Cinemags
  • Trending
  • Reviews
  • Movie News
  • TV News
  • Interview
  • Lainnya
    • Show Case
    • Komik
    • Shop
No Result
View All Result
Cinemags
  • Trending
  • Reviews
  • Movie News
  • TV News
  • Interview
  • Lainnya
    • Show Case
    • Komik
    • Shop
No Result
View All Result
Cinemags
No Result
View All Result

Bicara mengenai film Nana, interview bersama Kamila Andini

Kamila Andini kali ini menyutradarai lagi film bertemakan perempuan secara period

by nuty laraswaty
February 3, 2022
in Articles, Asia, Featured, Indonesia, Interview, Movie Articles
Reading Time: 5 mins read
A A
0
Film Before, Now and Then (Nana) karya Kamila Andini Inbox
Share on FacebookShare on Twitter

Jika tiada aral melintang, tentunya utusan film Nana akan berangkat di bulan Feruari 2021 ini ke ajang Berlinale ke-72. Film Nana yang dengan judul bahasa Inggrisnya Before, Now & Then, akan berkompetisi bersama film-film dari pembuat film dunia ternama seperti sutradara Carla Simon, Claire Denis, Rithy Panh, Denis Cote, Paolo Taviani, Ulrich Siedl, Andreas Dresen, Hong Sang Soo, Isaki Lacuesta, dan François Ozon.

Kamila Andini memang senang membuat film bertemakan perempuan dari sisi humanisnya, sehingga karakter yang ia bangun biasanya memiliki sisi hitam dan putih. Ini merupakan sesuatu yang manusiawi dan dapat dikatakan merupakan ciri khasnya.

Terkait akan hal ini, Cinemags dan beberapa media , mendapatkan kesempatan untuk bertanya langsung seputar film ini dengan sutradara Kamila Andini , dan berikut ini adalah rangkumannya.

Q: Bisa diceritakan mengenai kisah film ini, dari sisi yang paling menarik yang membuat ingin menyutradarainya?

A : Buat saya yang paling menarik adalah tawaran untuk menyutradarai sebuah film period yang intim mengenai perempuan, walaupun perempuan ini ada di jaman apapun. Perempuan ini seperti kita melihat ibu kita, nenek kita, sahabt kita yang kita sayangi apa adanya, bisa saja melakukan suatu perbuatan yang benar atau salah, dan sebenarnya dari situlah kita belajar mengenai kehidupan, di balik semua kesulitan-kesulitan yang dialami.

Ini sih idealnya cerita yang memotret kondisi perempuan pada masa itu , dan menjadi refleksi akan perempuan secara detail dan kita bisa melihat ada sesuatu yang telah bergerak, ada yang belum bergerak -sama sampai sekarang. Dialog ini yang membuat saya tertarik, bagaimana saya dalam kondisi saat ini berrefleksi dengan karakter saat itu. Mendialogkan posisi perempuan dalam pernikahan, dalam wilayah domestik seperti apa. Itu sih yang seru buat saya.

Baca Juga:  Proyek Baru ‘One Piece’ di Netflix Tuai Kritik Besar dari Penggemar

Q: Bisa diceritakan lebih lanjut kerumitan dalam membuat film period ini?

A : Film kali ini lebih menantang , ini membuat proses pembuatannya menjadi lebih menyenangkan lagi . Saat membuat film ini, saya sadar betul bahwa  walaupun riset dilakukan sedetail apapun, saya tidak mungkin mampu memahami perspektif perempuan pada jaman itu. Saya harus sadar betul bahwa bagaimanapun secara kreator, saya adalah perspektif perempuan saat ini, sehingga memang film ini walaupun setting-nya lampau, ini dalah produk masa sekarang, dimana kita hidup di era berbeda. Jadi meskipun settingnya masa lampau, cara penyampaiannya sangat modern sesuai era masa kini, karena memang saya tidak sedang membuat mesin waktu untuk bisa kembali ke masa lampau, tapi membuat jembatan bagaimana kita dapat melihat dan melakukan refleksi akan perempuan.

Film Before, Now and Then (Nana) karya Kamila Andini Inbox

Q; Apakah ada pesan khusus yang hendak disampaikan melalui film ini?

A: Saya lebih ingin mengajak orang untuk mengalami, dibandingkan dengan menyampaikan pesan. Penonton diajak untuk mengalami kejadian yang dialami Nana, terlebih ini ceritanya pada kurun waktu pasca kemerdekaan. Di masa itu, perubahan terus terjadi dan banyak sekali,dari satu perubahan ke yang lain, tentunya yang paling harus beradaptasi adalah institusi terkecil yaitu rumah, dan itu perempuan, sama seperti yang kita alami sekarang. Saat pandemi, saat perubahan itu terjadi, yang paling harus terus beradaptasi adalah perempuan dan kita dapat melihat bagaimana perempuan itu selalu jadi korban jaman. Namun di lain pihak, perempuan juga tidak menjadikan dirinya sebagai korban, tapi justru berperan pada perubahan-perubahan itu dan juga berperan untuk memutuskan hal-hal yang ingin ia lakukan, yang terbaik untuk dirinya.

