Man Of Steel merupakan salah satu film yang ketika rilis mendapatkan berbagai respon beragam. Beberapa mengatakan bahwa membawa Superman ke arah cerita yang lebih “dark” merupakan langkah cerdik dalam membuat suasana baru yang berbeda dari film superhero lainnya (kecuali Batman yang satu universe). Ada juga yang mengatakan bahwa filmnya tak lebih dari sebuah parade kelebayan dan keklisean, dengan karakter dan cerita yang tak masuk akal. Terlepas dari itu semua, Man Of Steel setidaknya berhasil membuat para fans DC (sedikit) berbangga sebab selain Batman, akhirnya ada film superhero DC yang sukses di pasaran dan (lumayan) bagus di mata para kritikus. Dan petualangan Superman pun kembali berlanjut di film keduanya dengan masih disutradarai oleh Zack Snyder. Plot cerita BvS sendiri terinspirasi dari komik The Dark Knight Returns ciptaan Frank Miller, yang bertone gelap dengan cerita seputar Batman dan Superman yang terlibat pertikaian cukup sengit. Pertambahan karakter baru, pemeran baru, semuanya membuat para penggemar was – was menunggu film ini untuk rilis. Kita lihat saja apakah ekspektasi kebanyakan orang dapat benar – benar terwujud.
Berlanjut dari kisah Man Of Steel, Batman V Superman bercerita tentang kehidupan Bruce Wayne (Ben Affleck) yang sedang memburu seseorang dengan kostum biru dan berjubah merah, Superman (Henry Cavill), untuk meminta pertanggung jawabannya atas perbuatan yang telah ia lakukan pada saat bertarung melawan Jenderal Zod, yaitu menghancurkan kota dan membunuh orang tak bersalah. Sementara itu, rakyat Metropolis terbelah menjadi dua kubu. Satu yang menganggap bahwa Superman adalah penolong mereka dan beranggapan bahwa dia pantas untuk mengagungkan namanya. Yang satunya lagi menganggap bahwa Superman tidak pantas berada di Bumi karena tugasnya hanyalah merusak kedamaian, dan bukan seorang Dewa untuk dipuja. Namun dibalik ini semua, ada satu orang lagi yang berniat untuk mengadu dombakan 2 Superhero ini dan orang tersebut tak lain tak bukan adalah Lex Luthor (Jesse Eisenberg).
Apakah film ini sangat menarik saat ditonton ?
Oh sangat.
Apakah film ini sangat bagus?
Hmmm, gak juga.
Zack Snyder berupaya sangat keras untuk membuat audience tertarik dengan jalannya film sejak menit pertama lewat sebuah opening scene yang gila – gilaan dan over the top Background Music dari Hans Zimmer, walaupun membuat saya sedikit heran karena untuk ukuran kota yang porak poranda dua tahun lalu, pembangunan Metropolis terhitung sangat cepat sampai – sampai bekas pertempuran Zod dan Superman tidak ada yang kelihatan. Tetapi hal tersebut tidak bisa menutupi sebuah fakta bahwa Zack Snyder telah berhasil menyihir para penonton yang ada di sekitar saya. Seperti pada Man Of Steel, keseluruhan adegan action di BvS terlihat sangat fantastis, bahkan menurut saya berhasil melampaui pencapaian yang telah di buat pada film sebelumnya. Gerakan – gerakan kamera yang annoying di MoS kini kemunculannya telah berkurang, membuat adegan pertarungan lebih asyik untuk disaksikan dan tidak membuat kepala pusing.
Pro & kontra menaungi berita pemilihan Ben Affleck sebagai Batman. Ada beberapa yang setuju, kebanyakan tidak. Alasannya simpel. Ben Affleck belum pernah benar – benar terbukti sebagai aktor yang handal. OK, mungkin dia sekarang sudah menjadi salah satu sutradara dengan masa depan yang cerah sekarang lewat 3 film arahannya (Gone Baby Gone, The Town, dan Argo) yang selalu mendapat respon positif dari para kritikus. Namun sebagai seorang aktor, Ben Affleck lebih sering dikenal bermain dalam berbagai macam film yang dihujat oleh banyak kritikus. Kemampuan aktingnya juga terbilang standard di film – film tersebut, tidak ada yang menakjubkan. Hal inilah yang membuat para fans ketar – ketir ketika mendengar kabar bahwa Ben Affleck terpilih sebagai pemeran Batman. Daredevil udah dihancurin, masa Batman dihancurin juga ? Namun buang semua pandangan tersebut karena nyatanya, Ben Affleck berperan dengan sangat baik sebagai seorang Batman. Ia berhasil menampilkan karakter Batman yang tidak hanya cocok untuk skripnya, tetapi juga untuk para fans. Saya berani mengucapkan bahwa dia adalah salah satu pemeran Batman terbaik, hingga saat ini. Berbanding terbalik dengan Batman, Henry Cavill hingga saat ini masih belum bisa “move on” dari penampilannya di Man Of Steel. Tidak ada perubahan yang signifikan dari pembawaannya terhadap karakter Superman, tetap boring dan tetap tidak mampu mengantarkan emosi dengan baik.
Berkaca dari Man Of Steel, Zack Snyder, Chris Terrio & David S. Goyer berusaha untuk menghapus berbagai macam kesalahan mereka sebelumnya lewat BvS dengan perbaikan di sana – sini. Well, Zack Snyder telah berhasil mempermak adegan actionnya menjadi lebih baik. Jadi apa saja yang gagal ?
