Sineas Hong Kong Johnnie To yang kondang di kalangan insan perfilman internasional lewat film-film bergenre aksi dan kriminal besutannya kembali duduk di bangku penyutradaraan pasca membidani Life Without Principle (2011). Pada kesempatan kali ini, sang sineas kembali berkolaborasi dengan penulis skrip dan co –producer Wai Ka-Fai (A Hero Never Dies, Fulltime Killer), dan ini merupakan kali pertama bagi sang sineas melakukan proses syuting di daratan Tiongkok, serta mempersembahkan sebuah film bertema obat-obatan terlarang, yang merupakan tema yang sangat jarang diangkat di wilayah tersebut.
Dengan setting di daratan Tiongkok, dikisahkan, seorang pemuda dalam keadaan mulut berbusa mengendarai sebuah sedan dengan kecepatan tinggi, dan lalu kehilangan kendali sehingga mobil yang dikendarainya menabrak sebuah restoran. Sang pemuda kemudian diamankan anggota kepolisian setempat.
Di saat yang bersamaan, di tempat lain sebuah bus dan truk mendekati pintu tol yang dijaga seorang gadis muda bernama Xiao Bei (Crystal Huang Yi). Meski para pengemudi kedua kendaraan itu memperlihatkan gerak-gerik mencurigakan, mobil truk dibiarkan melaju meski dibawah penguntitan, sedangkan kendaraan bus dihentikan. Tiba-tiba, para penumpang bus panik dan berlarian, namun dengan sigap sang petugas pintu dengan cekatan memimpin operasi penyergapan anti narkoba. Ternyata, sang gadis adalah anggota kepolisian yang menyamar.
Di kantor kepolisian, Kapten Zhang (Sun Honglei) sibuk mengomandoi hasil dari operasi penyergapan yang baru dilakukan para anak buahnya. Para penumpang bus yang semuanya ditangkap ternyata telah menelan semacam kapsul berukuran besar berisikan narkoba. Sedangkan, si pemuda dengan mulut berbusa adalah gembong narkoba bernama Timmi Choi (Louis Koo).
Terungkap bahwa pihak kepolisian Tiongkok tengah melakukan operasi agresif sebagai bagian perang besar-besaran terhadap para pengedar narkoba. Berada di bawah ancaman hukuman mati, Zhang menawarkan agar Choi mau menjadi informannya sebagai pembuka jalan meringkus para gembong besar, dengan imbalan keringanan hukuman. Tawaran itu kemudian terpaksa diterima sang pemuda.
Choi kemudian memang terbukti memainkan peranannya dengan sangat baik, di mana informasi yang diberikannya sangat membantu keberhasilan operasi yang digalang Zhang. Namun, saat operasi peringkusan besar-besaran terhadap para bos narkoba kelas kakap nyaris mencapai puncaknya, tidak satu orangpun yang curiga bahwa sang pemuda diam-diam sudah merancang agenda berdarah tersendiri di dalam benaknya, dan demi tujuan akhir untuk mewujudkannya, ia tidak segan-segan mengorbankan siapapun agar tetap bisa bertahan hidup.
Lewat Drug War, sekali lagi To memperlihatkan kepiawaiannya dalam menggarap sebuah kisah epik kriminal, di mana ia seakan-akan mempermainkan penonton dengan mengacak elemen jalan cerita yang bertujuan membuat bingung penonton, namun membalutnya dengan aksi stunt dan sinematografi yang menawan. Hasilnya, Drug War menjadi suguhan yang menyegarkan untuk kategori film dengan tema film aksi yang sebenarnya sudah sangat usang, yakni kejar-kejaran antara hamba penegak hukum dengan seorang pelaku kriminal.
Filmnya sendiri di ajang FILMART 2013 menjadi salah satu film yang paling mengundang perhatian, bersanding dengan The Grandmaster, film mengenai tokoh legenda kungfu Ip Man besutan Wong Kar Wai. Drug War berhasil menuai apresiasi yang sangat positif terutama dari kalangan kritikus. Kesuksesan filmnya juga menarik sineas Asia lainnya, yakni Lee Hae-young yang kemudian membuat versi remake Koreanya dengan judul Believer pada tahun 2018.
Starring: Louis Koo, Sun Honglei, Crystal Huang Yi, Michelle Ye, Lam Suet, Wallace Chung, Gao Yunxiang
Directed by: Johnnie To
Language: Cantonese, Mandarin
Release Date: April 4th, 2013