Rurouni Kenshin: The Beginning merupakan prakisah dari rangkaian kisah sepak terjang Takeru Satoh sebagai si samurai pengelana Kenshin Himura yang berjumlah total lima film. Rurouni Kenshin: The Beginning pada akhir Juli kemarin rilis di Netflix, meski sebagai informasi, di Jepang filmnya sudah dirilis pada 23 April lalu.
Film ini disutradarai oleh Keishi Otomo dan dibintangi oleh Takeru Satoh sebagai Kenshin Himura, Kasumi Arimura sebagai Tomoe Yukishiro, dan Yosuke Eguchi sebagai Hajime Saito. Film ini berdurasi sekitar 138 menit.
Film ini merupakan penghubung benang merah antara film babak penutup Rurouni Kenshin: The Final yang rilis di Netflix pada pertengahan Juni lalu dengan film pertama Rurouni Kenshin Part One: Origins yang rilis di 2012. Kisah The Beginning mengetengahkan masa lalu Kenshin yang kelam, saat dirinya masih menjadi Battousai si Pembantai. Film ini juga mengisahkan kisah asmara tragisnya dengan Tomoe Yukishiro, yang sebelumnya telah ditampilkan sekilas di sepanjang serinya dan bagaimana Kenshin mendapatkan luka berbentuk “X’ di pipinya.
Jauh sebelum bertemu dengan Kamiya Kaoru, Sanosuke, Yahiko dan dikenal dengan sakabatonya (samurai bermata terbaliknya-red), Kenshin adalah pembunuh ulung yang sangat ditakuti berjuluk Battousai si Pembantai. Ia adalah andalan pemberontak imperialis dalam masa Restorasi Meiji, untuk memerangi pihak pendukung Shogun di kubu pemerintah.
Hingga akibat sebuah kejadian, takdir memertemukannya dengan Tomoe Yukishiro, seorang wanita muda yang ironisnya, tanpa sepengetahuan Kenshin, adalah tunangan salah satu korban yang ia bunuh sebelumnya. Berawal dari pertemuan itulah, meski berawal dari kekakuan, sifat dingin Kenshin lama-lama mulai mencair yang kemudian membuat ia mengubah pandangannya, sehingga akhirnya menjadi Kenshin Himura yang dikenal sekarang.
Seperti film-film sebelumnya, Rurouni Kenshin: The Beginning berisikan apa yang bisa Anda harapkan dari daya tarik yang dimiliki materi aslinya. Bedanya, bila di empat film sebelumnya, sosok Kenshin merupakan pahlawan, di sini untuk sebagian besar durasi film, ia digambarkan sebagai mesin pembunuh yang efektif, sebelum interaksinya dengan Tomoe menyebabkan perubahan besar.
Dalam hal aksi, meski lebih sedikit porsinya dibanding di film sebelumnya, Rurouni Kenshin The Beginning punya beberapa adegan aksi yang bagus. Apalagi ditambah aspek penggambaran karakter, membuat adegan ini lebih keras dan berdarah. Namun, minimnya porsi adegan aksi ini sangat bisa dimaklumi, karena sejatinya, titik berat film ini adalah dramaturgi Kenshin- Tomoe.
Hal ini juga rasanya disengaja oleh sang sineas, yang memang sepertinya kali ini lebih mengeksplor sisi drama storyline yang dikedepankannya, sesuai kebutuhan elementer babak ini. Toh, jika menilik kinerja di film sebelumnya, ia sudah lumayan jor-joran porsi adegan aksinya, yang memang sesuai kebutuhan ceritanya.
Ya, jantung dari film ini hadir dalam bentuk hubungan yang terjalin antara Kenshin dan Tomoe. Untuk hal ini dua pemainnya, baik Takeru Satoh dan Kasumi Arimura berhasil menciptakan chemistry apik yang meyakinkan, lewat gestur tubuh maupun air muka mereka. Meski sejatinya tidak ada adegan luapan emosi frontal, audiens tetap dapat dengan mudah ada banyak hal yang terjadi di balik karakter mereka.
Secara keseluruhan, Rurouni Kenshin: The Beginning sukses mengentaskan franchise ini dalam titik puncak kualitas yang bisa dibayangkan dalam konteks adaptasi live action dari manga dan anime. Lewat film ini, seluruh tim Rurouni Kenshin berhasil memberikan salam perpisahan yang sangat memuaskan bagi tidak hanya bagi penggemar sejatinya saja, namun juga seluruh kalangan yang menyaksikannya.
Rurouni Kenshin: The Beginning dapat disaksikan secara streaming di Netflix