Sebelum Bong Joon-ho mendapat perhatian internasional lewat film drama keluarga yang melakukan konfrontasi dengan monster hasil mutasi di The Host (2006), dan jauh sebelum keberhasilannya menyabet Oscar melalui Parasite, sang sineas menghasilkan film yang tidak hanya sekarang diakui sebagai film salah satu misteri pembunuhan terbaik, tapi mungkin salah satu yang terbesar, Memories of Murder. Belum lama ini, film rilisan 2003 ini telah di-remaster secara digital dalam format 4k dan dijadwalkan akan dirilis ulang di bioskop-bioskop Inggris. Maka, berkaitan dengan momen ini dan juga hari jadi sang sineas yang ke-51, di tanggal 14 September, kami hadirkan ulasan mengenai Memories of Murder.
Memories of Murder diangkat dari kisah nyata kasus kriminal menghebohkan Korea yang terjadi di kurun waktu akhir 1980an, Hwaseong serial murders. Film bergenre thriller kriminal satir ini berfokus pada sepak terjang tiga detektif: Detective Park (Song Kang-ho) mengikuti instingnya yang salah kaprah hingga membuat kesalahan dan cenderung melompat ke kesimpulan yang aneh; Detektif Cho (Kim Roe-ha) memiliki sifat sadis dan orang pertama yang melakukan penyiksaan polisi untuk mendapatkan pengakuan dari tersangka; Detektif Seo (Kim Sang-kyung), polisi kota besar yang baru saja dipindahkan yang melakukan penyelidikan sepenuhnya berdasarkan buku dan sesuai prosedur.
Konflik berawal saat Park tiba di TKP untuk menemukan tubuh wanita muda yang dimasukkan ke dalam pipa drainase. Awalnya mengira kasus pembunuhan biasa, para penegak hukum ini mulai menduga bahwa mereka berurusan dengan kasus pembunuhan berantai saat mayat-mayat wanita korban yang selanjutnya dijumpai memiliki modus operandi yang sama, telah diperkosa dan diikat oleh pakaian dalam korban. Sayangnya, satu-satunya petunjuk yang dimiliki sangatlah lemah untuk digunakan menelusuri jejak si pelaku, yakni: si pelaku tampaknya lebih suka beraksi di saat hujan, lagu cinta yang sama telah diminta dan diputar di radio sebelum setiap insiden, dan korban masing-masing mengenakan pakaian merah. Sementara, semakin banyak korban berjatuhan, ketiga detektif ini lambat laun mulai kehilangan akal karena tekanan yang besar dari atasan mereka dan juga media dalam mengungkap kasus tersebut dan menangkap si pelaku, semuanya berujung jalan buntu.
Itulah garis besar kisah yang diketengahkan dalam Memories of Murder. Hal yang membedakan film ini dengan film-film bertema investigasi kriminal kebanyakan adalah tidak lazimnya penokohan dan penuangan Bong Joon-ho di sini yang membuatnya sulit ditemukan bandingannya.
Kontras dengan penokohan para detektif di film-film investigasi kriminal yang umumnya kompeten dan karismatik, para protagonis di sini adalah karakter unik dan bahkan cenderung aneh, yang menjadikan sorotan yang ia bidik di sini, yakni tentang ketidakberdayaan para penegak hukum ini semakin efektif.
Di sini sudah terlihat cikal bakal bagaimana Bong Joon-ho mengolah penceritaan drama kriminal satir, seperti yang nantinya ia kembangkan dalam Parasite. Meski serius, Memories of Murder juga memiliki humor menggelitiknya sendiri, contohnya saat pihak forensik kepolisian yang datang ke TKP tengah mencari barang bukti, malah kehilangan, saat seorang warga yang tengah mengendarai traktor secara tidak sengaja melindas dan mengapus jejak tapak kaki yang malah krusial.
Film ini juga berhasil berkat performa para pemainnya, terutama aktor Song Kang-ho yang kemudian sering membintangi film-film sang sineas berikutnya. Memories of Murder memang suram tetapi juga merupakan sebuah black comedy, dan itu sangat menandai bakat Bong Joon-ho untuk mengumpulkan pemain dan krunya untuk tampil di puncak permainan mereka; untuk menguasai penjajaran tone dan tema yang kuat dengan cara yang paling menarik.
Tidak mengherankan jika kemudian Memories of Murder tidak hanya sukses secara komersial namun juga menuai apresiasi yang sangat tinggi dari banyak insan film dunia. Hingga sekarang, film ini adalah salah satu film Korea paling berpengaruh sepanjang masa.
FYI
Melalui Memories of Murder, bisa dikatakan Bong Joon-ho membantu pecahnya kasus pembunuhan berantai licin ini. Saat dirilis pada tahun 2003, kasus kriminal ini memang belum terungkap, namun film ini berhasil membangkitkan kembali perhatian publik dan keputusan dibukanya kembali proses penyelidikan kasus ini, yang berujung pada berhasil diidentifikasinya si pelaku, Lee Choon-jae pada tahun 2019 lalu — yang sudah dijatuhi hukuman seumur hidup karena kasus pembunuhan terhadap saudari iparnya di tahun 1994.