Tradisi Manten Tebu Dibuat Horror
Tradisi Manten Tebu adalah tradisi unik di Jawa Timur yang dilaksanakan saat musim penggilingan tebu dimulai. Ritual ini berupa persembahan dua batang tebu pilihan, Raden Bagus Rosan dan Dyah Ayu Roro Manis, yang melambangkan kerja sama antara petani tebu dan pemilik pabrik gula. Dengan melaksanakan ritual ini diharapkan musim penggilingan tebu akan sukses.
Namun pada film “Pabrik Gula Uncut”, ritual ini diplesetkan menjadi ritual antara pemilik pabrik tebu dengan pemilik kerajaan gaib penunggu pabrik. Sehingga jadilah sebuah film bergenre horror yang cukup menyeramkan.
Untuk keperluan promosi diedarkan dua versi, yaitu versi Uncut yang ditayangkan untuk 21 tahun ke atas dan tayang pada jam 21.00 WIB ke atas (kode merah) dan versi Cut yang ditayangkan untuk 21 tahun ke bawah dan tayang siang dan sore hari (kode kuning).
Dipromosikan versi Uncut lebih seram dan tanpa gunting sensor, sedangkan versi Cut sudah ada adegan menyeramkan yang digunting oleh LSF. Uniknya durasi hanya berbeda satu menit. Durasi untuk versi Uncut 133 menit, sedangkan versi Cut hanya 132 menit.
Terlepas dari piawainya menggelar promosi, film ini ternyata berhasil menjadi film terlaris pada era liburan Lebaran 2025. Sejak tanggal rilis 31 Maret 2025 hingga hari kelima sudah tercatat jumlah penonton di atas 1,6 juta.
Sinopsis dari film yang disutradarai oleh Awi Suryadi ini mengisahkan pada tahun 2023 ada sebuah pabrik gula di Jawa Timur yang terpaksa harus merekrut karyawan musiman dari desa yang jauh dari perkebunan, karena warga lokal tidak mau bekerja di pabrik gula tersebut.
Film diawali dengan sekelompok muda-mudi dari sebuah desa yang diangkut dengan truck untuk menjadi karyawan musiman pabrik gula. Termasuk calon pengantin Hendra (Bukie Mansyur) dan Wati, Endah dan si seksi Naning.Naning merasa kurang senang, saat mengetahui Wati mengikuti Hendra bekerja di pabrik gula. Diam-diam Naning memang memiliki hubungan khusus dengan Hendra.
Pabrik Gula ini memberikan fasilitas yang bagus, selain upah yang menarik juga tersedianya perumahan karyawan. Hanya saja, ada peraturan yang harus ditaati yaitu pada waktu kode kuning, karyawan harus sudah pulang ke lodgenya masing-masing dan saat sirine berbunyi pada jam 21.00 (kode merah) semua karyawan dilarang keras berada di luar lodge. Juga dilarang keras memasuki kawasan pabrik lama yang ditutup. Semua peraturan ini diawasi ketat oleh dua security, Rano dan Karno.
Setelah bekerja sekian hari, mulai timbul rumor bahwa karyawan dilarang berkeliaran di atas jam 21.00 karena banyak setan bergentayangan yang berasal dari pabrik lama yang terbakar hebat sehingga memanggang seluruh karyawannya.
Pada suatu malam, Endah (Ersya Aurelia) melihat sesosok berkelebat diatas jam 21.00, karena curiga Endah mengikuti hingga ke pabrik lama. Endah kehilangan jejak, namun ia mendengar ada pagelaran wayang kulit. Karena penasaran, Endah melihatnya dari ketinggian, namun ia melihat penontonnya bukan manusia, ia terkejut dan terjatuh.
Endah juga melihat kecelakaan fatal yang.menimpa Rani (Azelia Putri) yang bukan berasal dari satu desa dengannya.
Sementara Fadhil (Arbani Yasliz) bermimpi ada dua karyawan yang mencuri perhiasan, dan dikunjungi perempuan Belanda tanpa kepala.
Waktu penggilingan tebu hampir tiba, mbah Jinah (Dewi Pakis) dan mbah Samin (Budi Ros) melaksanakan ritual sesajen, berupa dua ekor sapi dan persembahan lainnya. Ternyata sesajen tidak disentuh, sehingga mereka curiga ada yang tidak beres. Lalu mbah Samin minta kepada penanggung jawab pabrik agar penggilingan tebu ditunda. Tetapi tidak dikabulkan.
Mulai terjadi kejadian-kejadian aneh di pabrik. Kecelakaan kerja dan seorang karyawan yang mayatnya ditemukan di sumur tua dekat pabrik lama.
Berdasarkan cerita Endah dan Fadhil, mbah Jinah mencoba mencari pencuri perhiasan Maharatu yang diduga menjadi penyebab kejadian-kejadian aneh.
Siapa yang melakukan pencurian perhiasan Maharatu ? Apakah perbuatan yang terlarang ini berhasil terkuak ?
Silakan menonton sendiri film ini. Film ini memiliki jumpscare yang cukup mengejutkan.
Scoring pemilihan musik yang tepat, sehingga makin menambah suasana seram.
Juga penampilan seni kuda lumping yang berjalan di atas pecahan kaca dan makan kaca dipertunjukkan cukup lengkap, sehingga sangat baik bagi dokumentasi kebudayaan yang sudah jarang ada.
Ritual manten tebu yang diplesetkan menjadi kerja sama antara pemilik pabrik gula dan pemilik kerajaan gaib juga memotret sebuah budaya yang jarang ada di era modern ini.
Unsur budaya khas Jawa Timur ini sangat bagus bisa diangkat ke layar perak.
Kreator: Sutiono Gunadi