Batman v Superman Review (2016): Wajah Baru Laga Superhero Kelas Berat
Setelah menunggu belasan tahun, akhirnya tibalah saat yang ditunggu-tunggu bagi kita untuk menyaksikan dua superhero paling populer di dunia untuk beradu dalam satu layar. Batman v Superman (BvS). Yup, silahkan disimak reviewnya, yang sepertinya cukup panjang, mengingat banyak yang harus diceritakan. Cekidot!
1. Harus diakui, hype film DC Comics (DC) ini sangat tinggi, disebabkan oleh begitu banyaknya cara yang digunakan untuk mempromosikan filmnya. Mulai dari begitu banyaknya trailer, gambar, action figure, dan banyak materi promosi lainnya. Hal ini bagaikan pedang bermata dua. Bisa menguntungkan, karena calon penonton akan semakin menunggu-nunggu dan memiliki ekspektasi tinggi buat film ini. Dan sebaliknya akan merugikan, jika ternyata filmnya tidak sesuai harapan mereka. Dan, apa mau dikata, ekspektasi yang kelewat tinggi ini bagi sebahagian besar penonton ternyata tidak mampu terlampaui. Akibatnya, banyak lontaran rasa kecewa dan penilaian minus terhadap film ini. Setidaknya hal itu dapat dilihat dari komentar-komentar penonton maupun fans komik dan superhero, setelah menyaksikan filmnya. Bahkan kritikus di situs review film ternama, Rotten Tomatoes, juga memberikan respon negatif.
2. Terus terang, review negatif tersebut cukup mempengaruhi saya dalam menyikapi film ini. Saya yang baru bisa menonton film ini 2 hari setelah premierenya di Indonesia, “dipaksa” untuk menurunkan ekspektasi saya. Ya, karena seperti pengalaman yang sudah-sudah, ketika saya berekspektasi tinggi terhadap suatu film dan ternyata tidak sesuai harapan, ujungnya adalah saya menilai film tersebut negatif. Tapi untungnya, kekhawatiran tersebut tidak menjadi kenyataan. Saya sungguh menikmati film ini dari awal sampai akhirnya.
3. Superman. Wow, sudah tidak ada lagi sosok Superman yang kita kenal di film-film sebelumnya. Sosok superhero yang “mengerjakan semuanya” mulai dari menangkap penjahat kelas kakap, sampai sekedar menyelamatkan kucing yang nyangkut di atas pohon. Sosok Superman yang bekerja di Daily Planet, dan ketika ada kejahatan, mencari bilik telepon umum untuk berganti kostum dan memperlihatkan adegan ikoniknya berupa membuka kemeja yang ada kostum logo S di dalamnya. Superman di DC Cinematic Universe (DCCU) memang terkesan lebih dark dan “lagi banyak pikiran”. Inilah imej baru Superman yang coba dibangun di filmnya. Sah-sah saja memang. Karena film adalah media yang berbeda dari komik.
4. Batman. Sungguh tidak bijak membandingkan Batman di film ini dengan Batman di The Dark Knight (TDK) Trilogy (dan Batman di film-film sebelumnya). Ben Affleck dan Christian Bale (pemeran Bruce Wayne di TDK trilogy) telah menciptakan persona Bruce Wayne dengan cara mereka masing-masing, dan keduanya sama baiknya. Di BvS, kesan yang timbul adalah Batman yang jenius dalam teknologi, brutal, cekatan, dengan teknik bertarung yang gesit dan amat mumpuni seperti seorang ninja. Di sisi lain, Bruce Wayne juga terlihat begitu “nelangsa dan nestapa” akan nasib hidupnya.
5. Wonder Woman. Aksinya sangat mencuri perhatian. Sesungguhnya Gal Gadot telah membuktikan keraguan banyak pihak yang menilainya tidak akan mampu memerankan pahlawan yang umurnya hampir setali tiga uang dengan Nyonya Meneer. Kisah tentang dirinya (termasuk asal-usulnya) akan lebih banyak diulas dalam film solonya, yang akan tayang di tahun 2017.