Lumayan banyak.
Chris Terrio & David S. Goyer terlihat memiliki banyak ide brilian dan keren ketika menulis Storyline film ini. Dari separuh pertama BvS, topik yang dibahas cukup menarik dan luar biasa, dimana sebagian masyarakat Metropolis menganggap bahwa Superman adalah pelindung mereka dan patut untuk diagungkan namanya. Sementara sebagian yang lain menganggap bahwa Superman hanyalah mahluk asing yang mampu membawa permasalahan ke planet Bumi ini. Dia bukan dewa, apalagi Tuhan untuk disembah. Namun karena (sepertinya) terlalu banyak memiliki ide, mereka jadi kesulitan untuk menimbang mana yang paling pas untuk dimasukkan kestoryline film dan akhirnya memilih untuk memasukkan segala hal yang ada di benak mereka, membuat film ini terjebak dengan plot yang “belibet”. Beberapa momen di dalam film ini juga banyak yang dipaksakan agar terlihat lebih dramatis, yang sayangnya justru menambah kesan berlebihan. Hal diatas diperparah lagi dengan editing yang tidak sesuai pada tempatnya. Investasi emosi penonton pada suatu adegan terpotong sebelum sang penonton benar – benar terbawa hanyut dalam adegan tersebut. Sehingga ketika kembali ke adegan sebelumnya, penonton sudah tidak tertarik lagi / kembali berinvestasi dari awal. Plot hole juga masih belum bisa disingkirkan dalam film ini. Dan entah apa yang ada di pikiran Zack Snyder ketika memasukkan adegan mimpi, karena hal tersebut jelas – jelas sudah tertebak dan hanya membuang – buang durasi film saja. Permasalahannya belum selesai sampai disitu karena Chris Terrio & David S. Goyer juga kepayahan dalam menulis karakter – karakternya. Batman, walaupun saya suka bagaimana Ben Affleck memerankannya, diperlakukan dengan cara yang salah. Langsung saja ke pertanyaan utama….
DID BATMAN JUST KILLS PEOPLE ????
I mean, main tembak peluru, nusuk dada orang pakai batarang, granat dilempar ke orang, rumah diledakin, mobil ada orangnya dihancurin, ******** juga hampir aja dibunuh pakai tombak, mukegile.
Ada satu aktor lagi yang pemilihannya sebagai salah satu karakter dalam film ini menimbulkan keresahan dari para fans. Orang tersebut adalah Jesse Eisenberg. Ia terkenal dengan style bicaranya yang sangat cepat sehingga orang – orang seringkali tidak tahu apa yang sedang ia bicarakan dan orang pun jadi sedikit jengkel dengannya. Dalam memerankan Lex Luthor, Jesse Eisenberg justru terlihat sebagai orang berpenyakit dibandingkan orang phsyco. Tidak ada yang salah dengan aktingnya, hanya saja saya rasa dia berperan sebagai tokoh yang salah, lebih mirip Joker.
Lois Lane. Karakter yang satu ini dikenal sebagai wartawan sekaligus pacar dari Superman. Namun, kita mungkin masih ingat bagaimana tidak pentingnya peran dia di Man Of Steel, sampai – sampai jikalau karakternya dihapus dari film tersebut, tidak akan berpengaruh sama sekali pada storyline film. Disini Chris Terrio & David S. Goyer mencoba untuk membuatnya penting dengan memasukkan karakternya kedalam plot secara paksa. Hasilnya ? Tentu saja maksa. Amy Adams berperan dengan penuh “kekosongan”. Bukan sepenuhnya salah dia, tetapi memang skenarionya saja yang buruk.
Saya hampir lupa, Doomsday juga ada di sini dan penampilannya sangat “mengagumkan”. Ini terasa seperti troll dari DC yang ingin mengatakan bahwa “Kita punya villain yang berkharisma dan tidak boring, jadi kita kasih Doomsday dengan CGI dan bentuk yang seadanya”. Doomsday adalah salah satu musuh terbesar Superman di komiknya dan melihat Doomsday dilecehkan disini, hati saya sedikit terluka. Hanya Wonder Woman mungkin yang dapat meringankan keresahan 2 karakter diatas. Penampilan Gal Gadot mungkin tidaklah luar biasa, namun setidaknya ada perbedaan yang mencolok diantara mereka dengan Wonder Woman, yakni “soul”. Karakter Wonder Woman terasa benar – benar hidup dan melihatnya bertarung (dengan segala stylenya: tarung, tarung, tarung, pose, terus ulang lagi ke awal) setidaknya mampu mengobati kekecewaan saya terhadap Doomsday.
Overall, Batman V Superman tetap tidak mampu menyelamatkan dirinya dari kesalahan sang pendahulu. Zack Snyder masih terlalu terobsesi dengan production value dan action scenes yang megah, sehingga lupa bahwa masih ada jalinan cerita yang harus diurus. Hasilnya adalah sebuah tumpukan absurd yang menyatukan kegembiraan dan kekecewaan menjadi satu, dimana reaksi yang beragam dari para penonton sudah pasti akan terjadi. Tak heran, film ini menyebabkan banyak orang ribut di dunia maya hanya karena sulit menyatukan pendapat. Namun semuanya kembali lagi ke tangan para penonton yang memutuskan untuk menikmati atau menoklak metah – mentah film ini. But for me, it still an interesting movie to be watched, dengan segala keabsurdannya.