Selepas debutnya melalui High Tension, sineas Prancis Alexandre Aja telah tumbuh menjadi sutradara horor yang kompeten. Pasca dinilai sukses merevitalisasi film tentang teror hewan buas lewat Crawl di tahun 2019, kini ia kembali menghadirkan nuansa ketegangan yang berbeda, lewat film terbarunya, sebuah film asli Netflix, Oxygen.
Untuk film terbarunya ini, lagi-lagi Aja bermain dengan storyline yang menampilkan karakter minimal dan pergerakan terbatas yang sebagian besar berpusat di satu lokasi, seperti yang sudah ia perlihatkan di Crawl. Bedanya, kali ini ia menginjeksikan hal fiksi ilmiah realistis, dan menitikberatkan aspek monster klaustrofobia dan amnesia, guna menimbulkan ketakutan internal yang tidak dapat diungkapkan dengan mudah.
Untuk pemeran utamanya, Aja memilih dan memberi Mélanie Laurent (Inglorious Basterds, Now You See Me) showcase penuh. Sementara untuk aktor pendukungnya, Aja memercayakannya pada Mathieu Amalric (Quantum of Solace).
Terperangkap dalam ruang kriogenik, dengan oksigen yang semakin menipis, Laurent berperan sebagai Elizabeth Hansen, seorang wanita tanpa ingatan tentang hidupnya sedikitpun. Yang menemani Elizabeth hanyalah kecerdasan buatan sebagai asisten sekaligus pemberi jalur informasi kehidupan di dunia luar.
Berpacu dengan waktu, di mana ia hanya memiliki waktu dan persediaan oksigen tersisa kurang dari setengah jam, Elizabeth harus berjuang mengungkapkan misteri yang menyelimuti dirinya, karena dari petunjuk yang didapatnya, hanya itu satu-satunya cara baginya untuk bisa keluar dari ruangan mematikan tersebut.
Oxygen adalah film kecil yang cerdas, yang membuat Anda terus menebak-nebak sampai akhir. Didukung oleh penampilan memukau dari Mélanie Laurent, film thriller terbaru Netflix ini ibarat perpaduan antara 127 Hours, Saw, Buried, dan film fiksi ilmiah yang belum lama juga dirilis Netflix, Stowaway, yang sama-sama mengedepankan unsur ketegangan yang disebabkan kadar oksigen sebagai premisnya.
Oxygen sama sekali tidak membuang waktu untuk masuk ke inti drama. Film dibuka dengan hook yang kokoh, yang mencengkeram Anda dengan keras dan tidak pernah terlihat seperti melepaskan. 45 menit pertama atau lebih perlahan-lahan mengungkap sedikit demi sedikit informasi melalui kilas balik yang disisipkan secara cerdik. Ini tampak seperti urutan klise dan tidak penting tetapi sebenarnya menyimpan banyak petunjuk tentang apa yang sedang terjadi dan akibat yang ditimbulkannya.
Bintang sebenarnya di sini adalah Mélanie Laurent yang memberikan kinerja menakjubkan sebagai protagonis utama yang kekurangan oksigen. Dari awal sampai akhir, ia memakukan perannya. Dijamin audiens mungkin bakal benar-benar merasakan keputusasaan yang ia tunjukkan dan setiap bagian dari situasi yang ia hadapi begitu mentah dan otentik untuk membuat audiens dibuat terpaku hingga akhir.
Oxygen sendiri memiliki beberapa twist yang efektif dan mengejutkan. Hasilnya bisa dikatakan film thriller Prancis ini berhasil melakukan pekerjaan luar biasa dengan menggulirkan storylinenya sampai saat yang tepat.
Berbekal score minimalis, Oxygen justru mengandalkan kerja kameranya untuk menopang sisi artistik berbagai hal. Ada beberapa bidikan indah di sini juga, termasuk satu urutan rotasi yang indah selama klimaks babak ketiga film yang menegangkan. Untuk meningkatkan lebih jauh, film ini menyertakan sejumlah besar bidikan close-up yang ekstrem, yang bekerja sangat baik untuk membangun nuansa sesak tempat film berkembang.
Melalui Oxygen, Aja sekali lagi memberikan entri yang mengesankan ke genre film bertema survival. Seluruh skenario ruang pelarian telah dilakukan berkali-kali selama bertahun-tahun, tetapi Oxygen mengambil elemen terbaik dari apa yang ada sebelumnya untuk menghasilkan thriller unik yang mencekam dan cerdas.
Oxygen dapat disaksikan secara streaming di Netflix