Batman V Superman: Dawn of Justice merupakan film yang telah dinanti sejak hampir setahun yang lalu ini karena mengalami pengunduran jadwal telah tayang premiere di Indonesia pada 23 Maret lalu. Film yang digadang-gadang sebagai film dengan budget terbesar ini merupakan proyek ambisius dari pihak Warner Bross untuk menyaingi studio pesaing dalam menciptakan universe nya. Terbukti dari banyaknya materi promosi dan trailer yang beredar sebelum filmnya tayang mempu menciptakan hyppe tersendiri baik untuk kalangan fans DC, super hero pada umumnya maupun penonton awam.
Film yang mengangkat tema utama perselisihan utama antara Batman dan Superman dalam materi promo dan trailer nya ini mampu terlihat menjanjikan dengan segala kemegahan ala film super hero nya. Adegan percakapan, perselisihan dan baku hantam pada trailernya mampu menarik banyak perhatian para penonton untuk berharap lebih pada kualitas filmnya. Film dengan durasi 150 menit ini terbukti telah membuat kecewa para penontonnya karena eksekusi dari Zack Snyder yang kurang baik. Cerita mengisahkan pasca peristiwa pada Man of Steel, dimana Bruce Wayne (Ben Affleck) merasakan adanya bahaya atas kehadiran Superman (Henry Cavill) dengan kekuatan tanpa batasnya yang ditunjukan pada perang melawan Zod. Bruce kemudian memulai penyelidikan terhadap si Superman. Superman sendiri tengah menghadapi dilema tatkala banyak pihak mengecam aksinya yang telah banyak memakan korban jiwa warga sipil. Keduanya pun akhirnya saling berhadapan dalam duel maut. Banyak hal yang membuat film ini mengecewakan dengan kualitas naskahnya seperti ceritanya yang penuh sesak namun dieksekusi dengan kurang baik, momen epic yang dieksekusi dengan kurang baik serta pendalaman karakter yang kurang digali karena cerita yang penuh sesak, bahkan durasi 150 menit masih kurang untuk memaparkan segala hal yang ada pada film ini.
Pada paruh awal film ini mengalami kekacauan dalam menata alur ceritanya, sehingga penonton khususnya penonton awam dibuat bingung karena plot ceritanya yang banyak dan penuh sesak ingin dimunculkan pada film. Banyak unsur cerita yang dimunculkan di film ini seperti politik, pencarian jati diri sampai dilema yang dialami para super heronya. Penggalian karakter pada paruh awal saja mengalami kegagalan dalam menggali kedalaman karakternya karena banyaknya tokoh yang digali karakternya seperti Bruce Wayne, Clark Kent dan Lex Luthor yang merupakan tokoh sentral. Para tokoh baru yang baru muncul pada film ini seolah-olah para penonton dipaparkan telah mengenal dan tahu origin para karakternya, karakter yang paling kurang dalam penceritaan originnya adalah Bruce Wayne. Awal kemunculan Bruce Wayne (Ben Affleck) cukup memukau dan mampu memunculkan simpatik, hal tersebut meruntuhkan ketakutan para fans yang awalnya menganggap Ben Affleck kurang pantas sebagai Bruce Wayne karena pada film hero yang sebelumnya dia dirasa gagal memerankannya. Sedangkan Lex Luthor dalam film ini tampil epic sebagai Lex yang aneh, nyentrik namun memiliki sifat yang kompleks dan brutal.
Paruh awal sampai pertengahan cerita film ini kental dengan unsur politik yang mengedepankan dilema sang Superman yang merupakan alien dengan kekuatan tanpa batasnya mampu meluluhlantahkan kota dengan mudahnya dan orang-orang yang merasa terancam akan kehadirannya. Kehadiran sang manusia baja yang kontroversial ini bahkan dikaitkan dengan banyak orang yang memujanya sebagai sebagai messiah maupun dewa. Setiap aksi sang manusia baja selalu mendapat kritik. Pemerintah Amerika pada berbagai kesempatan melakukan sidang atas berbagai tindakan heroiknya. Tentu saja tindakan Superman ini menuai pro dan kontra, hal ini yang membuat sang manusia baja larut dalam dilema atas eksistensinya sebagai Superman. Senator Finch yang muncul mampu membangun suasana yang kentara akan unsur politik. Unsur politik ini lah yang nantinya akan menuntun cerita pada klimasks dimana sang Superman akan berduel maut dengan Batman.
