Semakin menambah panjang daftar film-film Jepang tentang permainan maut, hadir Signal 100. Seperti kebanyakan film asal negeri matahari terbit lainnya, Signal 100 diadaptasi dari serial manga berjudul sama karya Arata Miyatsuki dan ilustrator Shigure Kondo yang pertama kali dipublikasikan pada tahun 2015 di majalah Young Animal.
Film layar lebar live actionnya ini disutradarai oleh sineas muda wanita Lisa Takeba dan dibintangi oleh aktris remaja Kanna Hashimoto yang kerap membintangi film-film adaptasi manga /anime. Lalu, masih ada pula Shido Nakamura, aktor veteran yang mungkin paling dikenal lewat performanya sebagai pengisi suara Ryuk di franchise Death Note.
Dalam formula yang satu tarikan napas dengan film Jepang bertema permainan maut paling populer, Battle Royale, Signal 100 berkutat tentang sekelompok siswa sekolah menengah yang mengalami nasib sial menjadi sasaran pilihan hukuman guru psikopat mereka. Kematian mengerikan, pengkhianatan, dan perasaan benci tersembunyi menunggu momen kelulusan kelas sekolah tak bernama yang belokasi di sebuah kawasan pedesaan ini. Mereka harus memastikan diri bahwa mereka harus mengikuti aturan –tanpa mereka ketahui jika tidak ingin nyawa mereka melayang.
Rena Kashimura (Kanna Hashimoto) menikmati beberapa hari terakhirnya menjadi siswa sekolah menengah. Ia dan sahabatnya Haruka Koizumi (Yumi Wakatsuki) sedang merencanakan perjalanan kelulusan untuk merayakannya. Teman sekelas mereka juga sedang mempersiapkan waktu setelah mereka lulus. Tetapi, ketika mereka datang ke sekolah untuk mempersiapkan festival budaya terakhir mereka, sesuatu yang tidak terduga terjadi.
Guru mereka Shinobe (Shido Nakamura) memutuskan untuk mengubah jalan hidup mereka selamanya. Ia menghipnotis 36 muridnya dan menyematkan 100 sinyal sugesti pada mereka, yang jika dipicu, mengakibatkan orang tersebut bunuh diri. Apapun caranya.
Sang guru cukup ‘baik’ untuk memberitahukan beberapa di antaranya – jika melakukan penyerangan pada seseorang berarti bunuh diri – bisa dengan cara melompat dari jendela atau menikam diri senduru ke benda tajam terdekat. Namun, sugesti selebihnya harus mereka temukan sendiri. Namun, meski mereka dapat mengungkap sugesti lainnya, hanya ada satu cara untuk bisa selamat dari hipnotis bunuh diri itu. Semua harus mati kecuali satu orang.
Rena, Sota Sakaki (Yuta Koseki) dan murid-murid lainnya lalu bersekutu untuk bisa keluar bersama dari situasi dilematis ini. Akan tetapi, ada beberapa murid seperti Hayato Wada (Toshiki Seto) yang berniat hanya demi keselamatannya seorang diri. Akankah Rena dan Sota bisa menemukan cara membatalkan hipnotis ini? Atau apakah mereka semua ditakdirkan mati mengenaskan?
Walaupun mungkin formula kisahnya tidak terpaut jauh dengan film-film bertema permainan maut Jepang lainnya, Signal 100 bisa dibilang solid dan mudah dinikmati kalangan awam tanpa perlu membaca manganya terlebih dahulu. Berbanding dengan film-film bertema sama, sajiannya tidak kalah menarik, dan bahkan mampu bersinar di beberapa bagian.
Salah satunya di sektor pembentukan karakternya, yang meski hanya memberikan sesi sangat pendek tentang kehidupan normal mereka (kisaran 5 menit saja-red) mampu memerlihatkan sekelumit pemahaman tidak hanya tentang sang tokoh utama namun juga semua karakter murid, meski terbilang dangkal tetap bisa memancing emosi saat korban mulai berjatuhan. Dan, khas film permainan maut, adegan-adegan kematian di sini beberapa di antaranya menjurus brutal.
Namun, karena batasan durasi dan terlalu banyak karakter yang terlibat membuat para karakter utamanya begitu stereotipe. Protagonis utama yang tipikal pahlawan kebenaran dan pendamping yang tidak kalah baiknya. Sementara di sisi lain ada tokoh yang ibarat difungsikan sebagai antagonis utama ‘mesin pembunuh sempurna’ yang jadi pemain paling tangguh di permainan maut ini.
Dari segi performa para pemainnya, meski tidak sampai tahap mengagumkan, namun barisan talenta muda ini mampu tampil baik dengan skrip yang diberikan pada mereka. Faktor plus minus signifikan lainnya adalah bagi mereka yang membutuhkan motif yang jelas untuk guru jahat atau setidaknya membutuhkan sejumlah informasi latar belakang dasar – Signal 100 mungkin bukan film Anda. Tidak ada yang menunjukkan bahwa kelas khusus ini layak mendapat hukuman guru, misalnya saja ada murid yang kecanduan bermain slot online atau merundung seseorang. Sebaliknya ia tampaknya telah menyembunyikan diri psikopatnya yang gila sampai saat ini dan hanya menghukum ‘murid-muridnya yang tercinta’ untuk hiburannya sendiri.
Dengan demikian, jika Anda menikmati film permainan kematian dan mudah puas dengan kematian yang mengerikan dan tidak banyak cerita, Signal 100 adalah perjalanan singkat yang menyenangkan untuk membantu Anda menghabiskan waktu. Memang, ada sebuah adegan yang notabene tidak perlu karena tidak memberi kontribusi apapun pada kisahnya, namun secara keseluruhan sajian Signal 100 dapat dikategorikan lumayan impresif.