Q:Bisa diceritakan lebih lanjut .Saat pembuatan film ini, apakah ada proses yang berbeda dibandingkan film-film terdahulu?

Baca Juga:  Setelah 70 Tahun, Godzilla Hadir dengan Konsep Paling Mengejutkan Lewat Anime Baru

A: Dalam setiap pembuatan film tentunya akan ada proses yang baru lagi, kalau film Nana ini saya tentunya sudah jauh berbeda dengan pada saat saya membuat film-film saya terdahulu. Saya sudah lebih memahami diri saya, kecenderungan saya sebagai film maker, sisi saya dan suara saya sebagai kaum perempuan. Saya juga menemukan tantangan-tantangan baru lagi  yang berbeda di film ini. Juga ibarat kanvas, saya memiliki ruang lebih luas lagi dalam berkolaborasi, memimpin tim dan hal-hal ini saat ini muncul di titik ini . Itu juga yang membuat, jika melihat dari perjalanannya, masuk dalam festival ini juga merupakan salah satu hal yang menjustifikasi bahwa saya bergerak lagi dari pencapaian saya berikutnya.

Rasanya ini yang menyenangkan, saat melakukan sesuatu , memiliki langkah kecil untuk lebih bisa maju lagi , mengenal diri sendiri lebih lagi atau memberikan tantangan lebih kepada diri saya sendiri. Lalu menemukan diri kita lagi dan lagi yang berproses .

 

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Fourcolours Films (@fourcoloursfilms)

Semoga film Nana mampu berkompetisi dengan lancar disana dan juga membawa nama Indonesia semakin maju dan besar.

 

Tags: Before Now & ThenFilm NanaKamila Andinimengenai film Nana
Previous Post

Review All of Us are Dead

Next Post

Kiprah Roland Emmerich sebagai Spesialis ‘Penghancur Bumi’

Related Posts

Godzilla
Animasi

Setelah 70 Tahun, Godzilla Hadir dengan Konsep Paling Mengejutkan Lewat Anime Baru

03/12/2025
Proyek Baru ‘One Piece’ di Netflix Tuai Kritik Besar dari Penggemar
Animasi

Proyek Baru ‘One Piece’ di Netflix Tuai Kritik Besar dari Penggemar

28/11/2025
10 Film Orisinal yang Berhasil Menjadi Franchise Raksasa: Dari Ide Sederhana Menjadi Fenomena Global
Barat

10 Film Orisinal yang Berhasil Menjadi Franchise Raksasa: Dari Ide Sederhana Menjadi Fenomena Global

15/11/2025
Misteri Api Abadi: Menyelami Dunia Suku Mangkwan, Fire Clan dari Avatar: Fire and Ash
Action

Misteri Api Abadi: Menyelami Dunia Suku Mangkwan, Fire Clan dari Avatar: Fire and Ash

01/11/2025
Next Post
metode pilihan

Kiprah Roland Emmerich sebagai Spesialis ‘Penghancur Bumi’

[elfsight_youtube_gallery id="2"]

Popular 24 Hours

  • Traveloka CGV

    Sebelum Nonton, Kenali Dulu Ragam Kelas di Bioskop CGV

    31192 shares
    Share 12476 Tweet 7798
  • Netflix Kembangkan Spin-Off Internasional Extraction Bertajuk Extraction: Taigo

    411 shares
    Share 164 Tweet 103
  • Scarlett Johansson Dikabarkan Bergabung dalam The Batman Part II

    402 shares
    Share 161 Tweet 101
  • Trailer Perdana “Trap House” yang Dibintangi oleh Dave Bautista Resmi Dirilis

    419 shares
    Share 168 Tweet 105
  • James Wan Resmi Ditunjuk Blumhouse untuk Menghidupkan Kembali Franchise ‘Paranormal Activity’

    401 shares
    Share 160 Tweet 100
Cinemags

© 2021 - 2025 Cinemags

Information

  • About Us
  • Advertise
  • Privacy Policy
  • Contact Us

Follow Us

No Result
View All Result
  • Trending
  • Reviews
  • Movie News
  • TV News
  • Interview
  • Lainnya
    • Show Case
    • Komik
    • Shop

© 2021 - 2025 Cinemags