Sebagai film super hero Batman V Superman juga bisa dibilang minim aksi sampai pada 3/4 cerita, memang film ini mengedepankan unsur kompleksitas cerita antara ideologi dan politik. Jalinan cerita yang kompleks tersebut menuntun para penonton sampai pada klimaks sebenarnya memiliki cerita yang unik namun diapaparkan dengan buruk. Klimaks cerita tentu saja ada pada pertarungan Superman vs Batman, pertarungan yang seru dan cepat diperlihatkan pada film ini, namun film ini tidak dapat memunculkan momen epic. Justru momen epic muncul tatkala sang Wonder Woman datang. Kemunculan Wonder Woman dieksekusi dengan baik oleh Zack Snyder, sehingga mampu memunculkan sosok Wonder Woman yang cantik, seksi sebagai petarung serta kuat dan enjoyable pada saat pertarungannya dengan kata-katanya “It was fun” sembari tersenyum dan senang. Akhirnya para fans yang dibuat menunngu dapat melihat DC trinity ini bersatu dan juga hal ini merupukan hal epic pada film ini.
Kekurangan lain yang mengganggu adalah pada pemilihan musik latar pada berbagai scene yang dirasa kurang pas dengan intensitas cerita yang sedang terjadi, sehingga yang terjadi adalah lagi-lagi kurangnya kedalaman dalam pemamaparan cerita. Dan lagi banyak hal yang tidak dipaparkan secara detail seperti bat armor yang tiba-tiba muncul tanpa ada keterangan sama sekali sehingga berefek pada kurang epicnya kemunculan bat armor tersebut.
Tentu saja film ini tidak sepenuhnya kurang memuaskan film ini setidaknya sudah mampu membuat para fans DC senang, hal menyenangkan yang muncul pada film ini adalah ketika para fans diperlihatkan akan adanya hero lain yang pada akhirnya nanti akan muncul di Justice league yaitu Aquaman, The Flash dan Cyborg. Scene tersebut seolah-olah mampu membuat fans yakin bahwa kelanjutan film ini pasti adanya. Klimaks film yang juga dikemas secara brutal dan cepat khas pertarungan super hero, kemunculan Doomsday mampu memunculkan perang yang asyik ditonton tanpa harus kita berpikir untuk menjalin cerita seperti pada paruh awal. Kualitas CG yang disajikan juga cukup memanjakan mata sehingga pertarungan demi pertempuran mampu memanjakan mata.
Berbicara soal film super hero pasti tak akan lepas dari sosok sang super villain juga. Super Villain yang muncul dalam film ini adalah sang musuh bebuyutan Superman seperti yang ada dalam komiknya yaitu Lex Luthor. Jesse Eisenberg mampu menunjukan performanya sebagai penjahat yang nyentrik dan licik. Banyak scene yang memunculkan dia sebagai penjahat yang licik dan hal tersebut beruntung dieksekusi dengan baik seperti saat pembicaraannya dengan Senator Finch “Do you know the oldest liar in America senator?” serta “The red cape are coming” dan kata-katanya pada Louise Lane yaitu “The biggest gladiator match in the history of the world, black and blue, god vs man, day vs night, son of Krypton vs bat of Gotham.”
Pemilihan cast para pemain barunya juga dirasa pas dan mampu mencuri perhatian seperti Ben Afflect mampu menunjukan karismanya sebagai Bruce Wayne. Gal Gadot mampu tampil epic serta meruntuhkan kekhawatiran fans pada awal pemilihannya sebagai Wonder Women. Jesse Eisenberg dan kapasitasnya yang mumpuni sebagai penjahat. Jeremy Irons yang tak disangka mampu berperan sebagai Alfreed Pennyworth yang merupakan partner dan pelayan setia Batman secara epic, Alfreed disini digambarkan sebagai pelayan yang tangguh dan berkarisma yang mampu menyamai Batman sendiri.
Dan pada akhir film kita akan mendapatkan twist yang akan membuat kita penasaran dengan kelanjutan cerita ini. Memang banyak sekali kekurangan fatal dalam film ini, namun jelas film ini bukanlah karya gagal, hanya saja dieksekusi dengan kurang baik. Film yang digadang-gadang sebagai blockbuster ini akan dilanjutkan oleh seri solo Wonder Woman serta berlanjut pada Justice League: Part 1. Jelas terlihat bahwa animo akan adanya DC Extended Universe tidak akan surut dengan hanya kekurangan di film BVS ini. Semoga pada film kedepannya pihak studio mampu menciptakan film yang lebih baik lagi dan belajar dari kesalahan film-film sebelumnya.
Rating: 7/10