Kisah Black Beauty sudah lama telah menangkap imajinasi sejak novel nya pada tahun 1877 pertama kali diterbitkan. Selama bertahun-tahun, ada banyak film, adaptasi TV dari buku tersebut, dan bahkan versi drama teaternya. Sekarang, eksklusif untuk layanan streaming Disney +, hadir versi film terbarunya. Di tangan sineas Ashley Avis, buah pikiran Anna Sewell ini diakomodir secara bebas sambil tetap mempertahankan hal-hal elementer dari materi novel aslinya.
Adaptasi terbaru Black Beauty mengedepankan aktris muda yang namanya pertama kali dikenal sebagai pemeran Reneesme Cullen di saga Twilight, Mackenzie Foy dan aktris caliber Oscar, Kate Winslet sebagai pengisi suara Black Beauty. Didukung pula oleh Iain Glenn (Game of Thrones) dan Claire Forlani.
Gadis yang baru memasuki usia remaja, Jo Green (Mackenzie Foy) tengah berduka karena sebuah kejadian membuatnya kehilangan keluarga. Setelah tidak punya lagi keluarga, Green tinggal bersama pamannya, John. John merupakan seorang peternak kuda. Dia biasa menangkap kuda liar dari berbagai tempat. Suatu hari, John dan rekannya membawa satu kuda hitam berjenis mustang. Walaupun sudah tertangkap, kuda itu tidak mau jinak. Dia selalu bergerak dengan ganas. John dan rekannya tidak bisa berbuat banyak. Hanya bisa membiarkan kuda hitam berlarian kesana-kemari di sekitar kandang.
Green yang tinggal bersama John mendengar kabar bahwa kuda hitam menjadi ganas karena terpisah dari keluarga. Merasa senasib, Green mulai mendekati kuda hitam dan mencoba menyentuhnya. Anehnya, kuda itu tidak menyerang Green seperti saat John dan lainnya mendekat. Dalam waktu singkat, Green menjalin kedekatan dengan kuda itu. Green kemudian memberi nama kuda itu Black Beauty.
Hari demi hari, hubungan Green dan Black Beauty semakin dekat. Mereka seakan saling mengisi peran keluarga yang telah lama hilang. Sayangnya kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. John hendak menjual kuda itu. Sebenarnya Green meminta agar Beauty tetap bersamanya, namun John bergeming dengan niatnya. Perginya Black Beauty membuat luka dalam pada Green, untuk kedua kalinya. Dia kembali kehilangan sosok keluarga. Namun berbeda dari dulu, kini Green bertekad mencari Black Beauty.
Seperti yang tertuang di novelnya, film ini dinarasikan oleh Black Beauty, yang kali ini gendernya dijadikan betina, alih-alih kuda jantan. Perubahan juga terjadi di setting masa dan lokasi, yang sekarang mengambil setting di Amerika Barat, bukan lagi di London, Inggris.
Meski demikian, dari aspek penceritaan, substansinya secara de facto masih bisa dikatakan loyal. Sama seperti novel aslinya, film ini mengangkat isu kesejahteraan hewan. Meskipun film ini jelas tidak membuat penonton terpesona dengan hal ini, sangat menarik bahwa bagi beberapa penonton yang lebih muda, film ini dapat berfungsi sebagai pengantar topik penyelamatan hewan dan keharusan untuk menghormati dan memperlakukan mereka dengan bermartabat.
Seperti banyak cerita tentang ikatan antara manusia dan hewan, kisah ini menarik benang merah sambil menunjukkan evolusi hubungan itu. Namun, jika Anda pernah sangat mencintai dan menyayangi hewan, hal ini kemungkinan besar masih akan berdampak. Dan untungnya, tidak seperti beberapa film semacam ini, Black Beauty tidak berusaha memanipulasi emosi pemirsa.
Film ini juga menampilkan pertunjukan hangat oleh Foy dan Glenn dan sinematografi indah dari segala hal, mulai dari lanskap terbuka masa muda Beauty hingga suasana modern kota New York. Jadi, secara keseluruhan, meski film ini tidak melakukan sesuatu yang revolusioner, bagi banyak anak pencinta kuda – khususnya perempuan – penulis dan sutradara Ashley Avis telah membuat film yang dapat ditonton berulang kali.
Black Beauty dapat disaksikan secara streaming di Disney + Hotstar sejak 27 November.