Sebelum menjadi aktor kelas A Hollywood seperti sekarang ini, Michael Fassbender (X-Men: First Class, Prometheus) dikenal sebagai aktor yang kerap bermain di film-film independen di tanah kelahirannya. Jika sempat menyaksikan penampilannya dalam Hunger (2008), Eden Lake (2008) dan Fish Tank (2009), maka kita dapat mengatakan bahwa Fassy adalah aktor yang berani melakoni peran yang berbeda dan menantang di tiap penampilannya. Film indie terbarunya, Frank, semakin memperlihatkan eksplorasinya dalam berakting. Di film garapan Lenny Abrahamson ini hampir sepanjang film, ia berakting dengan kepala palsu yang terbuat dari paper mache yang menutupi seluruh wajahnya.
Ceritanya mengetengahkan seorang pemuda bernama Jon (Gleeson) yang mempunyai hasrat besar menjadi musisi. Hasratnya tersebut terwujud kala ia diajak bergabung ke dalam sebuah grup band indie bernama The Soronprfbs untuk menggantikan posisi pemain keyboardnya yang dirundung musibah. Di dalam band tersebut, Jon bertemu dengan Frank (Fassbender) seorang musisi jenius yang mengenakan kepala palsu. Dari Frank, Jon belajar banyak tentang keindahan dan kesempurnaan musik sebagai sebuah karya seni. Pengalaman Jon selama bergabung dengan The Soronprfbs diabadikan olehnya melalui kamera handphone yang kemudian ia unggah ke media twitter dan youtube tanpa sepengetahuan rekan-rekannya yang lain. Konflik mulai mengemuka ketika The Soronprfbs mulai terkenal dan diundang ke festival musik bergengsi di Amerika Serikat. Sebagian besar punggawa band menolak ide tersebut karena menodai idealisme musik mereka, namun Jon tetap bersikukuh bahwa mereka harus datang agar band underground ini dikenal lebih luas, dan tanpa diduga Frank menyukai ide tersebut. Perpecahan pun tak terelakkan.
Frank adalah sebuah film yang menawarkan sebuah wacana tentang idealisme seorang seniman beserta keeksentrikannya. Film ini mencoba memberikan pemahaman bahwa seorang seniman dengan tingkat kreativitas yang tinggi memiliki keterikatan erat dengan sisi kejiwaannya yang bermasalah. Tokoh Jon dalam film ini tampak sebagai orang normal yang menjadi observator para seniman yang bila diibaratkan mempunyai dimensi yang berbeda dari dirinya. Frank sendiri didasarkan pada sosok Frank Sidebottom, karakter persona dari komedian Chris Sievey. Kisah hidup sang protagonis juga banyak terinspirasi dari para musisi hebat yang bermasalah seperti Daniel Johnston dan Captain Beefheart.
Keunggulan terbesar film produksi Irlandia-Inggris ini terletak pada naskah dan performa para aktornya. Selain memberikan studi tentang keeksentrikkan para seniman, film ini juga mengandung komedi satir khususnya menyoroti dampak buruk media sosial yang dapat membuat setiap orang menjadi selebriti secara instan. Performa mengesankan Michael Fassbender sebagai Frank adalah bagian terbaik dari film ini. Tampil dengan kepala palsu yang membuatnya hanya bisa melihat secara terbatas tak membuat penampilannya menurun. Ia bahkan menyanyikan sendiri tiap lagu dalam film ini secara live.