Film Cinta Pertama, Kedua & Ketiga , mulai tayang di bioskop terhitung hari ini. Deretan pemainnya yang meliputi antara lain Angga Yunanda, Putri Marino, Slamet Rahardjo Djarot, Ira Wibowo, serta Elly D Lutan akan menampilkan sudut pandang mengenai keluarga yang berbeda. Film ini adalah film yang pertama kali diproduksi oleh Wahana Kreator bersama Starvision pada masa awal pandemi 2020.
Film ini membicarakan mengenai bagaimana nantinya jika anggota keluarga karena usia terkena penyakit degeratif, yang akan mengubah perilaku, pemikiran hingga nalar sehingga dapat menganggu fungsi keluarga saat kondisi normal.
Ini memberikan sudut pandang bagi generasi yang pada saatnya harus menjadi tulang punggung keluarga , dikarenakan perjalanan waktu, serta bagaimana kesiapan mereka dalam menghadapi hal ini.
Perkataan saya sudah siap sebenarnya nyaris tidak dapat dikatakan, karena semuanya memang akan terjadi secara tiba-tiba dan tidak akan menyenangkan . Kerumitan, rasa frustasi dan hal-hal tidak positif lainnya, bisa jadi akan bermunculan. Hingga film ini hadir menceritakan kisah ini, dengan harapan agar setidaknya ada gambaran untuk mempersiapkan diri menghadapi masa itu.
Ini sebuah film keluarga yang merengkuh setiap anggota keluarga, untuk secara aktif menyampaikan apa yang dirasakannya , secara blak-blak an dan tidak bertele-tele.
Namun tentunya tidak setiap keluarga memiliki hal yang serupa di alami seperti dalam film ini. Bagi mereka, dapat menyaksikan akting menarik dari aktor papan atas Slamet Rahardjo Djarot, menampilkan sosok karakter Dewa , yang perhatian pada anak-anaknya dan telah mempersiapkan hingga jauh hari keperluan anak-anaknya. Sifatnya ini , dirasakan sangat mendukung bagi puteri-puterinya, namun bagi anak lelakinya Raja (Angga Yunanda) , ini terasa amat mengganggu dan tak jarang ini merusak acara – acara yang hendak ia jalankan, terlebih lagi kedua kakak perempuannya ia rasakan terlalu mengatur. Saat penyakit datang, Slamet Rahardjo Djarot mampu menampilkan perubahan demi perubahan secara perlahan, tanpa akting yang berlebihan. Dibalik sosok dengan kesederhanaan dan perubahan mendasar namun krusial, penonton dihadapkan pada kenyataan bahwa dalam keluarga ini, peran tulang punggung akan diambil alih oleh Raja. Ini tidak memperdulikan apakah Raja telah siap atau tidak.
Sedangkan dalam keluarga inipun telah ada sosok nenek Nur ( Elly D Lutan ) yang harus diurus oleh Dewa, dengan perubahan tingkah laku Dewa, nenek Nur ini pun menjadi tanggung jawab sepenuhnya pula bagi Raja.
Angga Yunanda sendiri masih terlihat agak kewalahan dalam menjalani akting yang tuntutannya berat , namun kehadiran Putri Marino sebagai Asia, terlihat berperan untuk mengingatkan kembali akan unsur apa yang sebenarnya terpenting dalam hubungan keluarga, mampu menguatkan karakter Raja.
Karakter Asia sendiri, berkebalikan dengan karakter Raja, telah jauh hari mempersiapkan dirinya, akan kondisi penyakit yang diderita oleh Ibunya (Ira Wibowo) , sehingga dalam hal ini , ia seolah menjadi tonggak bagi Raja dan pengingat .
Putri Marino berperan sebagai Asia, tidak terlihat menampilkan sisi akting yang dapat menjadi golden scene pada film ini. Sangat jauh berbeda dengan aktingnya pada serial Layangan Putus , yang viral pada saat ini.
Diluar ekspektasi adalah penampilan dari Elly D Lutan, yang mampu menghangatkan perasaan , di salah satu adegan dalam film. Tanpa dialog apapun, penampilannya menghibur dan menceriakan , membawa rasa haru mendalam bagi penonton yang telah tersentuh emosinya.
Untuk pengambilan gambar, tempo cerita terasa memadu , dengan memperhatikan penekanan-penekanan tertentu. Saat suasana Asia dan Raja terasa perlu ruang gerak lebih, maka kamera pun banyak mengambil gambar dari jarak jauh. Namun saat suasana menjadi lebih intim, ruangan terasa menyempit dan banyak adegan close up dilakukan, menggambarkan kedekatan dan perasaan mendalam antara mereka berdua.
Lagu lawas yang hadir, seperti lagu berjudul pertama dari penyanyi Rezza , hadir mengisi ruang dialog secara pas dan memberikan rasa emosi tersendiri bagi penontonnya.
Baca juga : Gina S Noer tentang film keduanya Cinta Pertama, Kedua dan Ketiga