Netflix, penyedia layanan hiburan terkemuka di dunia, turut meramaikan melalui diskusi panel bertema “Merayakan Keberagaman Cerita Indonesia”.
Diskusi yang diadakan secara virtual tanggal 14 Agustus 2020 , mengundang para kreator film Indonesia, Shanty Harmayn, BASE Entertainment, Produser “Guru-Guru Gokil”, Riri Riza, MILES Film, Produser dan Sutradara “Humba Dreams”, dan Mandy Marahimin, Tanakhir Film, Produser “Semesta”. Netflix diwakili Kooswardini Wulandari, Communications Manager, Netflix.
Baca juga : Kamu Sudah Siap Untuk “Merayakan Keberagaman Cerita Indonesia” ?
Storytelling telah menjadi bagian masyarakat Indonesia sejak lama. Seiring berjalannya waktu, storytelling mengambil format salah satunya film dan melalui film, para kreator membagikan cerita-cerita lokal yang unik dan luar biasa ke penonton yang lebih luas, termasuk penonton di luar negeri.
Menurut Riri Riza, Indonesia memiliki sejarah storytelling yang sangat luar biasa.
Sebagai seorang pembuat film di mana visual menjadi titik tolak bercerita, Riri menemukan warisan cerita visual yang luar biasa ada di mana-mana. “Misalnya ketika
saya membuat Humba Dreams, saya menemukannya di makam-makam batu, tenun, jadi Indonesia memang kaya sekali.”
Shanty Harmayn lebih melihat storytelling dari sisi proses transformasi, misalnya dari cerita di novel diadaptasi menjadi sebuah cerita masa kini menggunakan medium film.
Ketika membuat film Semesta, Mandy Marahimin justru menemukan masih banyak kisah-kisah lain yang belum diceritakan dan didokumentasikan. “Sebagai contoh, Indonesia kaya akan kisah-kisah lisan yang diturunkan dari generasi ke generasi, tapi kisah-kisah ini tidak pernah dicatat. Jika tidak diteruskan, maka kisah-kisah ini akan hilang,” ujar Mandy.
Netflix percaya semakin banyak cerita kehidupan dari berbagai budaya dan latar belakang muncul di layar akan menginspirasi masyarakat dari kebudayaan yang lain.
“Di Netflix, kami percaya cerita unik dan luar biasa bisa datang dari mana saja dan kami membuat cerita-cerita tersebut lebih mudah diakses oleh banyak orang,” ujar Kooswardini.
Ketiga kreator film Indonesia juga sepakat bahwa film yang diangkat dari cerita-cerita Indonesia yang luar biasa memiliki pesan moral yang kuat dan mampu mengedukasi penonton. Menurut Riri, audio visual bisa memberikan dampak yang kuat kepada penonton. “Saya yakin meskipun setiap filmmaker memiliki visi yang berbeda-beda, tapi saya yakin film dapat menjadi media edukasi dan punya kepekaan untuk dicontoh oleh penontonnya,” ujar Riri.
Film merupakan media edukasi yang sangat luar biasa karena film merupakan refleksi dari diri kita. “Ada bagian dari diri kita yang terefleksi di film yang kita tonton,” ujar Shanty.
Menurut Mandy, film menjadi powerful karena film bisa mendidik tanpa penonton merasa kita sedang dididik. “Ketika kita bisa bercerita dengan sangat seamless, penonton dapat tergerak emosinya. Film menjadi medium untuk menyampaikan bukan hanya cerita tapi juga emosi pembuat film,” ujar Mandy.
Lalu, bagaimana kehadiran layanan video-on-demand (VOD) dapat mengubah pandangan kreator lokal? Menurut Riri, VOD membuat paradigma kreator film Indonesia semakin terbuka dan kehadiran VOD menjadi momentum luar biasa bagi kreator film untuk mencari kemungkinan-kemungkinan cerita apa yang ingin disampaikan.
“Namun pada saat yang sama, quality control akan semakin dituntut di mana setiap pembuat film harus mampu merancang cerita dengan memunculkan sisi originalitas dan personal approach. Apalagi Indonesia memiliki potensi pasar yang sangat besar dan kita harus memanfaatkannya dengan baik,” ujar Riri.
