Salah satu pertanyaan yang kerap diajukan kepada Tom Tykwer berkenaan dengan film tersuksesnya, Perfume: The Story of a Murderer, tidak pelak lagi adalah bagaimana proses ia merealisasikan bagian paling menantang di bukunya, yakni saat-saat menjelang pengeksekusian Grenouille di hadapan khalayak luas yang berubah menjadi pesta orgy besar-besaran.
Dalam filmnya, Tykwer mampu menampilkan adegan kontroversial itu dengan skala yang kolosal, sangat sensual, namun tersaji sangat artistik. Sehingga meski adegan itu sejatinya vulgar, namun tetap bisa dinikmati tanpa harus menyebabkan penontonnya merasa sangat tidak nyaman saat menyaksikannya.
Banyak yang menyangka bahwa Tykwer memakai banyak bintang film dewasa untuk menghidupkan adegan tersebut, di mana cara ini notabene merupakan cara termudah di atas kertas. Akan tetapi, rupanya bukan jalan itulah yang diambil sutradara yang satu ini.
Usut punya usut, sineas asal Jerman itu menaruh harapan tertentu dalam menghasilkan adegan tersebut. Membidik agar adegan tersebut terkesan spontan dan natural, sebagai tahap persiapannya,Tykwer beserta timnya rupanya memasang iklan di suratkabar yang intinya mencari pemeran figuran segala umur dengan syarat bersedia menandatangani sebuah dokumen yang memperbolehkan mereka disyut tanpa busana.
Jauh melebihi ekspektasi yang diperkirakannya, iklan itu berhasil menarik animo yang sangat besar dari para pembaca yakni hingga mencapai lebih dari 5200 orang, hingga Tykwer harus melakukan proses seleksi lanjutan guna mendapatkan golongan figuran yang memiliki paras wajah yang cocok untuk tampilan ‘abad pertengahan’.
Dari tahap penyaringan yang seleksinya lumayan ketat itu, akhirnya, terjaring kurang lebih 1500 kandidat yang berhasil memenuhi syarat. Namun, Tykwer sekali lagi harus melakukan proses seleksi untuk menyisihkan para pasangan.
Hal ini dikarenakan, saat tahap percobaan pengambilan gambar, mereka terlihat nervous, terutama bagi mereka yang melihat saat melihat pasangannya sedang bermesraan dengan orang lain. Hasilnya, dari 750 orang yang lolos, terkumpul ratusan kandidat yang bersatus single. “Atau mereka berpura-pura dan mengaku masih single, siapa tahu?” ujar Tykwer dalam sebuah wawancara.
Lokasi pengambilan adegan itu sendiri disyut di bagian utara Spanyol, tepatnya di sebuah museum terbuka di kawasan Barcelona. Untungnya publik di sana, terlebih di daerah Catalan memiliki pikiran yang terbuka, sehingga proses perizinan dan proses syuting adegan itu terbilang lancar, dan otoritas lokal tidak memberikan kendala yang berarti hingga menyebabkan proses syuting harus tertunda.
Tidak hanya itu, Tykwer juga mendapat bantuan dari salah satu grup teater tari paling terkenal di Spanyol, yang membuat adegan penuh gairah ini memiliki koreografi, artistik, dan emosional. Setelah melakukan latihan selama beberapa minggu, para ‘pasangan dadakan’ ini akhirnya terlihat rileks, dan siap untuk memperlihatkan ‘kebolehan’ mereka di depan Tykwer dan 150 krunya. Dan, hasilnya, adegan ini berhasil menjadi highlight tersendiri dan adegan yang meninggalkan impresi dalam pada penontonnya.
Diangkat dari novel karya Patrick Suskind, Perfume: The Story of a Murderer berkisah tentang Jean-Baptiste Grenouille; seorang murid peracik parfum di abad ke-18 Perancis, yang terlahir tanpa memiliki tubuh, dan terobsesi menciptakan parfum dengan “keharuman sempurna”. Caranya sendiri terbilang ekstrim, di mana dalam prosesnya ia menguntit dan menghabisi nyawa belasan gadis muda yang masih perawan.
Perfume: The Story of a Murderer dibintangi oleh deretan bintang papan atas berkualitas. Antara lain, Ben Whishaw sebagai Grenouille, Alan Rickman, Dustin Hoffman, Rachel Hurd-Wood, dan aktris Jerman Karoline Herfuth.