Mengawali debut universe barunya dengan Man of Steel (2013), DC seakan tak mau kalah dengan Marvel yang sudah membangun Cinematic Universe-nya sejak Iron Man (2008). Masih disutradarai oleh Zack Snyder yang juga memimpin proyek Man of Steel lalu, tak lupa pula nama Christopher Nolan yang sukses dengan trilogi The Dark Knight menjadikan film ini sangat menjanjikan untuk menjadi tontonan wajib tahun ini. Alih-alih meneruskan atau membuat film ‘Batman’ baru, mungkin DC beranggapan bahwa sudah banyak Batman mendapatkan film adaptasi live-action sebelumnya sehingga tak wajib bagi Batman untuk menceritakan kisah awalnya lagi. DC membuat film dalam urutan rilis kedua dalam DCEU (DC Extended Universe) ini agar lebih menekankan konflik untuk segera memulai proyek Justice League.
Superman / Clark Kent (Cavill) berhasil mengalahkan General Zod (Shannon) dan membuat berantakan seluruh kota. Bruce Wayne / Batman (Affleck) gagal menyelamatkan para pekerjanya dan menganggap bahwa Superman adalah salah satu ancaman bagi umat manusia. Dua tahun pun berlalu, Superman kini dipuja karena aksi heroiknya dalam menyelamatkan setiap orang yang butuh pertolongan di dunia. Namun dendam dan rasa ketakutan setelah pertarungan pertamanya belumlah hilang di hati masyarakat dan para korban. Di lain tempat, Lex Luthor (Eissenberg) berhasil menemukan bebatuan Krypton yang diduga dapat melemahkan Son of Krypton tersebut. Batman melacak organisasi teroris yang terhubung pada transaksi penemuan batu krypton lainnya yang berujung pada Lex. Bruce juga menemukan berkas file manusia super yang Lex sembunyikan, hal ini menuntunnya pada mimpi-mimpi aneh yang mengharuskannya mengumpulkan manusia super yang ada dalam file tersebut untuk bersatu melawan kejahatan. Selain itu, Superman juga harus menanggung banyak beban fitnah yang dilakukan dibalik bayang-bayang Lex Luthor untuk membuat Batman dan Superman berseteru dan saling menghabisi.
Opening yang cukup mempesona. Di mulai dari masa lalu Bruce Wayne yang dibawakan dengan dramatis, hingga menuju event Man of Steel dari sudut pandang Bruce Wayne yang menyentuh hati. Sebagai pemanasan, penonton disuguhkan akan aksi-aksi penyelamatan yang dilakukan Superman maupun pembasmian kriminal yang dilakukan sang kelelawar dari Gotham. Berikutnya, kita diperkenalkan dengan karakter Lex Luthor, sang ilmuan kaya namun memiliki kepribadian yang agak aneh. Kemunculan Wonder Woman, dan beberapa pemeran pendukung lainnya. Clark Kent seakan-akan ditarik untuk bertemu Batman padahal Batman sendiripun memiliki masalahnya sendiri, yakni melacak penyelundupan sebuah batu krypton, senjata untuk mengalahkan Sang anak dari Krypton tersebut.
Film ini terbagi rata dalam pembagian sudut pandang, yakni Batman dan Superman itu sendiri. Superman memiliki masalah dengan masyarakat yang menganggap keberadaannya adalah bahaya bagi umat manusia. Kegalauannya tersebut cukup tergambarkan sampai ia bertemu bayangan sang ayah kala mendaki sebuah gunung. Batman memiliki scene-scene metafora lebih banyak dari Superman untuk menggambarkan kegelisahan serta ketakutannya akan kekuatan Superman. Dan dalam mimpi itu sendiri bahkan diselipkan potongan ramalan yang mengenai apa yang akan terjadi pada Justice League nanti, Bruce Wayne harus segera mengumpulkan manusia super untuk bersatu melawan kejahatan di masa yang akan datang. Terus terang, scene metafora tersebut tidak terasa beda dengan realita sehingga mungkin akan membuat penonton bingung dan kaget karena tidak dapat membedakan mana yang asli dan mana yang realita. Namun dari segi kreatifitas, it’s okay.
Babak pertama untuk perkenalan karakter sudah cukup menarik, namun semakin ke tengah malah terkesan biasa saja. Terus terang, DC mungkin ingin membalap ketinggalannya dari Marvel sehingga menampilkan banyak easter eggs Justice League yang bahkan menurut saya tidak begitu penting disini. Batman v Superman masih terasa terburu-buru, apalagi menampilkan Doomsday yang notabene-nya sudah termasuk salah satu musuh terkuat dalam jagad DC. Di lain sisi, penampilan para aktor cukup bagus. Ben Affleck yang tadinya diragukan, tampil sebagai Batman yang lincah, gelap dan kejam. Batman kali ini juga terlihat lebih luwes dan tak segan-segan dalam pertarungan dibandingkan Batman-Batman sebelumnya. Martial Art yang dikombinasikan dengan beberapa gadget dan senjata juga terlihat menakjubkan. Wonder Woman cukup menarik perhatian di sepanjang film. Dan tentu saja Jesse Eissenberg sebagai Lex Luthor tampil berbeda dengan Lex Luthor sebelumnya. Kali ini, Lex lebih matang, berambisi dan lebih psycopath dan cerdas. Pujian dalam akting pantas didapatkan oleh Jesse.
Babak akhir pertempuran tidak jauh berbeda seperti Man of Steel. Merusak-rusak kota memang sudah menjadi keahlian Zack Snyder dalam menampilkan CGI yang luar biasa. Ada beberapa adegan yang terkadang membuat saya berdebar-debar, terutama ketika Batman yang tak punya kekuatan apa-apa mendapat serangan langsung dari Doomsday justru terasa lebih seru ketimbang melihat pukul-pukulan antara Doomsday dengan Wonder Woman atau pun Superman. Scoring dari Hans Zimmer cukup baik meskipun memang ada beberapa scoring yang terasa tidak pas dan kadang mengganggu.
Overall, mungkin untuk penonton awam akan menganggap film ini terasa biasa saja bahkan agak berat untuk yang menginginkan hiburan semata karena plotstory yang memang sedikit rumit. Namun untuk para pecinta komiknya, justru ini bisa menjadi sebuah sajian yang cukup memuaskan mengingat film ini adalah pemanasan menuju Justice League. Sudah banyak yang bilang film ini tidak lebih bagus dari Man of Steel. Namun saya menilai bahwa film ini masih lebih baik dari Man of Steel, namun tentu saja masih belum bisa melampaui trilogi The Dark Knight besutan Nolan.
Score: 7.5/10
“Devils don’t come from hell beneath us. They come from the sky.” – Lex Luthor