Industri perfilman Indonesia kembali bangkit dan saat ini tengah berada dalam masa keemasannya setelah sempat mengalami keterpurukan selama beberapa tahun terakhir. Sebagai institusi pendidikan yang up to date dengan perkembangan, Desain Komunikasi Visual Universitas Pelita Harapan (DKV UPH) berinisiatif untuk membekali mahasiswanya tidak hanya dengan teori dan konsep di kelas, tetapi juga secara praktikal melalui sharing pengalaman dari ahlinya.
Kali ini tidak main-main, UPH membahas dunia perfilman bersama salah satu sutradara kebanggaan Indonesia, Joko Anwar. Acara ini merupakan lanjutan dari inisiasi Hewlett-Packard (HP) bersama Brilio.net dalam rangkaian kegiatan HP Goes to Campus untuk program Mentorship Project, yang berlangsung pada 7 Oktober 2019, di Kampus UPH Lippo Village, Karawaci, Tangrang.
“Saat ini industri perfilman Indonesia sedang dalam masa keemasannya karena adanya peningkatan dari segi komersil dan kualitas film. Tahun lalu, penjualan tiket fim Indonesia berhasil menyentuh angka 51 juta, dan pada tahun ini sedang menuju angka yang sama, bahkan bisa lebih”, jelas Joko Anwar.
Dalam paparan materinya, Joko Anwar secara langsung menceritakan dunia perfilman, memberikan insight tentang berbagai profesi dalam industri film, dan yang paling menarik menjelaskan tahapan yang penting untuk dilakukan dalam membuat film.
“Film selalu diawali dengan penulisan skenario. Penulisan skenario ini sangat penting karena skenario dianggap sebagai pondasi dari film tersebut. Sebelum penulisan skenario, saya biasanya melakukan sebuah permainan yang disebut what if dimana saya akan berimajinasi tentang suatu hal. Dari what if tersebut, akan saya tuangkan ke dalam bentuk tulisan skenario yang diawali dengan sinopsis”, ujar Joko Anwar.
Tidak kalah pentingnya, tahapan casting juga merupakan hal yang krusial dalam pembuatan film bagi Joko Anwar. Dia menegaskan saat tahapan casting, tidak seperti casting secara umum, dia tidak memberikan naskah kepada para cast agar dia mengetahui kemampuan dan keberanian yang dimiliki para cast.
“Di Indonesia sendiri, film akan dianggap menarik ketika karakter yang ada pada film mengandung salah satu dari lima unsur penting yang terdiri dari agama, politik, seni, cinta, dan seks”, tambah Joko Anwar.
Di akhir paparannya, Joko Anwar berharap kepada generasi muda, khususnya mahasiswa UPH agar dapat berperan dalam dunia perfilman Indonesia dengan mempelajari terlebih dahulu ilmu-ilmunya yang dapat digunakan untuk membuat film.
“Minimal dalam waktu 2 tahun kalian sudah kerja dalam industri film, bahkan sudah memilki karya yang bisa tayang baik di bioskop lokal maupun internasional. Jadi, jangan ragu karena sekarang ini merupakan waktu yang tepat untuk terjun dalam industri film”, pesan Joko Anwar.
HP Goes to Campus ini dilanjutkan dengan kompetisi musik dan film yang ditujukan untuk mengembangkan potensi mahasiswa di bidang perfilman. Nantinya akan dilipih 5 finalis dari masing-masing kategori. Dan pemenangnya akan mendapatkan uang tunai, produk HP, dan akan mendapatkan mentoring selama 2 hari dari Joko Anwar untuk film, dan Eka Gustiwana untuk musik.
Sebelumnya program HP Goes to Campus ini juga sudah pernah hadir di UPH pada Febuari 2019 dengan menghadirkan photographer kawakan yaitu Nicoline Patricia. Melalui kegiatan ini diharapkan mahasiswa UPH semakin terpapar dengan tren industri di bidang komunikasi visual yang ada di Indonesia juga aktif mengikuti kompetisi guna mengembangkan potensi. (na)