Film Batman vs Superman -selanjutnya disingkat BvS- menjadi sebuah fenomena yang sangat dinanti bagi para penggemar DC. Batman dan Superman sendiri adalah ikon Superhero paling populer didunia, bahkan jika dibandingkan The Avengers sekalipun. Banyak Keraguan yang saya rasakan sebelum film ini rilis, mulai dari trailer yang kelewatan spoiler sampai kapasistas Zack Snyder dalam mengolah film -Man of Steel contoh kegagalan snyder-. Namun dengan semua keraguan tersebut saya tetap terbawahype semua orang untuk segera menonton BvS. Bioskop yang saya datangi penuh sesak dewasa hingga anak anak yang mungkin belum bisa membaca dengan lancar. Akankah film memuaskan saya selaku penikmat film biasa, tanpa embel embel ketenaran Batman dan Superman.
BvS melanjutkan kisah Man of Steel, dikisahkan Bruce Wayne (Ben Affleck) merasakan adanya ancaman atas keberadaan superman (Henry Cavill). Dengan kekuatan Superman yang luarbiasa dan kekacauan yang telah dibuatnya bersama ras aliennya membuat Batman melakukan penyelidikan untuk menemukan kelemahan Superman. Kondisi Bumi Pasca kisah Man of Steel pun terbagi menjadi dua, dimana ada yang meyakini bahwa Superman adalah sosok penyelamat yang diturunkan ke bumi, dan ada yang berpikiran bahwa Superman adalah sebuah ancaman.Sementara itu Lex Luthor (Jesse Eisenberg) sedang membuat rencana besar untuk mengalahkan Superman -kurang begitu jelas apa motivasi Lex Luthor membenci Superman-.
Banyak keraguan ketika tahu bahwa BvS adalah sebuah pintu untuk membuka DC Universe, yang menyebabkan film ini penuh sesak dan nyaris kehilangan arah. Saya membagi part film ini menjadi dua, Paruh pertama memang menjadi kelemahan BvS. Kelemahannya lebih disebabkan Snyder tidak mampu menghantarkan cerita drama dengan baik -saya bahkan hampir ketiduran-. Paruh pertama yang nyaris tidak ada action sungguh membosankan, pacing yang random tidak karuan hampir membuat sayavertigo. Kegagalan MoS dalam hal bercerita kembali terulang di BvS. Motivasi Batman untuk menghajar Superman tidak tergali, begitu pula dari sisi Superman. Lex Luthor pun kurang tergali motivasinya dan entah kenapa saya malah merasakan aura Joker di acting Jesse. Terlalu banyak adegan yang konyol dan hanya lewat tanpa meninggalkan kesan dan terlalu banyak dialog yang konyol. Semua kegagalan ini membuat saya memberi nilai merah untuk paruh pertama kepada penulis naskah dan Sutradara.
Paruh kedua benar benar menjadi penyelamat, sekali lagi Snyder membuktikan bahwa keunggulannya adalah dari Action, terbukti babak klimaks film ini epic sekali meski tetap ada adegan dan dialog konyol. Kemunculan paling Badass adalah Wonder Woman, diluar dugaan dialah yang justru mencuri perhatian di film ini. Kemunculan Wonder Woman di babak klimaks dibantu dengan dorongan scoring “Is She With You?” sangat keren. Porsi yang diberikan berpengaruh kepada kerennya Wonder Woman di setiap kemunculannya. Moment paling epik adalah ketika Wonder Woman terjatuh lalu tersenyum -seolah berkata bahwa ini menyenangkan- . Gal Gadot berhasil membuktikan bahwa dia pantas memerankan Wonder Woman, bahkan nampak tangguh ketika tidak berkostum Wonder Woman sekalipun -Film solo Wonder Woman jadi masuk list film harus ditonton-.
BvS menjadi film yang kurang dari segi cerita dan cara bertuturnya, sedangkan action sangat epik. Namun karena film adalah satu kesatuan, sehingga jika salah satu aspek kurang baik berpengaruh terhadap nilai keseluruhannya. BvS mungkin akan jadi film terbaik bagi para DC fans, namun saya sebagai penonton netral merasakan jika film ini punya banyak plot hole, mungkin akan terobati jika extended version sudah dirilis. BvS terselamatkan dengan baik oleh kemunculan karakter Justice League yang unik, terutama The Flash. Kemunculan mereka membuat saya menantikan DC Universe dan berharap filmnya bisa lebih baik dalam bertutur, sehingga tidak hanya DC fans yang terpuaskan, namun saya selaku penonton netral. Mari kita nantikan film solo Wonder Woman dan Suicide Squad, semoga berakhir memuaskan.