Hideaki Anno akhirnya menuntaskan seri film Rebuild of Evangelion dengan entri keempat yang telah lama tertunda karena pandemi Covid-19, Evangelion: 3.0+1.0 Thrice Upon a Time. Meskipun ini sejatinya adalah sekuel langsung dari Evangelion: 3.0 You Can (Not) Redo, namun apa yang disajikan adalah perspektif baru, karena sajiannya bertujuan membangun elemen inti baru dari saganya, bukan sekadar mengulangi semata.
Di Paris, sebuah tim dari organisasi Wille dipimpin oleh Maya Ibuki, mengerjakan sebuah sistem untuk memulihkan keadaan kota. Saat mereka diserang oleh pasukan NERV, mereka mendapat bantuan dari armada Wunder dan Mari Illustrious Makinami dengan Unit-08nya. Mari berhasil mengalahkan para penyerang dan tim Wille berhasil memulihkan Paris.
Sementara, Asuka Shikinami Langley, Rei Ayanami, dan Shinji Ikari, yang masih dalam keadaan terguncang hebat, berjalan di pinggiran Tokyo-3, dan bertemu dengan pemukiman para penyintas, di mana mereka berjumpa dengan beberapa kenalan mereka.
Para pilot Unit Evangelion itu sempat menjalani rutinitas kehidupan baru, sebelum para awak Wunder datang menjemput mereka untuk kelanjutan misi peperangan besar untuk menentukan nasib kelangsungan umat manusia di Bumi dari ancaman besar terakhir yang diinisiasi Gendo Ikari. Apakah Bumi bisa diselamatkan?
Meskipun film ini merupakan sekuel langsung dari Evangelion: 3.0 You Can (Not) Redo, tonenya terasa sangat berbeda. Film sebelumnya adalah kejutan yang keras, dingin, brutal baik untuk karakter di dunia Evangelion dan penggemarnya. Dalam film itu, fans tiba-tiba dan dengan keras dilemparkan ke era baru di garis waktu Evangelion, dengan hampir tidak ada harapan yang ditampilkan. Evangelion: 3.0+1.0 adalah penyimpangan dari itu: di sini diperlihatkan kisah-kisah positif, penuh harapan, dan meneguhkan kehidupan dari dampak dari apa yang terjadi setelah peristiwa-peristiwa apokaliptik dari film-film sebelumnya.
Sebagaimana yang sudah dikenal dalam saga Evangelion sebagai karakteristik khasnya sejak awal kemunculan pertamanya, film babak keempat ini masih menghadirkan formula aksi pertempuran berskala masif, drama psikologi kompleks dan visual surealis yang memukau mata namun menyiksa pikiran. Pun juga adegan kekerasan dan sensualitas cukup berani yang memang sudah bukan perihal asing di saga ini.
Salah satu hal yang membuat saga Evangelion punya impact besar di kalangan khalayak perfilman adalah bahwa saga ini punya aspek cerita yang sangat luar biasa. Dan, di babak terbarunya ini, ibarat pembuktian kesekian kalinya bagi Anno, yang layak mendapat kredit lebih untuk kemampuannya dalam mengembangkan kedalaman ceritanya. Anno membuka film dengan aksi yang menyenangkan, menggali hal-hal psikologis, beralih ke set pertempuran di luar semua bidang realitas dan menemukan bidang psikologis lain di luar bidang itu, dan semuanya dihiasi oleh citra psikedelik yang sangat detail dan kreatif tanpa lelah.
Untuk ukuran film yang telah lama dinanti kehadirannya, babak final ini adalah akhir yang pas dan memuaskan untuk dunia Evangelion. Evangelion: 3.0+1.0 Thrice Upon a Time adalah terobosan untuk franchise Neon Genesis Evangelion.
Durasi 2 jam 34 menit yang agak panjang memungkinkan karakter yang sudah dikenal dan sukai untuk bergerak melampaui gangguan emosional dan interpersonal yang sebelumnya mendefinisikan watak mereka. Tema harapan dan kepositifan yang diperkenalkan adalah perubahan yang bagus untuk franchise ini, dan membantu memberikan rasa penutupan untuk karakter yang telah dikenal dan cintai seraya menyajikan akhir yang memuaskan untuk salah satu anime mecha paling populer sepanjang masa ini.
Evangelion: 3.0+1.0 Thrice Upon a Time dapat disaksikan secara streaming on demand di Amazon Prime