God versus Man, Day versus Night. Pertarungan antara dua superhero paling ikonik milik DC telah dirilis ke layar lebar dan memperoleh start yang cukup kuat di box office internasional. Dengan kekuatan marketing dan trailer film yang mendebarkan mampu membuat penonton penasaran sehingga DC berhasil meraup hampir 200 juta dolar Amerika dalam minggu pertama rilisnya film ini.
Sebagai awal, penulis akan mengkritisi trailer yang diberikan oleh film ini. Trailer film yang diberikan DC pada beberapa waktu lalu menurut saya mengecewakan. Trailer yang dimaksud adalah trailer dimana pada akhirnya ditunjukkan kehadiran Wonder Woman dan Doomsday. Menurut penulis, trailer film ini memberikan terlalu banyak plot yang akan ditayangkan nantinya, sehingga penggemar film sudah dapat mengira-ngira apa yang akan terjadi di film ini nantinya. Menurut penulis, trailer merupakan hal yang krusial, karena trailer membentuk ekspektasi penonton. Trailer oleh DC yang terlalu mengekspos plot film ini kemudian menimbulkan pertanyaan “Apakah film ini benar-benar berpusat pada Batman melawan Superman? Bila tidak, mengapa judul yang diberikan adalah demikian?” Bisa dikatakan bahwa trailer film tersebut melemahkan film ini sendiri.
Impresi yang baik telah berhasil dibangun melalui trailer promosi film ini. Namun dalam filmnya sendiri, suasana yang thrilling dan mencekam tidak diperoleh secara maksimal dalam film ini, Atau setidaknya tidak semaksimal yang digambarkan pada trailer. Hal ini membuat ekspektasi penonton yang telah naik tinggi melalui trailer film ini tidak terjawab.Sejak beberapa menit awal dari film, terlihat dengan jelas ciri khas Zack Snyder dalam film ini. Penulis tidak beranggapan bahwa film arahan beliau tidak memuaskan, namun citra filmnya memang tidak mudah dinikmati oleh semua orang. Watchmen, yang merupakan film arahan Snyder juga adalah contoh bahwa film Zack Snyder sering menimbulkan pro-kontra antara baik buruknya film hasil arahannya. Penulis beranggapan bahwa Watchmen adalah film superhero yang unik dengan latar belakang yang kaya di masing-masing karakter yang memberikan citra yang lain pada superhero di dunia perfilman.
Hampir serupa dengan Watchmen, Batman vs Superman memiliki latar belakang konflik yang kompleks dan terlihat sulit untuk dijelaskan keseluruhannya dalam durasi dua setengah jam. Bila mengambil perspektif dari keluguan penonton yang tidak membaca komik DC baik Batman maupun Superman, penulis menilai latar belakang masalah dari cerita ini masih dapat dikembangkan lagi. Penulis menilai Zack Snyder kurang efektif dalam memanfaatkan setiap scene yang ada, yang seharusnya bias dikonsentrasikan untuk membangun latar cerita dari pertarungan kedua vigilante ini. Bila diharuskan untuk memilih, penulis lebih memilih untuk memperkaya scene di bagian setelah hancurnya gedung Wayne Enterprise dibandingkan memberikan cerita yang panjang mengenai Lois Lane dalam usahanya untuk membersihkan nama Superman. Dengan hal itu, penonton akan lebih mengenal apa masalah dibalik kedua superhero ini, dibandingkan hanya satu scene kehancuran gedung Wayne Enterprise. Namun, hal ini kembali lagi kepada tantangan yang ada pada sang sutradara untuk memanfaatkan waktu dan scene dalam memproyeksikan cerita yang kompleks ini secara padat namun jelas untuk penonton.
Dalam casting, penulis tidak menemukan adanya masalah diantara para wajah baru di DC universe ini. Peran Superman yang karismatik hasil gambaran Henry Cavill yang mungkin tidak tergantikan dan Gal Gadot yang memikat memperlihatkan casting yang baik dalam film ini. Permasalahan sebenarnya terletak pada hasil peninggalan trilogi Batman milik Christopher Nolan yang seakan dijadikan patokan bagi para penggemar film. Dengan karakter apik yang dibangun oleh Christian Bale dalam menjadi Batman maupun Bruce Wayne, serta villain yang keji dan cerdik seperti Bane dan Joker, DC mengalami regresi yang signifikan dalam Batman v Superman. Menurut penulis, Ben Affleck memberikan gambaran yang baik untuk menjadi seorang Batman, namun tidak sempurna dalam menggambarkan seorang miliarder yang karismatik. Tidakseperti Christian Bale, Ben Affleck memberikan gambaran Bruce Wayne berhati dingin dan ngeri.Selain itu, Jesse Eisenberg mengeksekusi peran yang sempurna dalam menjadi Lex Luthor, villain sebenarnya dalam film ini. Meskipun memiliki dua citra yang berbeda, kecerdikan dan kecerdasan Luthor yang dibangun dalam film ini belum dapat menyaingi impresi kuat yang dibangun Joker oleh Heath Ledger.
Dalam music scoring, Hans Zimmer melakukan tugas yang baik dalam memberikan musik yang mendebarkan dalam mengiringi film ini. Selain itu, penulis naskah dari film ini, menurut penulis, belum memberikan percakapan yang memiliki makna yang kuat dari Batman maupun Superman. Line percakapan yang kuat terlihat lebih banyak pada sang villain, Lex Luthor.
Film hasil arahan Zack Snyder menimbulkan pro-kontra diantara penonton dalam menilai film ini. Dengan cirri khas Zack Snyder dan dikolaborasikan dengan gaya film DC yang dark dansangat ‘serius’, penulis menilai film ini dieksekusi dengan cukup memuaskan, namun diragukan untuk menjadi film pamungkas DC Comics di tahun ini. Penggemar film pastinya akan menunggu kedatangan Captain America: Civil War dan DC Comics patut berhati-hati akan kehadiran film andalan Marvel tersebut.[]