6. Lex Luthor. Banyak pihak yang menilai negatif Jesse Eisenberg dalam memerankan Lex Luthor. Hal ini disebabkan pencitraan Lex Luthor yang di komik dan film Superman lain biasanya dingin dan penuh wibawa, kini berubah menjadi sosok yang pecicilan, psycho, dan nyeleneh. Tapi saya menikmati sosok Lex kali ini yang lain dari yang lain. Ingat, ini filmnya DCCU, bukan komik.
7. Aktor-aktor pendukung lain cukup baik dalam membawakan perannya. Lois Lane, Martha Kent, Alfred, termasuk Flash, Aquaman, dan Cyborg, yang cuma muncul sekilas, berhasil dalam memperkaya penceritaan film ini, dengan waktu tampil mereka yang tidak terlalu banyak.
8. Zack Snyder. Penikmat film mengenalnya sebagai sutradara yang menghasilkan film-film dengan keindahan visual, namun tidak dari segi cerita. Watchmen, Sucker Punch, 300, dan Man of Steel, adalah contoh film yang indah secara visual, namun masih diperdebatkan dari segi cerita. Di BvS, keindahan visual tersebut diperlihatkan lagi. Teknik slow motion dan tone warna yang khas kembali dipakai. Namun harus diakui, BvS masih memiliki kekurangan dalam penceritaan. Konflik yang dibangun sebenarnya berangkat dari gagasan yang baik, namun di pertengahan menuju akhir film, konflik tersebut “diputar” dengan tidak mulus, sehingga meninggalkan ganjalan dan pertanyaan bagi penonton. Namun secara keseluruhan, BvS masih baik dan menjadi pondasi yang cukup kuat untuk film selanjutnya. Dapat dilihat dari banyaknya petunjuk-petunjuk dan hal-hal yang masih belum terjawab, yang saya yakin akan terjawab tuntas di karya-karya DC selanjutnya. Masih ingat bukan, betapa di Man of Steel, pertarungan brutal dan hancur-hancuran Superman vs Zod menjadi kritikan keras penonton karena dianggap terlalu lebay? Padahal justru hal itu menjadi dasar kuat bagi awal terciptanya konflik di BvS ini. DC menjawabnya dengan tuntas. Hanya saja, kalau boleh berpesan, ada baiknya DC tidak terlalu royal dalam membocorkan adegan demi adegan lewat trailer, terutama adegan penting seperti munculnya Doomsday. Saya yakin, jika rahasia munculnya Doomsday dirahasiakan sampai filmnya tayang, elemen kejutan itu akan membuat penonton sangat puas.
9. Jangan lupakan Hans Zimmer. Kali ini berkolaborasi dengan Junkie XL, berhasil membangun scoring musik yang sangat membangun suasana, adegan demi adegan, terutama Superman theme versinya yang bikin merinding.
10. Akhirnya, BvS bukanlah film superhero ringan, renyah, lucu, dan menyenangkan ala Marvel. DC sepertinya sudah mengambil langkah tegas, bahwa DCCU berbeda dengan MCU (Marvel Cinematic Universe). DCCU lebih dark, berat, dan mature. Mature (dewasa) bukan dari segi konten yang ala Deadpool ya! BvS bukanlah film yang bisa dinikmati dengan mudah oleh penonton awam, tapi akan menjadi film yang sangat indah bagi penikmat komik dan superhero. Dan jangan lupa, pasang ekspektasi anda serendah-rendahnya, lalu nikmati saja filmnya. Ingat, ini DC, bukan Marvel! Buat yang bilang film ini jelek atau biasa saja, mungkin film ini bukan film selera anda.
Well done, Snyder! Well done, DC! Welcome, Justice League! *dengan mata berkaca-kaca sambil ingat ending BvS yang…………………………ahh sudahlah. :”)
P.S: Buat saya, film yang baik adalah film yang bikin saya terinspirasi. Punya nilai-nilai hidup yang bikin kita selalu ingat dan berharap buat hari esok yang lebih baik. Batman dan Superman sekali lagi berhasil menginspirasi saya.
Rate: 9/10, tapi karena masih ada beberapa hole dalam penceritaannya, 8,5/10 aja ah. Lagi pula apalah arti sebuah rating yang sangat subjektif. Yang penting saya puas.