Menyaksikan aksi hacking dalam film tidak kalah intens dari melihat adegan pertarungan, baku-tembak maupun kejar-kejaran memakai kendaraan. Setelah melalui perjuangan keras, seorang hacker dapat melakukan berbagai hal lewat PC atau laptop yang mereka miliki. Intinya, seorang hacker – setelah menyelesaikan tugasnya – ibarat dewa yang berkuasa penuh. Setidaknya, itulah yang diperlihatkan dalam berbagai film bertema hacker. Tapi tahukah Anda bahwa semua itu tidak benar, bahkan cenderung menyesatkan!
Orang memiliki persepsi salah terhadap hacking karena kebanyakan film, utamanya buatan Hollywood, menampilkannya dalam cara yang tidak akurat. Berikut adalah sejumlah kesalahan yang selalu terjadi ketika filmmaker menampilkan hacking dalam film. [Aseek]
Mengetik Secepat Kilat
Hacking dalam film lazim diperlihatkan berupa mengetikkan command atau computer code secepat kilat; biasanya diiringi musik yang membuat suasana tegang. Bahkan dalam episode “The Bone Yard” dari NCIS (bukan film, sih), dua agen mengetik pada satu keyboard untuk menghadang hacker. That’s just dumb! Hacking dalam dunia nyata tidak berkaitan meng-input command dengan cepat, bahkan cenderung lambat karena kita harus menanti hasilnya terlebih dahulu.
Kemampuan Meretas Dalam Hitungan Detik
Dalam Swordfish (2001), Stanley Jobson (Hugh Jackman) diberi waktu 60 detik untuk meretas situs Kementrian Pertahanan, di bawah todongan pistol. Hal serupa juga ditemukan dalam judul-judul lain. Itulah kesalahan persepsi tentang hacking dalam film di mana di tangan seorang expert, semuanya bisa dilakukan dengan cepat. Padahal, untuk melakukan proses hacking “berskala besar,” seorang pakar pun membutuhkan waktu berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan.
Memakai Semua Objek Untuk Meretas
Di sejumlah film, diperlihatkan kalau seseorang – tokoh utama maupun sang antagonis – meretas komputer memakai perangkat yang unik. Tengok saja Firewall (2006), di mana Jack Stanfield (Harrison Ford) memakai iPod untuk mengirimkan data. Hal itu sangat tidak mungkin karena dalam dunia nyata, hacker membutuhkan program serta hardware tertentu. Jadi, tidak mungkin seseorang meretas memakai sembarang perangkat – itulah salah satu kesalahan persepsi tentang hacking dalam film.
Interface Dengan Visual Super “Wah”
Kesalahan persepsi lainnya yang sering dikaitkan tentang hacking dalam film adalah visual yang “wah.” Contohnya dalam Skyfall (2012), ketika Q (Ben Whishaw) memperlihatkan kalau jaringan MI6 diretas oleh Raoul Silva (Javier Bardem). Di sana, kita bisa melihat kode-kode komputer tampak seperti jaringan yang hidup. Pada kenyataannya, seorang hacker hanya berhadapan dengan sejumlah window yang menjalankan beragam program, serta untaian kode berisi teks dan angka. Dijamin terlihat sangat membosankan, apalagi bagi orang awam.
Semua Bisa di-Hack
Seperti yang dijelaskan di paragraf awal, dalam film seorang hacker layaknya dewa yang mampu melakukan semua hal. Misalnya dalam The Net (1995), di mana seorang hacker menghapus seluruh data pribadi sang tokoh utama, Angela Bennett (Sandra Bullock). Mulai dari nomor penduduk, kartu kredit, dan lainnya. Dan semua itu dilakukan hanya memakai satu command saja! Meski memakai sistem berbasis online, data-data itu tersimpan dalam “wadah” berbeda sehingga tidak bisa diakses dengan mudah. Hanya hacking dalam film yang bisa melakukannya!
Bahkan Teknologi Alien pun Bisa Diretas!
Menghadapi pasukan alien yang dibekali teknologi canggih, David Levinson (Jeff Goldblum) menciptakan virus komputer yang mampu melumpuhkan sistem pertahanan mereka. Itulah yang terjadi dalam Independence Day (1996), dan semua itu omong kosong belaka! Sulit dipercaya kalau Levinson bisa mengenali operating system pesawat induk para alien, memakai laptop miliknya, hanya dalam waktu semalam. Memangnya, mereka memakai Windows atau Linux sebagai OS-nya?!