Film Kucumbu Tubuh Indahku (Memories of My Body), disutradarai oleh Garin Nugroho, telah dipilih untuk mewakili Indonesia dalam fase pemilihan nominasi Academy Awards untuk kategori Best Foreign Language Film category.
Ketua Komite Seleksi Film Indonesia (KSFI) Christine Hakim mengatakan film itu dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan. “Kami dengan suara bulat memilih film ini, karena kami melihatnya sebagai karya yang lengkap,” kata Christine pada konferensi pers pada hari Selasa, seperti dikutip oleh kompas.com.
Film ini dipilih karena berkomunikasi dengan bahasa rasa. “Ini di luar kebiasaan,” tambah Christine yang juga dikenal sebagai aktris veteran tanah air. “Idiom di Indonesia berlimpah, dan film ini memperkenalkan budaya kita yang kaya bersama dengan pesan kuatnya.”
KSFI didirikan oleh Asosiasi Produsen Film Indonesia (PPFI), yang telah ditunjuk oleh Akademi untuk memilih satu film untuk mewakili Indonesia di Oscar. Produser Sheila Timothy bertindak sebagai sekretaris, dan anggota termasuk aktor Reza Rahadian dan Mathias Muchus, sutradara / aktris Lola Amaria, produser Adisurya Abdy dan sutradara musik Thoersi Argeswara.
Memories of My Body perdana di Indonesia pada Desember lalu di 13 Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF). Sebelumnya, film itu diputar di kantor pusat UNESCO di Paris pada 13 Desember setelah memenangkan Penghargaan Keragaman Budaya Asia Pacific Screen Awards (APSA) 2018.
Film ini mengisahkan tentang seorang penari lengger muda yang memperolehpendewasaan di tengah norma-norma sosial Indonesia dan mengeksplorasi sifat maskulinitas.
Pada bulan April dan Mei, film ini dilarang di beberapa kota, seperti Padang, Palembang dan Depok. Pemerintah Depok di Jawa Barat mengklaim film itu berisi “tindakan seksual dan penistaan yang menyimpang”.
Sebuah petisi online bahkan menyerukan boikot publik, Garin pun menanggapi dengan mengatakan bahwa itu adalah bukti bahwa media sosial telah menjadi media “penilaian massa dan anarki”.
Di halaman Instagram-nya, ia menulis: “Anarki massa semacam ini hanya mematikan pemikiran terbuka dan merusak integritas artistik.
Menambah kontroversi, Front Pembela Islam (FPI) menuntut agar pemutaran Memories of My Body di Semarang, Jawa Tengah, pada hari Minggu dibatalkan karena unsur LGBT dalam film tersebut. Setelah satu jam protes dan upaya mediasi, pemutaran film berjalan sesuai jadwal – lengkap dengan kawalan polisi.
Garin, yang hadir saat itu, mengatakan bahwa, meskipun ia menghargai kritik, ia menolak boikot. “Film ini telah melalui proses sensor, dengan anggota dewan mewakili elemen-elemen lembaga publik dan keagamaan,” katanya. “Festival Kota Tua Semarang [yang memutarkan film] didukung oleh pemerintah Semarang, dan kami memiliki izin dari polisi setempat.”
Penyelenggara Erma Yuliati mengatakan film tersebut telah dipilih karena nilai budayanya. “Ini mengajarkan sifat-sifat humanistik yang bermanfaat dalam menghadapi masalah sosial di Indonesia,” katanya.