Hari Penutupan IndoComicCon, dari kaca mata Adica
Pagelaran Indonesia Comic Con (Indocomicon) terasa makin ramai pada hari penutupannya 25 Juni 2023. Setidaknya itulah yang saya lihat sewaktu saya mengunjunginya di Balai Sidang Jakarta.
Saya belum pernah menghadiri acara tersebut sebelumnya. Yang terbayang di pikiran saya adalah bazar komik terbesar dan termurah.
Maklum, dari judul pagelarannya saja, tersemat kata “comic”, sehingga pastilah ada yang berjualan komik di dalamnya.
Para Cosplayer di Indocomicon/sumber: dokumentasi Adica
Namun, ternyata bayangan saya sebelumnya “meleset” cukup jauh. Sebab, ketimbang disebut sebagai bazar komik, acara ini lebih tepat dipandang sebagai ajang “reuni” para cosplayer.
Saya kira hal itu tidaklah berlebihan, mengingat ada banyak sekali cosplayer yang hadir. Tak hanya dalam negeri, cosplayer dari luar negeri juga terlihat datang.
Penampilan mereka juga tampak beragam, dan unik. Semuanya “all out” berpenampilan sesuai karakter anime atau game tertentu.
Disebut “all out” karena tak cuma kostum, make up mereka juga betul-betul mendetail! Hal ini membikin saya salut, mengingat modal yang dikeluarkan untuk berpenampilan demikian tentu tidaklah murah.
Cerita Kehidupan Cosplayer
Jelang tengah hari, dua cosplayer naik ke pangggung. Mereka adalah Hikarin dan Xiaoyukiko. Keduanya berasal dari Singapura dan ini adalah kehadiran pertama mereka sebagai tamu. Di atas panggung mereka kemudian berbagi kisah tentang kehidupan sehari-hari mereka sebagai cosplayer.
Hikarin dan Xiaoyu menuturkan menjadi cosplayer mengubah hidup mereka.
Mereka menyebut bahwa kepercayaan diri mereka meningkat setelah berdandan sesuai dengan karakter anime, manga, atau game tertentu.
Terlebih setelah ikut komunitas cosplay, kepercayaan diri mereka terus menguat.
Xiaoyu misalnya menceritakan bahwa dirinya sempat mengalami “demam panggung” sebab aslinya ia bukan orang yang punya tingkat kepercayaan diri yang tinggi.
Sewaktu mengenakan kostum “wah”, yang menarik perhatian banyak orang, awalnya ia mengaku sangat malu. Namun, perasaan itu perlahan sirna, sehingga sekarang ia bisa tampil berani di atas panggung Indocomicon.
Meski begitu, menjadi seorang cosplayer bukan tanpa masalah. Terlebih jika menyangkut soal kehidupan pribadi.
Hikarin misalnya menceritakan bahwa ia mesti menutup rapat-rapat kehidupan pribadinya dari orang-orang sekitar.
Maklum, setelah jadi cosplayer terkenal, ia tentu tidak bisa leluasa bersikap, berucap, dan berpenampilan sewajarnya. Sebab, akan selalu ada orang yang mengulik kehidupan pribadinya, dan hal itu membikinnya jengah.
Selain itu, seperti orang pada umumnya, seorang cosplayer ternyata bisa mengalami kelelahan. Bergonta-ganti tampilan karakter dan ikut banyak event bisa menimbulkan rasa lelah.
Jika para cosplayer merasakan perasaan tersebut, Hikarin dan Xiaoyu menyarankan agar mengambil rehat. Sederhananya jangan menghukum diri sendiri jika sedang “burnout”.
Selain itu, cosplayer juga mesti mempertimbangkan karakter yang mereka pilih. Pilihlah karakter yang memang mereka sukai.
Hal itu dilakukan demi menjaga api “passion” di dalam hati para cosplayer tetap menyala.
Sebab, seperti kata Xiaoyu: “The passion is very important.”
Dari cerita Hikarin dan Xiaoyu, saya mendapat wawasan bahwa ternyata tidaklah gampang.
Ada tantangan tersendiri di dalamnya, terlebih bagi cosplayer yang memutuskan menekuninya sebagai sumber penghasilan.
Walau begitu, di akhir “sharing”, Hikarin dan Xiaoyu mengaku happy-happy saja menjalaninya.
Semuanya bisa terjadi mereka punya passion yang kuat di dalamnya.
Salam Adica
Cosplay dari kaca mata Dewi
Ada pendapat menarik dari Dewi Puspa.
Di panggung ada Reika cosplayer dari Jepang. Juga ada Rian dan Yumaki. Ketiganya membahas prospek menjadi costume maker.
Dari kecintaan akan kostum karakter, membawa mereka ke dunia ini dan kemudian membuat kostum sendiri.
Kostum-kostum tersebut bukan sembarang kostum, karena dibuat dengan teliti dan melalui riset.
Reika bercerita ketika membuat kostum Kenshin, ia datang langsung ke perguruan kendo dan mempelajari kostumnya.
Sama halnya dengan Reika, dua cosplayer dan costume maker Indonesia bercerita bila kecintaan mereka diawali dari kekaguman akan kostum Ironman.
Dari situ mereka belajar menjahit, mengenakannya dan kini sibuk berprofesi jadi pembuat kostum.
Kostum mereka makin dilirik industri perfilman nasional.
Bahkan sudah diekspor hingga ke Arab Saudi dan Kuwait. Wah keren.
Kreator: Dewi Puspasari
View this post on Instagram
Baca juga :Keliling IndoComicCon 2023
Kontributor : Dewi dan Adica