Dua lebih tahun yang lalu kita terjadi sebuah perdebatan di lini masa setelah film Man of Steel, Superman dalam arahan Zack Snyder menjadi sebuah tokoh kontroversi. Dua tahun berselang perdebatan masuk dalam tahap kedua—Batman v Superman rilis dan pada hari berikutnya embargo ulasan bermunculan—beragam tanggapan muncul sampai hari ini. DC Comics dan Warner Bros sepakat untuk menggabungkan dua karakter utama perusahaan (bahkan tiga) dalam satu film. Sebuah awal dari era DC Extended Universe. Dengan slogan siapa yang akan menang? Batman atau Superman? Dawn of Justice atau serbuan kritik?
Batman v Superman : Dawn of Justice dibuka dengan kota Metropolis yang hancur karena pertempuran Superman (Henry Cavill) dan Jenderal Zod. Hal ini memancing kemarahan Bruce Wayne, Sang Batman (Ben Affleck), dan kemudian menganggap Superman adalah satu-satunya orang yang patut disalahkan dalam kejadian itu. Dengan akal muslihatnya, Lex berhasil mengadu domba Batman dan Superman. Pertempuran dua pahlawan super makin memuncak ketika muncul ancaman baru, ciptaan Lex Luthor (Jesse Eisenberg).
Saya pribadi amat menikmati film ini, tak pernah bosan rasanya untuk selalu menikmati film pahlawan super dalam setiap tahun. Adegan demi adegan ciri khas Zack ditampilkan dengan penuh emosi yang tertuang dalamnya. Tentu saya tak bisa menyela hal itu, toh setiap sutradara memiliki ciri khas masing-masing untuk menafsirkan naskah. Namun entah kenapa beberapa adegan memang terasa amat pas rasanya dalam balutan arahan Zack. Tak kalah dengan alunan musik gubahan Junkie XL dan Hans Zimmer. Entah jadi apa film ini di hadapan para kritikus.
Pujian tidak hanya saya berikan kepada Zack. Ben Affleck memberikan begitu banyak nuansa baru terhadap karakter Batman. Lebih brutal dan tak ampun—saya tak dapatkan Batman sudah melakukan kekasaran itu selama 20 tahun. Sukses menjawab kritik dan keraguan setelah berita pemeran baru Batman, Gal Gadot pun tak mau ketinggalan menjawab apa yang bisa dilakukan wanita kurus ini. Gal Gadot menjadi salah satu dari karakter baru lainnya pun tak kalah menarik memukau, bersama dengan Jeremy Irons sebagai Alfred dengan segala celetukan menyebalkan dari mulutnya. Entah kenapa layar bioskop pun menjadi dua kali lipat lebih enak dipandang dengan Gal Gadot sebagai Diana Prince dan balutan gaun rancangan Michael Wilkinson.
Jesse Eisenberg pun turut hadir dengan persona baru sebagai Lex Luthor patut mendapat pujian. Hal ini turut menjadi perdebatan karena dalam film ini Luthor hadir dengan tampilan baru. Kritikan pun datang namun saya tak mau turut melayangkan kritikan kepada si psikopat kaya ini. Jesse Eisenberg hadir dengan sentuhan baru bukan sebuah kesalahan, orang-orang tak bisa menyalahkan para pembuat makanan, jika mie goreng kini hadir dengan rasa soto ayam atau kini kita bisa melihat rupa pelangi dalam tatanan warna kue. Orang-orang baru bisa mengkritik jika kedua hal tadi disajikan dengan benar. Jesse Eisenberg menurut saya berhasil memerankan Lex dengan puluhan kata-kata filosofi dan licik. Jesse Eisenberg adalah hal yang membuat Lex Luthor menjadi karakter yang amat mengerikan bahkan untuk pemerintah.
Terang melawan kegelapan. Siang melawan malam. Film ini tentu bukan tanpa cela. Selalu ada sisi gelap dan malam dalam sebuah film bahkan untuk para penggemar. Zack Snyder seperti kesulitan untuk mengadaptasi naskah yang benar. Saya pun tidak tahu apakah plot cerita ini masih buatan David S. Goyer atau sudah mendingan akibat polesan Chris Terrio. Jelas Batman v Superman bukan film dengan naskah yang baik terlalu banyak lubang dalam plot, (film pahlawan super lain mana yang tidak?!) hal ini berdampak kepada karakter yang tidak memiliki dasar kuat atau pengembangan dalam film sebelumnya.
Secara keseluruhan Batman v Superman : Dawn of Justice adalah film yang menyenangkan. Adegan demi adegan dibuat untuk memanjakan mata penonton—bahkan untuk non pembaca komik. Batman v Superman dibuat untuk menjadi perantara Man of Steel ke Justice League tahun depan. Saya dan mungkin penikmat film lain amat menanti jawaban yang menjadi pertanyaan dalam film ini. Tentu saja perdebatan akan kembali dalam tahap ketiga. Mari penikmat film dan kritikus, sudah siap untuk Justice League? 7/10