Ini adalah artikel dan ulasan dari komunitas Cinemags.
Penulis: Yonathan Christanto
Cerita The Boogeyman yang merupakan mitos hantu penculik anak-anak nakal sejatinya sudah sering diadaptasi oleh Hollywood dengan pengembangan di sana-sini dan jauh lebih berdarah agar bisa cocok dengan profil penonton yang dituju yaitu penonton dewasa. Dan di tahun ini adaptasi cerita Boogeyman kembali diangkat ke layar lebar. Kali ini berdasarkan cerita pendek karya “raja horor”, Stephen King.
Lantas bagaimana dengan adaptasi The Boogeyman versi Stephen King ini? Apakah memuaskan dan layak ditonton?
The Boogeyman versi 2023 ini tetap membawa tema “hantu pemangsa anak” namun bukanlah sebagai elemen utama. Dengan tema remaja atau coming of age menjadi pondasi utama atas berbagai rentetan teror yang akan dinikmati selama 1 setengah jam durasi filmnya.
The Boogeyman bercerita tentang kakak beradik Sadie Harper (Sophie Thatcher) dan Sawyer Harper (Vivien Lyra Blair) yang harus mengalami masa sulit khususnya secara mental pasca meninggalnya sang ibu karena kecelakaan setahun lalu.
Sang ayah, Will Harper (Chris Messina) tak bisa menjadi sosok pengganti sang ibu untuk anak-anaknya. Hal yang sangat kontradiktif karena dirinya adalah seorang psikiater namun tak mau “mendengarkan” anak-anaknya.
Kedatangan pasien dengan sikap misterius, Lester Billings (David Dastmalchin), lantas menjadi titik awal dari segala teror yang akan ditemui keluarga Harper. Kesedihan, ketakutan dan ketidakharmonisan keluarga Harper lantas menuntun mereka kepada pertemuan dengan sang penguasa ruang gelap. Lantas, apa yang harus mereka lakukan?
Bagi saya, The Boogeyman cukup sukses memberikan ketegangan dan kengerian yang efektif berkat elemen horor ruang sempit dan minim cahaya yang diusungnya. Membuat setiap teror terasa intens dan tak terasa nyaman.
Ketegangannya dibangun dengan dinamika yang apik sehingga menghadirkan punchline yang solid ketika jumpscare dimunculkan. Ya, film ini cukup banyak menggunakan elemen jumpscare untuk menakut-nakuti penontonnya. Dan karena penulisnya adalah penulis yang sama dengan A Quiet Place, sudah pasti ada satu-dua adegan yang nuansa & rasa kengeriannya terasa familiar.
Namun tak hanya jumpscare, atmosfer film ini juga diciptakan dengan cukup baik karena benar-benar banyak bermain di area gelap yang minim cahaya. Sehingga penonton akan dibuat was-was dan curiga di setiap sudut dan ruang gelap yang ada, walaupun sejatinya tak ada apa-apa yang keluar dari sudut gelap tersebut. Ya, film ini berhasil menciptakan theater of mind bagi para penontonnya.
Hanya saja The Boogeyman bukanlah horor yang segar karena sama sekali tidak menawarkan hal yang baru. Beat-nya terasa familiar dengan horor Hollywood pada umumnya, pun dengan konflik keluarga yang juga tak terasa asing bagi kita yang “rajin” menikmati horor hollywood.
Dengan kata lain The Boogeyman bermain aman karena menggunakan template yang familiar. Tidak buruk dan tidak salah, hanya saja memang terasa cukup membosankan.
Tapi di tangan Rob Savage (Host, Dashcam), sosok The Boogeyman sendiri dibuat cukup berbeda dengan mitos dan apa yang sudah ditampilkan kebanyakan film Hollywood.
Namun sejatinya sama sekali tak mengurangi elemen ngeri dan seram yang disajikan kepada penontonnya. Ada tujuan dan dasar yang jelas kenapa bentuknya seperti itu dan itu semua hanya bisa diketahui dengan menonton film ini secara langsung.
Namun lebih dari sekadar horor yang menakut-nakuti penontonnya, isu yang dibawa film ini sejatinya masih cukup relevan untuk diterima. Tentang komunikasi antara orangtua dan anak, bagaimana cara menyikapi kehilangan yang dahsyat di usia remaja, dan tentunya bagaimana kondisi rumah benar-benar menjadi faktor utama terbentuknya kebahagiaan dan kebersamaan.
Semua itu ditampilkan melalui cerita pertarungan gelap & terang yang terasa balance dan tak terlalu preachy. Bagaimana sikap hati, kekecewaan dan penyesalan menjadi kunci utama yang harus diselesaikan jika terang dan kebahagiaan ingin menjadi faktor utama dalam kehidupan ini.
The Boogeyman memang bukanlah film horor yang menawarkan sesuatu yang baru dan berbeda. Namun film ini berhasil secara efektif menciptakan suasana ngeri, seram dan deg-degan karena berhasil memainkan kombinasi horror atmospheric, jumpscare dan permainan tata suara yang membuat jantung berdegup kencang.
Sudah pasti film ini semakin cocok disaksikan bersama teman-teman. Seru-seruan dan teriak-teriak bareng rasanya akan semakin asyik bukan?
Catat tanggalnya, The Boogeyman tayang 9 Juni 2023! Gaskeun ke bioskop minggu depan.
Skor : 6,5/10
Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul “The Boogeyman yang Efektif Menghadirkan Ketegangan dan Kengerian”,
Editor Cinemags: Kent
#komunitascinemags