Ini adalah artikel review dari komunitas Cinemags untuk lomba review film Deadpool dan sama sekali tidak mencerminkan pandangan editorial Cinemags. Anda juga bisa ikut serta dalam lomba review film Deadpool di sini.
Note: spoiler alert!
Muncul sebagai Weapon X di X-Men Origins: Wolverine? Agak kecewa. Sebagai “Superhero berkostum hijau hasil CGI”? Lagi-lagi kecewa. Tapi Ryan Reynolds sebagai Wade Wilson alias Deadpool? Boom! Semuanya senang.
Bagi kamu yang sudah menantikan film sang Anti-Hero nyeleneh ini sejak proses shooting-nya, kamu bisa sedikit lega karena sosok Wade Wilson/Deadpool yang diperankan dengan apik oleh Ryan Reynolds ternyata tidak mengecewakan dan cukup memenuhi ekspetasi. Mendapatkan rating cukup tinggi dari Rotten Tomatoes dan IMDB tentu tidak perlu diragukan lagi. Ryan Reynolds suskes membayar kerinduan penggemar akan sosok anti-hero jenaka yang sesungguhnya.
Deadpool sudah bisa disaksikan di bioskop-bioskop seluruh Indonesia sejak 10 Februari 2016. Namun film yang diberi rating “R” atau “Restricted” ini menyajikan beberapa scene yang cukup disturbing sehingga tidak disarankan untuk menjadi tontonan anak-anak dan remaja.
Film solo Deadpool ini tidak hanya menyuguhkan sisi nakal-namun-sadis dari Wade Wilson, sang mantan anggota pasukan khusus yang kehidupannya hancur karena mengidap kanker dan menjadi korban eksperimen mutan. Film anti-hero yang bergenre action-comedy ini juga menghadirkan plot romance yang cukup kental antara Wade Wilson dan pacarnya yaitu Vanessa Carlysle (Morena Baccarin), terutama setelah Wade dinyatakan mengidap kanker. Keinginan untuk sembuh dari kanker dan bersatu kembali dengan Vanessa akhirnya membawa Wade menjadi mutan cacat hasil dari eksperimen mutan yang dilakukan oleh Ajax (Ed Skrein) dan Angel Dust (Gina Carano), yang menyebabkan Wade memiliki kemampuan super-healing. Memakai Alter Ego sebagai Deadpool, Wade mencari Ajax dan Angel Dust untuk membalaskan dendamnya, dibantu oleh dua temannya yaitu Weasel (T.J. Miller) dan Blind Al (Leslie Uggams).
Satu hal yang tidak kalah mengagumkan dari film ini adalah kemunculan dua anggota X-Men seperti yang sudah diperlihatkan pada trailer-trailer sebelumnya, yaitu Colossus (Stefan Kapicic) dan Negasonic Teenage Warhead (Brianna Hildebrand) yang mempunyai andil besar bagi Deadpool dalam menuntaskan misinya. Namun misi kedua mutan asuhan Charles Xavier ini untuk mengajak Deadpool bergabung dengan X-Men ditolak mentah-mentah oleh sang Anti-Hero.
Sosok Deadpool yang terkenal childish meskipun sedang berada dalam pertempuran lumayan mengocok perut sejak awal film dimulai. Jokes yang dilontarkan bisa dibilang sarkastik dan menyerang serta cukup berani karena menyindir peran-peran Ryan Reynolds di film-film bertema Superhero yang ia perankan sebelumnya. Bahkan anti-hero yang menyadari sosoknya hanyalah sebuah “karakter di film” ini tidak segan-segan memasukkan kedua pemeran Professor X dari film-film X-Men yaitu Patrick Stewart dan James McAvoy kedalam daftar leluconnya.
Colossus: “Let me take you to Professor Xavier”
Deadpool: “Which one? McAvoy or Stewart?”
Kejutan-kejutan dalam film ini tidak berhenti pada alur cerita, lelucon dan karakternya saja. Jika ada rumor yang mengatakan bahwa kesuksesan atau kegagalan sebuah film Marvel bisa diukur dengan ada atau tidaknya cameo dari Stan Lee, maka Deadpool bisa dikatakan akan mendulang sukses. Meskipun sempat diragukan, akhirnya terjawab sudah bahwa Stan Lee mendukung Deadpool yang diproduksi oleh Fox dengan menjadi cameo di film ini, yang mana cukup mengejutkan. Ini menjadi bukti bahwa Deadpool yang berhasil digarap dengan baik oleh Tim Miller ini memenuhi harapan Stan Lee dan pihak Marvel Studio.
Satu hal yang menjadi kejutan akhir adalah Post-credit Scene, yang mana dapat membuat kamu tertawa karena diusir langsung oleh Deadpool.
Ya, begitulah. He is The Merc with a Mouth, after all.