Pada tahun 2018 Netflix mengawali debut To All the Boys I’ve Loved Before – film drama rom com remaja tentang seorang gadis remaja yang mengalami problem asmara pelik saat kumpulan surat cinta yang tidak pernah ia kirim, oleh adiknya diposkan ke masing-masing tujuan – mendulang sukses besar. Dari situ film yang diangkat berdasarkan buku karya Jenny Han ini dibuatkan dua sekuelnya.
To All the Boys: P.S. I Still Love You dan To All The Boys: Always and Forever, yang disyuting di bawah penyutradaraan Michael Fimogari secara back-to-back namun dirilis satu persatu. Setelah sekuel pertamanya dirilis pada tahun lalu, saga yang mengedepankan duet Lana Condor dan Noah Centineo ini mencapai babak konklusinya di film ketiganya ini.
Diangkat dari buku ketiga trilogi novelnya, yang berjudul Always and Forever, Lara Jean, film ini membawa kisah perjalanan asmara di seri ini menjurus ke konklusi akhirnya, seraya memaparkan bagaimana suatu hubungan bisa mempengaruhi keputusan besar dalam kehidupan anak muda, misalnya keputusan jenjang pendidikan tingkat lanjut.
Melanjutkan apa yang sudah berkembang dari dua film sebelumnya, di To All The Boys: Always and Forever dikisahkan hubungan antara Lara Jean Covey (Condor) dan Peter Kavinsky (Centineo) kian solid hingga mulai merencanakan masa depan mereka bersama. Termasuk untuk sama sama masuk universitas Stanford setelah tamat SMA.
Akan tetapi, saat Lara Jean berlibur ke Korea bersama sang ayah, Dan (John Corbett) dan kekasihnya, Trina (Sarayu Blue), serta kedua saudarinya, Kitty (Anna Cathcart) dan Margot (Janel Parrish) – dan New York sebagai bagian dari study tour, Lara mendapati bahwa ia harus mengevaluasi ulang apa yang sebenarnya ia inginkan untuk kehidupan selepas SMAnya.
Tak pelak hal ini mendatangkan permasalahan dalam hubungannya dengan Peter yang berusaha untuk memastikan rencana awal mereka terwujud. Apakah mereka akan sama-sama berusaha mempertahankan hubungan mereka? Ataukah ini justru menjadi akhirnya?
Sementara pusat drama di dua film sebelumnya berkisar pada cinta segitiga Lara Jean, Peter, dan pria-pria lainnya, To All The Boys: Always and Forever menggantikannya dengan perbedaan keputusan yang harus diambil Lara Jean, melanjutkan hidupnya sambil berdekatan dengan Peter atau mengikuti kata hati dan mengejar impiannya meski harus berjauhan dengan sang kekasih.
Tema ini membuat film babak ketiga ini sajiannya terasa lebih segar dan dewasa, meski tidak bisa dipungkiri juga dipenuhi dengan klise dan kelucuan. Film ini juga mengeksplorasi konteks yang lebih besar tentang hubungan Lara Jean dengan keluarganya.
Yang impresif dari To All the Boys: Always and Forever adalah meski notabene merupakan sekuel, sajiannya lebih terasa seperti sebuah standalone movie. Tidak seperti franchise film berjilid-jilid lainnya, film ini seperti tidak berusaha menggantungkan pengetahuan audiensnya pada film-film terdahulunya, untuk bisa dinikmati. Tambahan lagi, di film ini juga bertaburan referensi budaya pop era1980-an hingga 1990-an yang mungkin bisa memancing perasaan nostalgia tersendiri.
Seperti kebanyakan rom com lainnya, klimaks film ini mungkin mudah ditebak. Namun, dengan penyajian demikian, menjadikan film ini adalah pilihan yang sempurna untuk tontonan di musim hari Valentine, terlepas untuk pasangan yang ingin mencari alternatif tontonan romantis, atau sekadar ingin menikmati sajian yang ringan, manis, dan sederhana.
To All the Boys: Always and Forever dapat disaksikan secara streaming di Netflix sejak 13 Februari 2021