Setelah menanti kurang lebih dua tahun lamanya, akhirnya cerita hidup seorang yang dikatakan dewa pun berlanjut. Ya, salah satu ikon ternama DC Comic (Superman) berada dalam satu layar bersama ikon lainnya, Batman dan Wonderwoman dalam film berjudul Batman v Superman : Dawn of Justice. Saat film ini dirilis, film ini memiliki kontroversi yang hebat, tak hanya dua superhero tersebut saja yang terlibat perkelahian, namun penikmat film pun terlibat “perkelahian” dengan penikmat film lainnya, jika dilihat dari komentar dan kritiknya yang berbeda. Di satu sisi film ini dikatakan buruk seperti komentar dan rating yang diberikan oleh Rotten Tomatoes dan di sisi lain film ini dikatakan sangat luar biasa, tak heran jika film ini terus mematahkan rekor sebagai salah satu film dengan pemasukan besar.
Film ini diawali dengan kisah klasik, ketika seorang Bruce Wayne muda kehilangan orang tuanya yang meninggal saat terjadi perampokan. Alur cerita kemudian melompat jauh menceritakan kota metropolis yang hancur saat terjadi perkelahian dua makhluk krypton (Superman dan jendral Zod) yang diceritakan pada film Man of Steel. Saat itu Bruce dewasa (diperankan oleh Ben Affleck) merasa tidak adil, ada makhluk luar angkasa yaitu Superman (diperankan oleh Henry Cavill), yang menyebabkan kehancuran kota. Akan tetapi monumen dibuat di tengah kota Metropolis untuk menghargai Superman yang dianggap sebagai dewa penyelamat.
Batman sebagai identitas rahasia Bruce Wayne merupakan superhero kota Gotham. Namun cara yang ia lakukan untuk memberantas kejahatan di kota Gotham, berbeda dengan Superman. Batman memberantas musuhnya dengan cara yang keras dan brutal. Hal ini menarik perhatian Superman untuk memperingati Batman agar menghentikan aksinya. Perbedaan pandangan inilah yang menjadikan alasan terjadinya perkelahian diantara keduanya.
Mengetahui hal tersebut, Lex Luthor yang diperankan oleh Jesse Eisenberg, mengadu domba dua tokoh tersebut dengan kelicikannya. Lex “menyetir” Superman untuk membunuh Batman dan memanfaatkan kebencian Bruce Wayne terhadap Superman, sehingga terjadilah perkelahian hebat. Jesse Eisenberg memerankan tokoh Lex dengan sangat baik, bahkan komentar penikmat film lebih banyak yang memberikan sanjungan ketimbang kritikian. Hal ini seolah menepis anggapan bahwa Jesse Eisenberg akan gagal memerankan tokoh Lex Luthor.
Begitupun dengan komentar tentang Ben Affleck. Sebelum film dibuat, fans terpecah menjadi dua kubu yang mendukung dan menolak Ben Affleck sebagai Batman. Bahkan fans yang menolak, sampai memboikot WB dan DC Comic untuk mengeluarkan Ben Affleck dari cast list. Sama halnya dengan yang dilakukan Jesse Eisenberg, Ben Affleck ternyata berhasil meruntuhkan komentar buruk fans dengan memerankan tokoh Batman dengan sangat brilliant.
Perkelahian Batman dan Superman terjadi di Wayne Manor di kota Gotham. Tidak hanya itu, dengan kemunculan Doomsday yang diprakarsai oleh Lex Luthor kemudian membawa perkelahian hingga ke Metropolis dan bahkan ke luar angkasa. Tidak berhenti di luar angkasa, perkelahian ini berlanjut hingga ke luar film dengan “perkelahian” di kalangan audience dan pengkritik. Perkelahian disini tentu bukan kontak fisik, namun perdebatan pandangan mengenai film tersebut.
Perdebatan pertama terjadi pada 40-50 menit pertama. Alur cerita yang diceritakan di Batman v Superman tidak seperti film superhero lainnya. Alur cerita yang tidak linear dan dibangun dengan plot yang tidak sederhana membuat banyak orang bingung, mau dibawa kemana arah film ini. Penikmat film yang tergolong casual movigoers atau awam terhadap kisah DC akan merasa bosan dan akan merasa cerita ini buruk, materi yang disampaikan terlalu padat dan akan menyesatkan Anda di dalam kebingungan alur cerita. Namun jika Anda penikmat film yang fokus akan ceritanya atau Anda seorang penikmat film yang tahu kisah DC, alur yang disajikan sebenarnya seperti puzzle yang akan mind blowing ketika dirangkai dengan baik.
Zack Snyder sebagai director mengklaim dirinya sebagai seorang pecinta komik. Alasan itulah yang membuat film ini dibuat sesuai dengan sudut pandang pecinta komik. Tak ayal film ini dijadikan sebagai The Best Comic Book Accurate Movie oleh fanboys DC. Meski demikian, ia tetap tidak melupakan Grounded Reality Approach yang ditunjukkan dengan Superman yang tidak tunduk dan bertanggungjawab kepada pemerintah US serta aksinya yang dirasa menyalahi paham demokrasi menurut pemerintah US. Namun hal tersebut menjadi bumerang untuknya. Kritikan muncul satu persatu mengatakan buruknya film ini serta ketidakjelasan alasan mengapa, siapa dan bagaimana suatu kejadian di dalam film tersebut terjadi. Penyebabnya adalah karena tidak semua penonton adalah pecinta komik yang mengikuti cerita komik DC.
Memang seharusnya sebuah film yang akan dinikmati oleh seluruh kalangan, memiliki sifat yang lebih netral. Meskipun sebenarnya, film ini akan dapat lebih dirasa mudah dimengerti jika penonton awam menonton film Man of Steel sebelumnya. Tak perlu mengkhawatirkan komentar buruk dari penikmat film tersebut. Terlepas dari komentar buruk yang dituai oleh film ini, film ini adalah film yang bagus untuk ditonton, tak salah jika film ini disemati label film yang paling di nantikan di tahun ini.
Persis dengan director film yang sama dengan Man of Steel, penulis naskah dari film ini pun masih sama yaitu David S Goyer. Kekurangan dari naskah David adalah dialognya yang emotionless dan humourless. Sehingga WB dan DC menambahkan Chris Terrio ke dalam proyek ini. Hasilnya pun mengalami kemajuan, seperti terdapat dialog yang menunjukkan emosi dan humor dari dialog para tokohnya. Untuk sektor backsound pun masih sama dengan film Man of Steel, seorang Hans Zimmer memberikan sentuhan maestro musik di dalamnya. Dan ditambah sentuhan dari Junkie XL membuat penikmat film ini ikut merasakan suasana yang dimiliki cerita, tak ayal penikmat film banyak yang berkomentar baik ketika backsound kedatangan Wonder woman (diperankan oleh Gal Gadot) dilantunkan.
So, ingin menjadi bagian dari pertempuran film ini? Atau hanya ingin menunggu pertempuran ini selesai begitu saja?