Sebelum mengulas film Mank yang perihal fakta menariknya dapat dibaca di sini, perlu dipaparkan terlebih dahulu tentang Citizen Kane, film yang polemik kisah pembuatannya diangkat di sini. Walaupun kadang masih diperdebatkan, sulit disanggah kalau hingga saat ini Citizen Kane masih diakui menjadi salah satu film terbaik dan paling berpengaruh yang pernah dibuat. Namun, ada perihal yang boleh jadi belum diketahui banyak orang, yakni mengenai kisah menarik di balik pembuatannya.
Hal ini dikarenakan di balik debut gemilang Orson Welles di sana, ada polemik berkenaan dengan sosok-sosok yang menginspirasi si penulis skripnya Herman J Mankiewicz saat menulis Citizen Kane, salah satunya pebisnis raksasa media, William Randolph Hearst dan wanita terdekatnya, aktris Marion Davies. Karena tingkat kesamaan yang begitu gamblang inilah skenario tulisan Mank sempat membuat nasib banyak pihak menjadi tidak nyaman dan proyek ini dalam resiko besar.
Sosok inilah yang kini dikedepankan oleh David Fincher, dalam film terbarunya, Mank. Film ini merupakan ajang comebacknya pasca hiatus dari penyutradaraan layar lebar enam tahun yang lalu, pasca merilis Gone Girl.
Dikisahkan, pada tahun 1940 Orson Welles mendapatkan kebebasan mutlak untuk proyek film terbarunya di bawah bendera RKO. Welles kemudian merekrut penulis Herman J. Mankiewicz yang dalam masa pemulihan usai menderita patah kaki karena sebuah kecelakaan lalu lintas. Diurus oleh sekretarisnya, Rita Alexander (Lily Collins) dan seorang perawat Jerman, dari proses menulis Mank untuk Citizen Kane, terungkap melalui kilas balik pada hubungannya yang kacau dengan Hearst (Charles Dance), Marion Davies (Amanda Seyfried) dan kepala studio MGM Louis B. Mayer (Arliss Howard), serta ketergantungan sang penulis akan alkohol.
Tidak bisa diragukan lagi, hal pertama yang paling menggugah dari film Mank adalah visualisasinya yang menarik. Seperti halnya Citizen Kane, Fincher mengemas film ini dalam format hitam putih. Terasa benar pada tingkat teknis, Fincher dan sinematografer Erik Messerschmidt (Mindhunter, Gone Girl) memberikan penghormatan pada banyak gaya Welles – dari narasi non-linier hingga penekanan luar biasa pada tata cahaya dan pemaksimalan efek bayangan.
Pilihan format sinematografi ini membuat Mank terlihat dan terdengar seperti datang dari era yang sama dari Citizen Kane dan bisa dibilang ampuh untuk secara total membawa audiensnya ke era tersebut dibanding film-film kontemporer film sebelum-sebelumnya. Seperti halnya film yang kisah proses pembuatannya menjadi pokok permasalahannya, film biopic ini secara teknis punya amunisi yang jauh di atas rata-rata. Dari segi performanya, Gary Oldman sekali lagi memerlihatkan penampilan terbaiknya di genre biopic, menjadi yang paling bersinar di antara jajaran pemain lainnya di film ini. Sementara, Amanda Seyfried mampu memberikan performa menawan sebagai Marion Davies; dan Tom Burke beberapa kali mampu mencuri perhatian meski adegannya tidak banyak, sebagai Orson Welles.
Sayangnya, untuk film yang mengetengahkan tema proses penulisan skenario, kelemahan paling kentara di film biopic ini justru terletak di skripnya. Ditulis oleh mendiang ayah David Fincher, skripnya mencoba untuk menyediakan penjelasan motivasi Mank dengan memoles subplot tentang pencalonan gubernur Upton Sinclair. Namun, apa lacur, hal tersebut malah membelokkan perhatian dari intrik elemen cerita yang lebih menggigit, yang terangkum secara gamblang dalam interaksi puncak antara Mank dan Davies. Meski jika secara kualitas dan memberikan kenikmatan menonton dibandingkan dengan karya-karya terdahulu David Fincher sebelumnya, terutama yang juga berunsurkan genre biopic, yakni The Social Network, Mank masih satu tingkat di bawahnya, Mank secara keseluruhan tetap merupakan film kelas festival solid yang rasanya akan berbicara banyak di ajang Oscar 2021 mendatang.
Mank dapat disaksikan secara streaming di Netflix sejak 4 Desember 2020