Menurut Shanty, saat ini merupakan waktu yang tepat bagi kreator lokal untuk mendorong potensi diri mereka dan mengutamakan kedisiplinan sebagai filmmakers dalam konteks penggarapan cerita.
“Apa cerita kamu dan bagaimana penonton bisa merasa relevan dengan cerita tersebut, baru film itu dapat ditonton oleh banyak orang,” ujar Shanty.
Mandy melihat dengan hadirnya VOD, justru merupakan potensi besar bagi filmmakers Indonesia untuk mengeksplorasi cerita-cerita lokal.
“Masyarakat dunia jangan dikira hanya mau menonton cerita-cerita yang dekat (secara geografis) dengan mereka, tapi mereka juga mau cerita-cerita yang memiliki keterkaitan dengan mereka. VOD memberikan kesempatan bagi film-film yang relevan dengan masyarakat global tapi dengan konteks lokal untuk bisa ditonton di mana saja,” ujar Mandy.
Para kreator pun sangat menyambut baik kerja sama dengan Netflix. Riri mengungkapkan bahwa Netflix merupakan platform digital dengan deretan film global
yang luar biasa dan dapat menjadi referensi bagi kreator untuk melihat karya-karya sineas dunia. Riri juga menambahkan bahwa Netflix memungkinkan penonton berbagai usia, terutama keluarga, dapat mengakses berbagai jenis film, termasuk film- film produksi lama seperti “GIE” yang bisa dinikmati dengan kualitas penayangan yang baik. Selain itu, banyak orang akan mengenal karya kita. “Saat ‘Humba Dreams’ tayang di Netflix, saya diwawancara oleh radio lokal di Waingapu, Nusa Tenggara Timur, yang tidak punya fasilitas bioskop.”
Selain kemudahan akses, Shanty melihat Netflix juga memungkinkan penonton untuk menikmati film tersebut kapan pun. “Film ‘Semesta’ awalnya tidak didistribusikan secara luas di bioskop terlebih dengan adanya pandemi. Tapi, kehadiran film ini di Netflix memberi kemudahan bagi Tanakhir Film untuk menjangkau lebih banyak penonton di Indonesia, termasuk diaspora di luar negeri yang ingin menonton film-film Indonesia,” ujar Mandy.
Netflix percaya storytelling dan hiburan menjadi bagian tidak terlepaskan dari kehidupan setiap orang. Oleh karena itu, Netflix senantiasa menjadi rumah untuk berbagai jenis film dari mana saja. “Kami percaya bahwa cerita bersifat universal, tapi diceritakan dengan konteks lokal. Sudut pandang seperti ini yang kami ingin lebih banyak lihat dan tampilkan di Netflix, sehingga penikmat film dapat menemukan konten-konten baru dan belajar hal-hal baru. Di sisi lain, kreator juga dapat menjangkau penonton baru dan mendapatkan feedback langsung dari penonton, misalnya lewat pembicaraan di media sosial. Selain itu, kami juga mencari konten- konten lokal dengan kualitas yang baik dengan sudut pandang dan penceritaan yang unik,” ujar Kooswardini.
Sebagai penutup, Netflix menegaskan komitmennya terhadap industri film Indonesia.
Sejak hadir di Indonesia pada 2016, Netflix banyak mempelajari apa yang ingin dinikmati orang Indonesia dengan lebih banyak melihat cerita-cerita Indonesia. “Kami fokus untuk bekerja sama dengan kreator lokal maupun global karena kami tidak membatasi konten tertentu hanya cocok di wilayah tertentu, tapi juga bagaimana bisa dinikmati oleh masyarakat dari negara lain,” ujar Kooswardini.
Selain mendistribusikan konten-konten lokal, Netflix juga mendukung kreator film Indonesia untuk menghasilkan lebih banyak cerita unik dan berkualitas dari Indonesia bagi penonton global. Salah satunya melalui kerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk rencananya melakukan pelatihan bagi penulis naskah lokal. Selain itu, Netflix juga akan menyelenggarakan virtual workshop tentang pasca-produksi pada 26 Agustus mendatang.