Djinn’s Curse
Mengusung sebuah misteri akan pembunuhan yang tak pernah dapat diselesaikan.
Alur cerita film ini pun berkambang menjadi horor-gore.
Namun sebelumnya, saksikan dahulu trailernya
Dari trailer ini terlihat, kental sekali akan unsur Agama Islam.
Setelah menonton hingga selesai film ini, maka semakin terasa bahwa film ini memuat pesan.
Pesan penting yang mengingatkan manusia.
Agar tak melupakan Allah dan dalam setiap perjalanan hidup manusia ,agar tidak menyekutukannya.
Namun dengan inti sari alur cerita yang sesederhana itu.
Oleh sutradara dan penulis Kriangkrai Monvichit (My Love is Soup), dibuat menarik.
Review Djinn’s Curse
Babak awal dibuka dengan penceritaan mengenai sebuah kejadian di masa lalu.
Ini merupakan kunci dari kejadian-kejadian yang berikutnya terjadi.
Kemudian saat kamera mengarah pada perjalanan sekeluarga yang nampaknya habis mengalami sesuatu hal yang sangat berat.
Mulai dari titik ini, perlahan tapi pasti nuansa hororpun berkembang.
Dimulai dengan rumah kayu yang indah, namun terlihat kuno, dengan banyaknya barang-barang peninggalan warisan orang di masa lampau.
Penampilan warna yang kusam, redup dan cenderung kelabu, seolah menunjukkan bahwa inilah dunia sendu dan akan penuh misteri.
Pengambilan gambar banyak sekali difokuskan pada elemen-elemen misteri dan hingga babak kedua ini masih banyak diterapkan dengan tempo waktu yang amat lambat.
Penekanan akan ke misteriusan serta hawa aura kegelapan , akan adanya Jin terasa sekali ditekankan disini dan terasa terkadang terlalu berlebihan.
Namun selipan “jump scare” yang diberikan, cukup memberikan warna dan menyentakkan penonton, saat sudah mulai merasa jenuh dengan tempo waktu lama ini.
Kemudian saat babak kedua, mulailah saat misteri terkuak dan memberikan warna horor dengan selipan gore yang menyayat hati.
Disini semua elemen yang menunjukkan kebiadaban dan napsu setan diperlihatkan secara vulgar, sehingga mungkin sepantasnya yang menonton menyadari akan hal ini.
Sehingga tidak terlalu terbawa emosi, karena terlihat begitu meyakinkan dan nyaris menjijikkan.
Ini merupakan peringatan bagi penonton yang tidak menyukai adegan-adegan penyiksaan baik hewan maupun manusia.
Kemudian saat babak ketiga, alur cerita mulai terasa terburu-buru .
Ini terasa terutama dalam memenuhi penyampaian satu pesan yang telat tertampilkan di awal film.
Pesan inipun terasa sekali kentalnya sebagai pengingat manusia, agar tetap memegang Allah sebagai penyelamatnya.
Secara keseluruhan Cinemags merasa film ini menarik, dari segi sinematographi penyampaian pesannya.
Sedari awal sebenarnya, penonton sudah diberitahu, apa isi kandungan cerita yang termuat dalam film ini. Namun karena menggunakan bahasa simbolis, ini jadi hanya dapat difahami setelah selesai menonton filmnya.
Banyak pula, penggunaan istilah lokal, yang membuat penonton menjadi mengetahui lebih banyak akan budaya disana
Selipan humornya pun terpasang dengan pas, saat penonton agak mulai jenuh dan perlu bernafas.
Bisa dikatakan humor yang terselip, walaupun mungkin sudah sering dilakukan dan didapati pada banyak film.
tetap menjadi penyelamat, setelah penonton merasa lelah karena ketegangan yang berkepanjangan.
Namun akhir cerita, serta twist yang diberikan, masih memiliki kelebihan, walaupun bagi beberapa pencinta film, sudah pasti akan dapat menebaknya.
Penutup Review Djinn’s Curse
Namun walau bagaimanapun, bagi penggemar genre horor, akan menemukan, menonton film ini merupakan pengalaman sinematik yang unik.
Serta dapat pula menambah wawasan baru dalam mencermati genre horor, yang tiada habisnya menyerbu pasar film Indonesia masa ini.
Menarik juga diamati, properti yang dihadirkan cukup meyakinkan dan membawa imajinasi penonton ke alam kegelapan.
Akting Akara Amarttayakul, yang berperan sebagai Win, menampilkan beragam akting yang cukup meyakinkan penontonnya.