Mungkin tidak banyak yang mengetahui bahwa meski akhirnya baru bisa dirilis sekarang, proses pengembangan Gemini Man memakan waktu yang sangat panjang yakni lebih dari 20 tahun. Hal ini dikarenakan sejak mulai tercium eksistensinya pada tahun 1997, konsep film tentang seorang assassin yang diburu oleh versi muda hasil kloning dirinya ini menuntut teknik efek visual yang jauh belum memungkinkan pada masa itu.
Hambatan itulah yang membuat proyek ini kemudian berpindah tangan, skripnya mengalami banyak tambal sulam dari pelbagai penulis skrip ternama salah satunya David Benioff. Begitu pula kandidat pemeran utamanya, banyak nama kondang sempat dikaitkan atau sempat terlibat – dari Harrison Ford, Mel Gibson, Jon Voight, Nicolas Cage, Brad Pitt, Tom Cruise, Clint Eastwood, Arnold Schwarzenegger, hingga Sylvester Stallone. Sampai akhirnya di bawah penyutradaraan Ang Lee, yang terakhir kali menyutradarai film drama perang Billy Lynn’s Long Halftime Walk, Gemini Man hadir dengan Will Smith sebagai pengemban pemeran utamanya.
Pembunuh bayaran pemerintah Henry Brogan yang telah memasuki usia 51 tahun memutuskan untuk pensiun dari pekerjaannya. Namun kehidupan tenangnya berubah saat ia menyadari bahwa dirinya malah menjadi target operasi dari sosok pembunuh hebat yang ternyata adalah hasil kloning dirinya sendiri, untuk kesuksesan sebuah agenda sosok individu berkuasa. Berkolaborasi dengan seorang agen pemerintah wanita yang kemudian terjebak dalam intrik itu, Brogan berusaha menyelesaikan rintangan terakhirnya untuk bisa melanjutkan masa pensiunnya dengan tenang.
Dalam film aksi fiksi ilmiah perihal menghadapi diri sendiri, terutama versi lebih mudanya, bukanlah perihal yang asing. Looper, Terminator: Genysis, Multiplicity, Logan hanyalah sedikit judul dari daftar panjang yang sajiannya berisikan perihal yang sama dengan yang dihadirkan di Gemini Man ini.
Satu hal yang paling sulit dikesampingkan dari film ini sudah tentu format yang diusungnya. Dipresentasikan menggunakan teknologi sinema 3D+, Lee untuk kali keduanya mematok format 3D 120 frame- per-detik, yang ia usung di film besutannya sebelum ini. Membuat gambar filmnya ini jauh lebih tajam dan terasa lebih nyata. Sayangnya, format ini juga membuat Gemini Man kurang terlihat sinematik dan di beberapa adegan tampilannya seperti gambar televisi.
Untuk kisahnya sendiri, bisa dibilang tidak istimewa, namun, permainan watak Will Smith cukup mampu membawa film ini untuk bisa dinikmati. Smith masih memiliki karisma dan star power yang cukup kuat untuk menghidupkan film dengan storyline apapun, bahkan yang cenderung usang sekalipun. Melipatgandakan poin-poin itu dengan membuat Smith memainkan dua jenis karakter yang berbeda, merupakan strategi yang pintar.
Untuk adegan aksinya, jauh dari mengecewakan. Bahkan, ada beberapa yang bisa dibilang menjadi highlight film ini, seperti adegan menit pembuka yang sukses membangun tensi, adegan kejar-kejaran motor yang memacu adrenalin, pertarungan dua Will Smith yang dinamis dan tentunya adegan perkelahian menggunakan motor yang teramat jarang hadir di film aksi Hollywood.
Pilihan lokasi-lokasi eksotis yang digunakan di film ini juga lumayan membantu visualisasi Gemini Man terasa lebih segar ketimbang film-film aksi lain yang kebanyakan hanya menggunakan lokasi-lokasi yang terbilang itu-itu saja.
Secara keseluruhan, harus diakui bahwa karya teranyar Ang Lee ini mungkin tidak sampai memuaskan seluruh kalangan, dan tidak juga bakal menjadi film yang menimbulkan kesan yang mendalam untuk jangka waktu yang lama. Sangat disayangkan memang mengingat betapa panjang proses untuk merealisasikannya.
Sebagai sebuah film aksi, Gemini Man boleh jadi tidak akan pernah melebihi ‘kebesaran’ yang dicapai film-film sejenisnya, meski film ini jauh dari sempuna dan semestinya plot yang digulirkan lebih dipoles lebih dalam dan baik lagi, Gemini Man yang berdurasi kurang lebih dua jam tetap dapat dikatakan berada dalam koridor aman. Punya aksi yang bagus dan gambar-gambar apik memanja mata dengan dukungan pilihan lokasi eksotis dan teknologi perfilman terkini, layak dipertimbangkan sebagai alternatif tontonan terutama yang menggemari film-film aksi berbumbu fiksi ilmiah untuk tidak lantas membiarkan film ini lewat begitu saja.