Companion
Pernahkah membayangkan, apa yang terjadi jika alternatif gelap dari hubungan AI yang pernah diromantisasi oleh para penonton di film-film seperti Her dan Blade Runner 2049.
Dibuat menjadi lebih dark?
Tanpa perlu berlama-lama, bagi penyuka genre fantasi thriller dark, maka akan merasakan kepuasan tersendiri menonton, akan fantasi yang dibangun.
Pasalnya alur cerita dan adegan yang ditampilkan akan membuat penonton terpaku dan penasaran.
Terlebih lagi akan adegan brutalnya.
Review Companion
Cinemags menonton terlebih dahulu film ini, dan merasakan sendiri bagaimana Sophie Thatcher berhasil membangun karakternya menjadi Robot AI.
Bahkan dalam beberapa adegan, penonton dibuat merasakan simpati akan nasib sang robot Ai ini serta merta pun mengutuki kebrutalan sifat manusia
Penjabaran selanjutnya akan mengandung spoiler, jadi pastikan untuk menonton terlebih dahulu film ini.
Rata-rata penonton film ini tertarik pada detil dari trailernya yaitu :
Sophie Thatcher, seorang wanita yang tampak dirayu dengan todongan senjata oleh lelaki dengan senyum misterius. Laki-laki ini diperankan oleh Jack Quaid. Wanita ini kemudian ada di situasi, dimana ia dirantai dan ke kursi. Sementara itu, si lelaki berusaha merayu dan menyantapnya. Kemudian, di adegan lain, si wanita dikejar dan diseret oleh orang yang tidak ia ketahui. Ia tertangkap dan diseret melewati hutan dengan pergelangan kaki yang dipegang erat. Hingga pada satu titik, wanita itu berhasil menusuk leher penyerang. Tak berhenti di sana, ia kemudian kembali ke meja, menatap si penyerang dan meletakkan tangannya di atas lilin hinga terbakar.
Namun yang tidak diketahui penonton bahwa, cerita yang diawali dari sudut pandang dan narasi robot AI ini memuat hal yang lebih besar.
Sutradara dan penulis Drew Hancock’s , akan memastikan hal ini. Terlebih lagi ia merupakan tipe orang yang menyukai hal-hal berbau robot, dark comedy dan cerita hantu
Ini adalah sebuah dunia, dimana manusia merasa lebih mudah melakukan apapun dengan robot AI/companion nya.
Mereka akan merasa diladeni, diperhatikan oleh sang robot, tanpa perlu bersusah payah menata perasaan dan emosi dibandingkan saat berhubungan dengan manusia lain.
Kekuatan akting Sophie Thatcher
Bagi Cinemags, aktris yang satu ini patut diberikan pujian, karena dalam beberapa adegan jarak dekat. Ia mampu menampilkan mimik muka sangat datar, namun ada emosi terbatas.
Ini sejalan dengan naik turunnya program yang diberikan kepada dirinya.
Namun kesadaran yang karakternya dapatkan, berdasarkan endapan memori dan hal-hal yang ia amati.
Walaupun telah dijelaskan secara ringkas dan teknis, akan penggunaan robot Ai ini, serta fungsi yang terbuat.
Bagi penonton, agak terasa seperti sebuah loop hole yang segera dimaafkan.
Adegan brutal yang diberikan, sangat membuat sebagian besar penonton tanpa sadar tak nyaman.Namun perasaan ingin tahu akan nasib para karakter disini sangat menjadi daya tarik magnet tersendiri.
Beberapa adegan ala film Ella Enchanted, turut memberikan lelucon yang sangat dark, namun mencuri perhatian.
Pada akhirnya kesempatan penonton untuk memilih ingin mendukung robot AI atau manusia itu sendiri pun terdefinisikan dan menjadi kesimpulan yang serupa.
Bahwa robot Ai mesti dapat memperjuangkan “hidupnya” , dari tirani manusia.
Ini merupakan film yang unik dan menarik. Direkomendasikan ditonton, bagi yang menyukai jenis tontonan berbeda.