Buku komik dan Netflix tampaknya berjalan beriringan akhir-akhir ini, dengan produksi-produksi seperti Jupiter’s Legacy, The Old Guard dan bahkan The Sandman yang akan datang, seakan Netflix memberikan alternatif pilihan pada audiens selain jagat komik Marvel Cinematic Universe atau DC, tetapi melalui serial Trese mungkin baru pertama kali platform streaming tersebut melakukan adaptasi animasi dari buku komik Filipina. Ini tentu saja merupakan langkah ke arah yang benar untuk memperluas representasi Asia di media arus utama.
Sudah bukan rahasia lagi, kalau kebudayaan Asia kaya dengan pelbagai saga mitos dan legenda. Sementara sebagian sudah dituangkan dalam medium drama horor dan fantasi, namun baru kali ini, dituangkan dalam format animasi yang menggabungkan elemen fiksi ilmiah, aksi dan drama kriminal sekaligus.
Serial animasi rilisan terbaru Netflix yang season pertamanya berjumlah enam episode ini juga punya makna tersendiri bagi belantika perfilman tanah air. Hal ini dikarenakan Trese adalah serial animasi pertama BASE Entertainment dengan Tanya Yuson, Chief of Creative BASE Entertainment, dan Shanty Harmayn, duduk sebagai Executive Producernya. Sedangkan untuk penyutradaraannya diberikan pada Jay Oliva.
Bersetting di jantung kota Manila, Trese menggambarkan situasi di mana dunia makhluk gelap dan dunia manusia bersinggungan. Saat siang hari, dunia berjalan seperti biasa, namun saat malam tiba, para makhluk itu berkeliaran. Dengan kesepakatan antara dua ras dibentuk di masa lalu oleh seorang pria bernama Anton, perdamaian ini terancam oleh kekuatan gelap yang perlahan bangkit.
Bertindak sebagai penghubung dua dunia itu adalah Alexandra Trese, putri Anton. Ia sudah diramalkan sebagai putri keenam dari anak keenam, seorang gadis yang dilahirkan untuk menjaga kestabilan dua alam itu dan menjadi penguasa dunia kegelapan. Akan tetapi, untuk saat ini ia lebih menikmati peran sebagai detektif di dunia manusia.
Dalam total enam episode, Trese menyoroti sepak terjang sang protagonis utama menginvestigasi kasus ancaman dari dunia supranatural mulai dari invasi zombie, para goblin liar, dan bahkan hantu yang terbunuh. Ide-ide tersebut dipresentasikan dengan baik, imajinatif, dan dibawakan dengan performa apik jajaran pengisi suaranya, terutama si penyulih suara sang tokoh utama Alexandra Trese, aktris cantik papan atas Filipina, Liza Soberano.
Secara estetik, Trese berhasil menyuguhkan kinerja yang baik lewat visualisasi grafiknya. Ada beberapa adegan yang menggunakan CGI, namun terhitung minimal dan difungsikan untuk mengeskalasi efeknya.
Adapun yang menjadi kunci kesuksesan serial ini adalah penuangan storylinenya dan bagaimana pilihan babak akhirnya. Hal inilah yang menjadikan Trese mampu menarik simpati banyak kalangan dan diakui sebagai salah satu anime terbaik yang dihadirkan Netflix untuk tahun ini. Paduan estetika unik dengan penyajian cerdas mitos dan legenda nya terasa efektif untuk menggugah minat untuk mengikuti kisah ini dan kemungkinan kisah kelanjutannya.
Berdasarkan apa yang disajikannya sejauh ini, Trese layak untuk mendapat perpanjangan, meski nantinya apakah ceritanya merupakan kelanjutan langsung ataukah bukan. Tapi yang jelas, Trese adalah rilisan Netflix yang rasanya sangat sayang dilewatkan begitu saja.
Trese dapat disaksikan secara streaming di Netflix