menolongnya.Namun, situasi tidak terduga terjadi. Sistem game yang rusak menyebabkan Fridge dan Martha sudah terisap ke dalam game sebelum sempat menentukan karakter mereka, sedangkan Bethany malah tertinggal.
Tidak hanya itu, kakek Spencer yakni Eddie Gilpin (DeVito) dan sahabatnya, Milo Walker (Glover), ikut terisap ke dalam permainan, sebagai Dr.Smolder Bravestone (Johnson) dan Franklin Mouse Finbar (Hart) yang baru. Fridge yang dulu menjadi Mouse kini menjadi Sheldon Oberon (Black). Satu-satunya yang tidak berubah hanyalah Martha yang masih menjadi karakter Ruby Roundhouse (Gillan).
Dengan komposisi unik inilah misi pencarian Spencer dimulai, yang sudah tentu bukan hal yang mudah, karena permainan Jumanji kembali berevolusi menjadi petualangan yang sama sekali baru beserta tantangannya. Dapatkah mereka menyelesaikan misi ini?
Masih memertahankan formula film sebelumnya, The Next Level kembali mengedepankan kelihaian tiga nama besar amunisi utamanya dalam mempersonifikasi karakter lain. Dan, untuk hal ini bisa dibilang trio Johnson-Black-Hart bisa dikatakan bermain baik.
Banyak adegan mereka yang mampu mengocok perut penonton, baik lewat dialog atau gerak-gerik tubuh. Pun para pemain barunya, meski tidak dominan, kehadiran mereka cukup meninggalkan impresi.
Akan tetapi, dari aspek penuturan storylinenya, agak kentara Kasdan sedikit kewalahan. Hasilnya, meski secara de facto formula filmnya masih sama dengan film pertamanya, sajian The Next Level sedikit berkurang gregetnya.
Jika sebelumnya terkesan dinamis, yang sekarang mengesankan durasinya agak terlalu panjang. Untungnya, seperti sudah disinggung sebelumnya, performa para bintang utamanya mampu menyelamatkan film ini.
Seperti film terdahulu, meski kadarnya sedikit menurun, secara overall The Next Level adalah film yang lumayan menghibur, meski tidak luar biasa. Efek visual makin absurd yang dihadirkan juga lumayan bagus.
Aksinya pun menarik, meski setidaknya bisa dihadirkan lebih baik lagi. Namun, jika dibandingkan dengan film sebelumnya yang mampu menghadirkan kejutan bagi semua kalangan, The Next Level sayangnya tidak sampai dapat mencapai itu.
Meski demikian, menarik ditunggu apa lagi kartu truff yang akan dikeluarkan nanti jika film sekuel berikutnya terealisasi. Hal ini berkenaan dengan adegan mid creditsnya yang mereferensi potensi konflik sebagaimana yang dihadirkan di film Jumanji 1995.