Perbandingan sebuah film yang sama genrenya, tetapi beda cerita dan tokohnya terkadang sering membuat kita bingung memilah mana yang lebih baik dan mana yang kurang baik kualitasnya. Terkadang, kasus ini sering menjadi perdebatan pro/kontra antar penonton dan pemerhati film. Pada dasarnya, mereka mempunyai argumen yang berbeda. Misalnya ketika menonton animasi yang sama-sama menghibur dan juga enak untuk ditonton, seperti Puss In Boots (2011) dan Penguins of Madagascar (2014). Ada yang unik dari kedua animasi tersebut. Keduanya adalah spin-off dari film animasi terkenal, yaitu Shrek (2001) dan Madagascar (2005). Di sini kita akan membandingkan kelebihan dan kekurangan dari masing-masing film tersebut berdasarkan empat kategori penilaian: Character, Story, CG Quality, dan Budget/Gross.
Character
Dalam segi karakter, tidak dipungkiri lagi pemilihan sebuah karakter menjadi nilai yang sangat penting dan penentu dari kesuksesan sebuah film. Jika dilihat karakter dari kedua film ini, meskipun Puss In Boots sangat melekat dalam aksinya heroiknya yang memukau, tetapi patut kita cermati karakter empat penguin (Skipper, Kowalski, Rico, dan Private) yang jauh lebih banyak mengocok perut walaupun sama-sama banyak aksinya. Kekentalan nuansa lawas ala Spanyol membuat kita bosan akan adegan tersebut karena sudah pernah diangkat dalam film-film Zorro, tetapi aksi yang diperlihatkan oleh para penguin jauh lebih modern dan terkesan lebih menghibur. Untuk itu, dari segi karakter, Penguins of Madagascar lebih unggul dari Puss In Boots.
Story
Puss In Boots ber-setting zaman dahulu di era yang kental dengan budaya Spanyol, sedangkan Penguin Of Madagascar mengambil setting modern. Diceritakan jika Puss In Boots diklaim sebagai buronan yang selalu membuat onar hingga para manusia kesal padanya, tetapi ada suatu kejadian dimana Puss In Boots harus menyelamatkan kota yang diserang oleh bebek raksasa yang mencari telur emas ketika telur tersebut dicuri oleh temannya Humpy. Sedangkan Penguins of Madagascar memfokuskan pada sebuah misi yang harus mereka jalankan ketika masuk ke organisasi rahasia yang mengharuskan para penguin untuk menangkap Dr. Octavius Brine yang ingin menghancurkan dunia. Keduanya mempunyai cerita yang sangat kuat, dan menegangkan alhasil keduanya sama-sama mendapatkan nilai yang seimbang.
CG Quality
Kualitas CG pada pembuatan sebuah film animasi sangat penting untuk menunjang penceritaan animasi tersebut. Baik Puss in Boots maupun Penguins of Madagascar memperlihatkan CG Quality yang sama-sama bagus. Dalam Penguins of Madagascar banyak sekali diperlihatkan teknologi yang menunjang mereka untuk menjalankan misinya, dan juga tokoh jahatnya Dr. Octavius Brine yang dapat berubah menjadi gurita yang kocak sehingga membuat film Skipper dan kawan-kawan ini dapat lebih unggul dari Puss In Boots dalam segi CG Effect. Walaupun demikian, dalam Puss In Boots lebih mengedepankan suasana dan lingkungannya yang lebih detail, seperti pada saat di negeri atas awan yang pemandangannya sungguh memukau.
Budget/Gross
Dari segi box office, Puss In Boots jauh lebih unggul dari Penguins of Madagascar. Diproduksi dengan bujet tidak lebih jauh dari Penguins of Madagascar, yakni $130 juta (Penguins of Madagascar $132 juta), Puss In Boots berhasil meraup pendapatan sebesar $555 juta. Sedangkan Penguins of Madagascar hanya mendapatkan pendapatan sebesar $373.6 juta.
Kesimpulan dari perbandingan kedua film di atas yang diambil berdasarkan empat kategori penilaian, maka Penguins of Madagascar layak menjadi pemenang, walaupun dalam Budget/Gross mereka kalah dari Puss In Boots, tetapi dalam kualitas keduanya sama-sama tidak terlalu berbeda.
Puss In Boots |
Film |
Penguins of Madagascar |
3 |
Character |
4 |
3.5 |
Story |
3.5 |
3 |
CG Effect |
3.5 |
3.5 |
Budget/Gross |
2.5 |
3 |
Final Score |
3.5 |