Like & Share , ini adalah kata -kata yang saat ini menjadi buah bibir , dikarenakan muatannya ceritanya digambarkan mengandung unsur pornografi dan juga isyu lain terkait salah satu pemainnya. Namun kali ini Cinemags hanya akan membahas mengenai filmnya.
Bagaimana jika sebuah film , sedari awal, hanya dengan melihat trailernya saja, sudah membuat penontonnya mengasumsikan akan unsur ponografi? Hal ini tentunya menjadi menarik, namun sebelumnya dilihat terlebih dahulu trailer sensasional ini, agar dapat memahami pembahasan selanjutnya
Awal pembuka dengan suara mendesah dan tampilan gambar yang menguak imajinasi orang tertentu akan sesuatu yang sensual , dengan mudah menarik perhatian penonton. Terjadi dua pandangan, ada yang langsung beranggapan ini termasuk unsur ponografi dan ada juga yang ingin menonton lebih lanjut , ingin mengetahui ini sesungguhnya film yang bercerita mengenai hal apa?
Sebelumnya mari mengenal terlebih dahulu istilah ASMR yang terdengar disebutkan dalam dialog. ASMR atau Autonomous Sensory Meridian Response adalah video yang mampu memberikan sensasi menggelitik. Penyebab sensasi tersebut muncul adalah karena ada stimulus berupa visual maupun auditori. Melalui penjelasan ini diharapkan agar adegan-adegan selanjutnya dapat difahami pula sebagaimana konteks tersebut.
Apakah yang hendak disampaikan melalui Like & Share?
Alur kisahnya sederhana , ini merupakan cerita remaja pada umumnya yang membahas mengenai hal-hal yang ditabukan oleh para orang tua, sehingga merekapun mencari tahu di luar dan informasi yang didapat ternyata sangat mudah dan beragam. Dimanakah peran orang tua disini? Muncul dalam petuah-petuah klise yang membosankan atau terkadang seperti pengulangan dari kata-kata orang tua lainnya , tanpa melihat konteks permasalahan yang ada di hadapannya. Ini termuat dalam dialog antara Ibu Nida (Unique Priscilla) dengan Lisa (Aurora Ribero) saat membahas mengenai ketenangan jiwa. Lisa menemukannya melalui video ASMR, sedangkan Ibunya seperti terprogram otomatis menjawab agar Lisa mengaji jika mau mencari ketenangan.
Ternyata ini adalah salah satu adegan yang menggambarkan bagaimana komunikasi antara remaja dengan orang tuanya , saat ini hanyalah sebatas formalitas belaka. Dapat dikatakan, masing-masing tidak berupaya mencari tahu lebih mendalam mengenai apa yang dirasa, dipikirkan sehingga membuat renggang hubungan dalam kisah ini antara Ibu dan Lisa.
Lisa seolah dapat menemukan kenyamanan dalam hidupnya, saat bersama dengan Sarah (Arawinda Kirana). Membuat video ASMR saja bisa terasa menyenangkan, karena tidak ada yang melarang . Namun secara sadar Lisa masih menyimpan pesan-pesan moral yang ditanamkan oleh Ibunya, inilah yang membuat dirinya merasa curiga dan mencoba mencari lebih dalam mengenai masalah yang menimpa Sarah dengan pacarnya. Masalah ini nampaknya begitu dalam, sehingga Sarah mendadak berubah dan Lisa pun penasaran akan hal ini.
Pembanding antara sikap dan tindakan Lisa terhadap Ibunya dengan Lisa terhadap Sarah disini telah jelas hendak menyampaikan kesenjangan berkomunikasi antara dua pihak. Adakah sesuatu yang salah disini, saat anak tak lagi ingin mengetahui lebih dalam sebuah masalah yang menimpa orang tuanya, dibandingkan dengan teman sebayanya.
Sutradara dan penulis Gina S. Noer , membuat semua ini dalah gambar-gambar menarik ala masa kini, disertai pula dengan scoring lagu yang mendukung , membuat penonton semakin hanyut . Pesan yang disampaikan tersampaikan.
Kemudian babak selanjutnya adalah pada masalah yang menimpa Sarah. Ini dapat dikatakan merupakan kejadian umum yang dialami oleh remaja masa kini. Rasa penekanan mengenai mitos-mitos dan juga informasi yang salah , tetap saja menempatkan remaja putri menjadi korban , apapun alasannya. Predator bermulut manis, terlebih pandai memanipulasi diperlihatkan dengan terbuka . Apakah yang dapat dilakukan oleh Sarah? Apa yang dapat diperbuat oleh perempuan yang telah jatuh dan mengalami semua hal ini?
Dengan manis penonton digiring pada solusi demi solusi yang biasa ditawarkan, dan kemudian diberikan alternatif pembedanya . Tinggal penonton yang mengambil keputusan sendiri.
Tema penyuluhan yang disulut unsur pornografi , serta kemudian berkembang menjadi bola liar ini, memang sangat diperlukan di era masa sekarang ini. Saat remaja berada di suatu titik, merasa tidak mampu berkomunikasi lagi dengan orang tua, maupun orang dewasa yang berada di dekatnya.
“Mereka terlalu merasa lebih tahu, padahal mereka sama-sama juga tidak memahami permasalahan ini”
Malalui tagar #KamiBersamamu #KawanPuan , penonton pun diajak untuk bergerak bersama, membantu para perempuan yang mengalami hal serupa. Ini bukan sekadar remaja yang mengalami kekerasan seksual, ini juga merupakan potret perempuan segala usia yang mengalaminya. Melalui media apapun onlie (sosial media) hingga offline.
Sebagai penutup, film ini sendiri telah menjadi nomine Golden Hanoman Award di JAFF 2022 . Lalu apakah dapat memenangkan award ini?