Koizora atau Sky of Love adalah film kisah cinta remaja yang di luar dugaan, karena menyoroti aspek yang sangat kompleks. Betapa tidak, di dalamnya meliputi berbagai permasalahan yang rentan dan kontrioversial dari kisah cinta, pelecehan seksual, kehamilan, keguguran, perpisahan, dan pertemuan kembali, yang mungkin sudah sangat lazim ditemui dalam kehidupan cinta remaja masa kini.
Diangkat dari cell –phone novel yang sangat populer di kalangan anak-anak muda Jepang, suka duka kisah asmara selama 3 tahun seorang gadis remaja SMA yang rumornya diangkat dari kejadian nyata ini begitu mengena di hati banyak kaum hawa, hingga popularitasnya meningkat secara luar biasa melalui mulut ke mulut. Kisah ini kemudian dipublikasikan ke dalam bentuk buku yang juga kemudian tercatat sebagai instant best seller dengan rekor penjualan mencapai 1,3 juta kopi untuk peredaran dalam jangka waktu hanya 3 minggu.
Mika (Aragaki Yui) hanyalah seorang siswi SMA lugu yang belum mengerti arti cinta dan datang dari keluarga harmonis yang membuat jalan hidupnya berjalan biasa-biasa saja. Akan tetapi rupanya jika panah asmara sudah mulai bekerja apapun bisa saja terjadi, dan itulah yang terjadi padanya.
Hiro: Where do humans go after they die?
Mika: Heaven.
Hiro: I want to be the sky. So I always know where you are.
Mika: Like a stalker.
[Hiro smiles]
Mika: Clear skies will mean you are happy. Rain will mean you’re crying. Sunset means you are embarrassed. Night will mean you are gently holding me.
Setelah kehilangan dan kemudian menemukan kembali ponselnya, Mika mulai menerima panggilan telepon dari pengagum rahasianya. Interaksi melalui telepon itu berujung pada perkenalannya dengan rekan sekolahnya yang berpenampilan unik; Hiro (Miura Haruma) dan kisah asmara pun berjalan cepat hingga mencapai di luar batas.
Hubungan cinta Mika yang terlalu jauh dengan Hiro kemudian merentet pada pelecehan seksual terhadap sang heroine ketika Saeki, mantan kekasih sang pemuda menyewa 3 orang berandalan untuk memerkosa Mika. Tidak berhenti di situ, Saeki juga mengedarkan kejadian yang menimpa Mika itu ke seantero sekolah. Senjata makan tuan, perlakuan itu justru semakin menguatkan hubungan Mika dengan Hiro.
Konflik semakin berkembang saat kemudian Mika diketahui berbadan dua. Hiro yang merasa bertanggungjawab menganggap siap untuk menjadi seorang ayah, keduanya lalu sepakat untuk maju ke hadapan orangtua mereka untuk mengijinkan mereka membina mahligai rumahtangga, namun tentu saja hal itu ditentang oleh salah satu pihak keluarga mereka. Maka kisah cinta mereka mau tak mau berlanjut sepanjang tahun dengan perkembangan yang mengejutkan (dan tidak mengejutkan). Akankah hubungan cinta mereka akan berakhir bahagia?
Kisah Koizora sendiri sebenarnya tidak begitu istimewa, jualan utamanya tentang sepasang kekasih yang berjuang melalui berbagai rintangan untuk tetap menjaga keutuhan kisah cinta mereka. Akan tetapi dua orang bintang utamanya walaupun masih berusia sangat muda — Aragaki (19), Miura (17) saat film dirilis – berhasil menunjukkan chemistry yang apik dan dapat menghayati peran yang mereka mainkan sebagai sepasang kekasih.
Belum lagi, tema yang berisikan perihal teen sex, rape dan legal abortion yang diangkat Koizora juga terlampau ‘dalam’ dan kontroversial untuk ukuran sebuah film remaja, tidak hanya untuk lingkup Asia bahkan untuk lingkup Eropa maupun Amerika sekalipun, membuat film ini berhasil menarik perhatian banyak pihak. Bukan berarti film ini tak mempunyai kekurangan, banyak juga hal-hal absurd yang terjadi di dalamnya, namun biarpun demikian film ini sangat layak direkomendasikan para penyuka film drama kehidupan yang menghanyutkan dan penuh warna.