Direktori Film Indonesia
Jika bicara mengenai Direktori Film Indonesia, ternyata sejarahnya sangat panjang
Ini adalah suatu hal yang telah dibuat dari lama, namun kesinambungannya terasa on off. Terkait akan hal ini, semenjak masa buku telah mulai ditinggalkan.
Dari penelusuran Cinemags, untuk kategori non buku. Maka ditemukan bahwa pernah ada Direktori Film Indonesia yang aplikasi resmi yang dikeluarkan oleh Direktorat Film Pengembangan Industri – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia.
Tujuannya tentunya adalah agar menjadi panduan lengkap bagi para pembuat film (lokal dan internasional) untuk syuting di Indonesia.
Namun terlihat, aplikasi ini “mati” sejalan dengan berhentinya para penggagas dan pembuat tersebut diatas.
Gagas Diskusi terkait Direktori Film
Forum Group Discussion (FGD) ‘Direktori Film Nasional’ yang diselenggarakan oleh Direktorat Perfilman, Musik, dan Media (PMM) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbud Ristek) baru-baru ini di Jakarta telah mengadakan acara.
Tujuan acara ini, dengan semangat Hari Film Nasional mengungkapkan berbagai masalah yang dihadapi dalam industri film.
Acara FGD ini dihadiri oleh berbagai pihak terkait dalam industri perfilman, termasuk produser, ekshibitor, publisis, wartawan, dan komunitas perfilman.
Setelah melalui perbincangan cukup hangat, memang terasa sangat diperlukan adanya Direktori Film Indonesia
Menjadi sorotan pula terangkum sebagai berikut:
1.Imam, yang mewakili sineplek Platinum, menyampaikan bahwa saat ini mereka telah membuka 38 layar bioskop di seluruh Indonesia, bahkan sudah merambah ke negara-negara lain seperti Kamboja, Laos, dan Timor Leste.
Mereka juga berencana membuka cabang baru di beberapa kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta Kalimantan.
Diharapkan ini akan membantu meramaikan pemutaran film Indonesia hingga pelosok Indonesia.
2.Istilah ‘film lokal’ menjadi sorotan.
Beberapa peserta mempertanyakan apakah istilah ini masih relevan, sementara yang lain menganggap bahwa semua film produksi Indonesia seharusnya dianggap sebagai film Indonesia, bukan hanya film lokal.
3. Masalah seputar mempromosikan dan mendistribusikan film
Para sineas dari daerah juga menyampaikan kesulitan mereka dalam mempromosikan dan mendistribusikan film-film indie dari daerah ke Jakarta
Mereka menekankan pentingnya untuk tetap berusaha dan optimis, meskipun terkadang menghadapi tantangan yang besar, serta untuk berbagi pengalaman dalam mempromosikan dan mendistribusikan film-film daerah.
4. Perkenalan film terbaru
Diskusi ini juga menjadi ajang untuk memperkenalkan beberapa film daerah yang tengah diproduksi, seperti film ‘Gereja Setan’ yang berdasarkan kisah nyata
Kesimpulan
FGD ini diharapkan dapat menjadi pembelajaran dan referensi bagi industri film Indonesia.
Semoga dengan adanya pembentukan Direktori Film Nasional, industri film Indonesia dapat semakin maju dan berkembang.
Serta tentunya tetap berkelanjutan, dan menjadi barometer bagi setiap orang yang memerlukan data-data terkait film Indonesia secara online