Walaupun gaung industri perfilman negara-negara Timur Tengah tidak sementereng “saudara satu benuanya” dari belahan Asia Timur maupun India, sepak terjang film-film dari kawasan negara-negara kaya karena sumber daya minyaknya ini tidak bisa dipandang sebelah mata begitu saja. Dimotori oleh Iran yang begitu sudah mewarnai peta perfilman internasional dengan deretan film-film bermutu maupun sumbangannya dalam memberikan insan-insan perfilman berkualitas seperti Abbas Kiarostami, Majid Majidi, maupun Jafar Panahi, tidak jarang film-film dari kawasan ini berhasil memukau kalangan penikmat film mancanegara.
Selain Iran, Arab Saudi juga memiliki potensi yang tinggi mengenai situasi ini, di mana salah satu film asal negara tersebut yang berjudul Wadjda sukses menuai menjadi perhatian besar berbagai kalangan film dunia, bahkan rating positif yang diberikan, bisa bertahan hingga sekarang. Hebatnya, film ini merupakan hasil besutan sineas debutan, sekaligus satu-satunya sineas wanita di negara tersebut.
Wajda (Waad Mohammed) adalah seorang gadis berusia 10 tahun yang tinggal di pusat kota Riyadh. Ia punya impian untuk memiliki satu unit sepeda berwarna hijau yang menghiasi etalase sebuah toko yang selalu ia lewati setiap hari dalam perjalanannya menuju ke sekolah. Ia juga ingin berkompetisi dengan teman baiknya, Abdullah, anak laki-laki sebayanya yang menjadi tetangganya. Permasalahannya mengendarai sepeda adalah hal yang sama sekali tidak lazim bagi kaum hawa, dan sudah barang tentu sang ibu menolak untuk membelikan sepeda bagi putrinya.
Terlebih, di waktu yang bersamaan, perhatian sang ibu tengah terbagi untuk meyakinkan sang suami tercinta agar mau mengurungkan niatnya untuk mengambil istri kedua, saat Wadjda mencoba mencari penghasilan sendiri secara serabutan dengan berbagai cara di lingkungan sekolahnya. Setelah sempat beberapa kali berurusan dengan kepala sekolah yang kaku mengenai aturan sekolah, Wadjda memutuskan berpartisipasi menjadi peserta lomba menghafal Qur’an, dengan hadiah uang senilai 1000 real, yang memungkinkannya sebagai jalan tepat untuk mampu merealisasikan keinginannya.
Berusaha keras, upaya Wadjda dalam mengingat ayat demi ayat membuat sang guru terkesan. Namun, ketika Wadjda berhasil menjadi pemenang, ia mengejutkan pihak penyelenggara ketika mengemukakan apa yang akan dilakukan dengan uang hadiah tersebut. Namun, pada akhirnya uang tersebut didonasikan pada rakyat Palestina atas namanya. Lalu, apakah yang nanti bakalan terjadi selanjutnya? Apakah sang gadis bisa mendapatkan sepeda yang ia idam-idamkan? Sudah barang tentu jawabannya hanya akan ada di penghujung kisah film drama asal negeri minyak ini.
Film ini merupakan hasil garapan Haifa Al-Mansour sineas wanita pertama di Arab. Lewat eksekusinya sang sineas berhasil menyajikan drama keluarga yang sangat menggelitik mengenai seorang gadis kecil yang pantang menyerah melakukan berbagai usaha guna mewujudkan impiannya.
Hasilnya, film yang diakui sang sineas diinspirasi dari film-film neorealist seperti Bicycle Thieves, Offside, The 400 Blows maupun Rosetta ini berbuah sangat manis, di mana film ini sukses meraih banyak penghargaan di berbagai ajang festival film internasional. Tidak hanya itu saja, Wadjda juga terpilih menjadi utusan Arab Saudi untuk berlaga sebagai calon kandidat peraih nominator kategori Film Berbahasa Asing Terbaik di ajang Oscar-86 di tahun 2014, sekaligus menjadi kali pertama keikut sertaan negara tersebut di ajang bergengsi itu. Meski tidak berhasil masuk daftar nominasi, Wadjda berhasil menjadi Best Foreign Film di ajang BAFTA pada tahun yang sama.
Wadjda bisa disaksikan secara streaming di Netflix.
Starring:Waad Mohammed, Reem Abdullah, Abdulrahman al-Guhani
Directed by: Haifa Al-Mansour
Runtime: 98 minutes
Language:Arabic
Originally released: 2012