Ini adalah artikel review dari komunitas Cinemags untuk lomba review film Deadpool dan sama sekali tidak mencerminkan pandangan editorial Cinemags. Anda juga bisa ikut serta dalam lomba review film Deadpool di sini.
Note: spoiler alert!
Tahun 2016 sepertinya merupakan tahun untuk film superhero, kita sebut saja seperti Batman V Superman: Dawn of Justice, Captain America: Civil War, X-Men Apocalypse, Suicide Squad dan Doctor Strange. Tapi ada satu film superhero yang sudah ditunggu kehadirannya di awal tahun ini yaitu Deadpool. Kembali Marvel dan 20th Century Fox menghadirkan salah satu film origin X-Men setelah Wolverine yaitu Deadpool.
Film ini bercerita tentang Wade Wilson (Reynolds), seorang tentara bayaran yang terkena kanker yang memutuskan untuk mengikuti percobaan untuk menghilangkan kankernya. Percobaan ini dipimpin oleh Ajax (Skrein) yang sebenarnya bukan untuk menyembuhkan Wade, melainkan untuk membuat Wade bermutasi dan menjadi alat yang berguna baginya. Namun Wade akhirnya berhasil melarikan diri, namun hasil dari percobaan tersebut telah merubah Wade secara keseluruhan dan mengubahnya menjadi anti-hero yaitu Deadpool. Wade pun memutuskan untuk kembali mengejar Ajax, yang ternyata telah menculik kekasihnya, Vanessa (Baccarin). Wade pun memutuskan untuk menyelamatkan Vanessa dengan bantuan Colossus dan Negasonic Teenage Warhead (Hildebrand). Berhasilkah Deadpool menyelamatkan Vanessa dan mengalahkan Ajax?
Film ini dibintangi oleh God’s Perfect Idiot, A Hot Chick, A British Villain dan CGI Character, dan disutradarai oleh Overpaid Tool. Itulah kata-kata yang tertera di opening film Deadpool yang membuat film ini berbeda dengan film-film lainnya. Dari awal film kita telah dimanjakan oleh sesuatu yang Fresh dan menghibur yang menjadi kunci dari film ini. Film ini mengambil alur campuran dimana di awal film kita tidak akan melihat awal mula Wade menjadi Deadpool melainkan setelah dia menjadi Deadpool dan dari sanalah cerita bergulir. Film ini termasuk film cerdas dimana menggabungkan antara komedi, action dan kelam menjadi satu kesatuan yang pas.
Film ini tidak akan sempurna tanpa akting dari pemainnya. Sebut saja mantan superhero DC – Green Lantern : Ryan Renolds (Deadpool), Morena Baccarin (Vanessa), Ajax (Ed Skrein), T.J. Miller (Weasel), Andre Tricoteux (Colossus) dan Hildebrand (Negasonic Teenage Warhead). Ryan Renolds sebelumnya pernah juga berperan sebagai Deadpool di X-MEN Origins : Wolverine yang nyatanya sangat berbeda antara versi sebelumnya dengan film Deadpool yang baru baik itu dari visual dan cerita. Ryan Renolds mampu menghidupkan karakter Deadpool yang nyleneh di film ini dengan sangat baik.
Tidak seperti film superhero lainnya yang biasa ber-rating PG-13, film ini ber-rating R dengan konten dewasa, kekerasan, seksual yang jarang terjadi di film superhero. Kekerasan yang brutal dari awal hingga akhir film terbilang tidak berlebihan dan pas. Dan sepertinya memang film superhero seperti ini terbilang lebih diminati untuk saat ini. Kita bisa lihat kesuksesan dari serial Marvel yang mengambil tema dewasa seperti Daredevil dan Jessica Jones. Tapi kadang memang ada beberapa scene yang over dan pengulangan kata-kata kasar yang berlebihan.
Untuk segi cerita, yang terbilang hampir sebagian komedi satir, film ini mampu membuat penonton puas tertawa dengan olok-olokan untuk film superhero Ryan Renolds sebelumnya yaitu Green Lantern. Selentingan untuk film X-Men lainnya yaitu dimana Deadpool bingung membedakan Prof. X antara McAvoy dan Stewart dan kenapa cuma menghadirkan dua tokoh X-Men sampingan, apakah studio tidak mampu membayar untuk tokoh lainnya.
Overall, film ini sangat menghibur dan menjadi salah satu film bagus yang mengawali tahun 2016.
Skor : 4/5