Tanggal 30 September menjadi lembar hitam dalam sejarah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada hari itu, sejumlah kalangan yang tergabung dalam Partai Komunis Indonesia (PKI), melancarkan kudeta demi mendapatkan kekuasaan. Ambisi tersebut menyebabkan terjadinya pembunuhan yang tidak hanya menimpa sejumlah pejabat tinggi Angkatan Darat, tetapi juga rakyat tak berdosa. Dan lewat empat film berikut ini, moviegoer diajak untuk mengikuti insiden berdarah tersebut dalam berbagai perspektif.
Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI
Sutradara: Arifin C. Noer
Dokudrama yang disutradarai oleh Arifin C. Noer ini berkutat seputar insiden berdarah tersebut. Dikembangkan selama dua tahun dengan bujet hingga mencapai 800 juta rupiah, Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI (1984) menjadi film termahal pada masanya. Mengambil setting waktu beberapa hari sebelum dan sesudah Gerakan 30 September, film ini memperlihatkan kekejaman PKI ketika mencoba melakukan kudeta. Sejumlah nama besar tergabung dalam film yang juga dikenal sebagai Pengkhianatan G30S/PKI ini, seperti Amoroso Katamsi, Umar Kayam, dan lainnya.
Ceritanya diadaptasi dari “The Coup Attempt of the 30 September Movement in Indonesia,” karya Nugroho Notosusanto dan Ismail Saleh. Seperti dalam bukunya, film tersebut memperlihatkan kekejaman PKI dalam menjalankan aksinya, utamanya terhadap para petinggi militer yang dijuluki Dewan Jenderal. Sejak dirilis untuk pertama kalinya di tahun 84, setiap tahunnya Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI selalu ditayangkan, demi memperingati hari bersejarah tersebut.
The Year of Living Dangerously
Sutradara: Peter Weir
Diadaptasi dari novel karya Christopher Koch berjudul sama, The Year of Living Dangerously (1982) mempertemukan Mel Gibson dengan Sigourney Weaver. Gibson berperan sebagai Guy Hamilton, wartawan dari Australia yang datang ke Jakarta demi mendapatkan berita besar. Di sanalah ia berkenalan dan menjalin cinta dengan staf kedutaan Inggris cantik, bernama Jill Bryant (Weaver). Jill memperingati kekasihnya saat mengetahui bahwa PKI berencana untuk melakukan kudeta, tetapi Guy justru tertarik untuk meliputnya.
The Year of Living Dangerously dapat dikatakan sebagai sebuah kisah cinta, di tengah kekacauan yang terjadi akibat terjadinya insiden G30S/PKI. Berkat kisahnya yang menarik, film itu menuai pujian dari para kritikus film, bahkan dinominasikan sebagai penerima sejumlah penghargaan. Aktris Linda Hunt, yang berperan sebagai pria bernama Billy Kwan, dianugerahi “Best Supporting Actress” di banyak ajang penghargaan bergengsi.
The Act of Killing
Sutradara: Joshua Oppenheimer
Pada tahun 2012, sutradara asal Amerika yakni Joshua Oppenheimer meluncurkan film arahannya yang berjudul The Act of Killing. Dikenal dengan judul Jagal di Indonesia, cerita dalam film tersebut difokuskan pada sejumlah pelaku dalam peristiwa G30S/PKI. Awalnya berprofesi sebagai calo tiket, Anwar Congo jadi pemimpin kelompok paling berbahaya di Sumatera Utara, selama terjadinya insiden berdarah tersebut. Kini, atas undangan Oppenheimer, Anwar mengisahkan semua aksi pembunuhan yang dilakukannya di masa lalu, yang diperlihatkan dalam bentuk film.
Melalui The Act of Killing, sang sutradara berusaha memperlihatkan kegelisahan dan kekhawatiran para pelaku, dalam peristiwa berdarah G30S/PKI. Walau mendapat tentangan dari pemerintah Indonesia, film besutan sutradara Joshua Oppenheimer ini berhasil menyabet sejumlah penghargaan bergengsi. Salah satunya adalah “Best Documentary Feature Film,” di ajang 7th Asia Pacific Screen Awards, di tahun 2013 lalu.
The Look of Silence
Sutradara: Joshua Oppenheimer
Sukses dengan film pertamanya, Joshua Oppenheimer menelurkan karya berikutnya yang berjudul The Look of Silence. Kali ini, kisahnya difokuskan pada seorang pria paruh baya, yang kakaknya menjadi korban pembunuhan dalam insiden G30S/PKI. Dengan dalih melakukan pemeriksaan mata, ia mendatangi pihak-pihak yang telah menghabisi nyawa kakaknya dengan kejam, untuk meminta pertanggungjawaban. Semua pembunuh yang didatanginya mengaku tidak menyesal, tapi putri salah seorang pelaku sangat terguncang dengan tindakan yang dilakukan oleh ayahnya.
The Look of Silence mampu meraih prestasi lebih besar ketimbang film pertamanya. Pasalnya, film tersebut berhasil menyabet award di hampir semua ajang penghargaan bergengsi yang diikutinya.