Selamat pagi semuanya, atau mungkin siang atau sore. Langsung aja saya mulai ya, barusan saya menonton film Beauty and The Best pada sore hari bersama dengan teman-teman SMA saya. Film Beauty and The Best merupakan film yang diadaptasi dari novel dengan judul yang sama, karya Luna Torashyngu.
Siapa sih yang tidak kangen dengan masa-masa akhir SMA? Saya jujur merasa kangen dengan masa-masa SMA. Jika anda kangen dan ingin mengenang masa-masa akhir SMA anda, tidak ada salahnya anda mengajak teman-teman anda untuk reuni kecil-kecilan dengan menonton film ini. Film ini menceritakan tentang kehidupan seorang gadis SMA bernama Ira (Andiana Suri). Ira bukan gadis remaja SMA biasa, karena di bangku kelas 3 SMA, Ira sudah punya sambilan bekerja sebagai model. Namun, semuanya berubah ketika Ira secara beruntung mendapatkan nilai suatu pelajaran lebih tinggi dari biasanya. Saking beruntungnya, nilai Ira berhasil mengalahkan nilai siswi paling pintar di sekolahnya, Kelly (Chelsea Shania). Kehidupan Ira berubah ketika Ira dituduh menyontek oleh Kelly, dan ditantang untuk membuktikan bahwa Ira tidak menyontek, dengan cara mengalahkan nilai Kelly pada ujian-ujian berikutnya. Merasa tertantang dan ingin mematahkan pandangan stereotype ” Wajah cantik (model) tidak pintar”, Ira menerima tantangan Kelly. Segala cara dilakukan oleh Ira, hingga akhirnya Ira bertemu dan berkenalan dengan Aldo (Maxime Bouttier). Dari sinilah, drama dan klimaks film mulai beranjak. Tidak hanya diceritakan secara dramatis, film ini juga menyajikan humor kehidupan SMA, seperti geng pertemanan, bertaruh atau judi kecil-kecilan ketika melihat dua orang bertengkar, dan lainnya.
Secara keseluruhan, saya suka film ini. Pasalnya, film ini menceritakan konflik serta tantangan yang sedang dihadapi oleh remaja SMA. Misalnya pada saat SMA, hal-hal yang ditakutkan antara lain hubungan pertemanan, ingin kuliah di universitas apa, hubungan asrama, dan lainnya. Film ini berhasil meramu dan meracik bumbu-bumbu kehidupan SMA dari berbagai sudut pandang dan karakter. Ditambah, film tidak hanya berfokus pada Ira, tetapi juga digarap dengan sudut pandang Kelly, Aldo, dan beberapa teman Ira lainnya. Dari beberapa sudut pandang tersebut, konflik yang dikemukakan film ini adalah konflik prioritas, motivasi, dan sosial. Terkadang pada saat kita masih duduk di bangku SMA, kita masih belum bijak dan sering meng-“kasta”-kan seseorang berdasarkan stereotype. Misalnya, Ira yang dikenal dengan kecantikannya dan pekerjaannya sebagai model, Kelly yang dikenal sebagai siswi paling pintar, dan Aldo yang dijuluki oleh “orang aneh” karena jarang bertegur sapa dengan orang-orang di sekitarnya. Padahal kita tidak pernah atau belum tahu, apa yang membentuk mereka seperti saat itu. Apakah Ira sang model menjalani hari-harinya dengan baik-baik saja? Apakah Kelly memang termotivasi untuk berprestasi secara akademik? Dan apa yang membuat Aldo dijuluki sebagai “orang aneh”?
Kita terkadang lupa, bahwa ternyata setiap individu, memiliki masalahnya sendiri-sendiri yang sedang dihadapi, sehingga kita terkadang memusuhi atau sampai mengucilkan mereka dengan alasan-alasan yang tidak dewasa. Meski demikian, menurut saya, film ini ingin menyampaikan pesan, bahwa dalam hidup, kita harus tetap bersemangat layaknya seorang remaja SMA, yang terus bangkit dan belajar dari kesalahan. Selain memiliki semangat, saya yakin, kita juga diajak untuk bisa memaklumi, memaafkan, atau meminta maaf kepada orang-orang di sekitar kita. Karena kita tidak pernah tahu apa yang “membentuk” mereka saat itu
Berhubung saya masih kuliah, saya memberi rating untuk film ini menggunakan skala IPK yaitu 3.25 / 4.0. Sekian dari saya, terima kasih bagi anda yang telah membaca, dan mohon maaf jika ada pihak yang merasa tersinggung atau tidak setuju dengan hasil review saya.
Ini adalah artikel review dari komunitas Cinemags dan telah disunting sesuai standar penulisan kami. Andapun bisa membuatnya di sini.