Pesona panorama eksotis Atambua, Nusa Tenggara Timur, dan budaya Belu Atambua berpadu indah dengan kisah pergulatan sepasang insan manusia, orangtua, dan kepasrahan perempuan dalam film Cinta Bete. Film ini merupakan debut penyutradaraan sinematografer Roy Lolang yang dibintangi oleh Hana Malasan, Marthino Lio, Djenar Maesa Ayu, Daniella Tumiwa, Adam Farrel, Jordhany Agonzaga, Otig Pakis, dan Yoga Pratama.
Sudah kenal sejak kecil, Bete Kaebauk dan Emilio memiliki ketertarikan satu sama lain, dan menjalin pertemanan yang sangat dekat. Sayangnya, meski sangat jelas ada hubungan istimewa di sana (yang sering membuat risih Yunus, teman dekat mereka yang lain-red), ada halangan besar di antara mereka. Adapun, itu adalah cita-cita Emilio untuk menjadi pastor.
Sebuah kejadian traumatis mau tidak mau membuat Emilio mempercepat proses kepergiannya. Sudah tentu, hal itu membuat Bete sangat terpukul dan patah hati, karena Emilio lebih memilih sekolah seminari ketimbang dirinya.
Bertahun-tahun kemudian, Bete telah tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik. Kecantikan Bete menarik perhatian Elfredo seorang pemuda berprofesi sebagai petarung bayaran. Meski awalnya tidak berjalan mulus, keduanya saling jatuh cinta. Sayangnya, untuk melamar Bete bukan perkara mudah. Sang gadis rupanya berdarah bangsawan yang membuat belis (mahar) untuk dapat mempersuntingnya sangatlah besar, dan tidak dapat dipenuhi pihak Elfredo, sehingga lamarannya ditolak.
Bete kemudian rela kawin lari demi cintanya pada Elfredo. Sayangnya, tidak saja tidak bahagia, Bete mendapat perlakuan kekerasan yang membuat bayi di kandungannya meninggal dan membuat ia sangat terguncang. Emilio yang sudah kembali ke kampungnya setelah selesai dengan sekolah teologinya, kemudian berusaha untuk menolong Bete. Pergulatan rasa cinta sebagai manusia, keteguhan hati akan pilihannya melayani Tuhan dan kepedulian gadis yang punya tempat istimewa dalam kehidupannya, akankah berakhir bahagia?
Dikemas dalam bentuk drama romantis, Cinta Bete yang sejatinya mengusung tema yang lumayan berat cukup di luar dugaan dapat tersaji secara ringan. Riset yang dilakukan tim penulis skrip yang terdiri dari Leni Lolang, Tittien Wattiemena, dan Lina Nurmalina dalam menghimpun beragam kisah nyata di Atambua membuat film yang mungkin akan bagi sebagian orang sangat menyentuh emosi ini semakin dekat dengan potret kehidupan yang memang terjadi dan harus dihadapi insan muda di sana dalam upaya meraih kebahagiaan.
Walaupun film juga menyoroti kehidupan masyarakat Kristiani, namun sajiannya terhitung universal hingga mudah dimengerti siapa saja. Suguhan cerita yang dikedepankan di sini, sebetulnya tidak terlalu istimewa dan bukan pula perihal yang belum pernah diangkat sebelumnya, namun untuk ukuran film produksi tanah air modern apa yang disajikan di sini meski bisa dibilang beresiko, berhasil memberikan angin segar terutama dalam menyuguhkan keberagaman penceritaan.
Selain kekuatan shot-shot impresif Roy Lolang yang kepiawaiannya dalam mengcapture adegan-adegan indah sudah tidak diragukan lagi di kancah film tanah air, performa para pemain yang ikut ambil bagian di sini mampu membawakan porsi peran mereka dengan baik dan meyakinkan yang membuat kisah Cinta Bete menjadi semakin hidup. Sebagai pengemban ujung tombak utama, Hana Malasan dan Marthine Lio bermain lumayan apik, namun yang rasanya berhasil mencuri perhatian adalah penampilan aktris watak veteran Djenar Maesa Ayu yang berperan sebagai Mama Clara di sini.
Adapun daya tarik utama yang membuat Cinta Bete agak berbeda dengan kebanyakan film drama romantis tanah air lainnya adalah bahwa film ini tidak meninggalkan banyak ruang untuk keraguan. Sajiannya terasa wajar dan bersahaja, bila dibandingkan banyak film-film tanah air berbumbu religius lain yang menyuguhkan tema mirip namun kadang terasa berlebihan. Namun, meski demikian, sajiannya menurut hemat penulis ampuh dalam mengaduk emosi. Pun juga dengan pilihan ending yang diambilnya. Dalam memutuskan rangkaian konfliknya meski sederhana adalah perihal yang paling indah yang ada di keseluruhan film ini.
Pada hari Jumat lalu (5/11) film Cinta Bete mengadakan acara pemutaran terbatas untuk kalangan pers dan tamu undangan di Epicentrum XXI. Dalam konferensi pers yang digelar pasca pemutaran film, hadir segenap jajaran pemain dan insan di balik layar dari film yang berhasil mendapatkan 10 nominasi untuk ajang Festival Film Indonesia 2021 berbicara mengenai pelbagai hal menyangkut proses perealisasian film ini, termasuk fakta bahwa proses pengerjaan film produksi Inno Maleo Films ini saat separuh jalan sempat tertunda hingga 1,5 tahun akibat dampak pandemi Covid-19.
Film Cinta Bete akan mulai tayang luas di bioskop tanah air pada 18 November 2021