Review Batman Vs Superman Dawn Of Justice: Ekspektasi Yang Tidak Sesuai Realita
Setelah diumumkan pada San Diego Comic Con pada 2013 lalu, banyak penonton sudah tak sabar menyaksikan bagaimana pertempuran antara 2 superhero ternama ini. Apalagi saat teaser trailernya dirilis pada Agustus 2015 lalu hingga trailer terakhir pada bulan Februari 2016, hype yang dihasilkan sudah begitu tinggi sekali, hingga hanya empat kata yang cocok untuk menggambarkan film ini: Its gonna be awesome!
Dan setelah 3 tahun menanti, akhirnya pada tanggal 23 Maret 2016 kemarin, film ini resmi tayang di Indonesia.
So, apakah BvS ini mampu menjawab harapan pecinta film di tanah air? Ataukah film ini justru mengecewakan?
Secara garis besar BvS mengisahkan tentang dampak pertempuran antara Superman (Henry Cavill) dengan jenderal Zod (Michael Shannon) pada Man of Steel 2013 lalu. Pada pertempuran itu, sebuah gedung milik Bruce Wayne (Ben Affleck) rusak parah dan membunuh beberapa karyawan yang dianggapnya keluarga. Saat itulah Bruce Wayne mulai membenci Superman dan juga beberapa orang mulai mempertanyakan, apakah yang dilakukan Superman ini benar atau tidak. Situasi rumit ini dimanfaatkan oleh seorang pengusaha dan ilmuwan licik bernama Lex Luthor (Jesse Eisenberg) untuk mengalahkan Superman. Ia mengatur beberapa rencana jahat untuk mempersalahkan Superman dan terutama untuk mengatur pertempuran antara Batman dan Superman itu sendiri. Jadi apakah rencana itu berhasil? Sipakah yang akan menang? Batman atau Superman? Dan apa rencana yang dimiliki Lex Luthor dibalik pertempuran itu?
Itulah gambaran konflik yang tersaji dalam film berdurasi 151 menit ini. Durasi yang kurang lebih sama dengan pendahulunya, yaitu Man of Steel. Namun bedanya, 151 menit di Man of Steel masih jauh lebih menyenangkan daripada BvS ini. Hal ini dikarenakan banyaknya kekurangan di film ini.
Mulai dari alur cerita yang kurang fokus. Fokus utama yang seharusnya konflik antara Batman dengan Superman, malah melenceng ke isu lain yaitu apakah yang dilakukan Superman untuk menyelamatkan dunia ini sudah benar? Karena justru pada saat menyelamatkan dunia, Superman dengan tidak sengaja telah membunuh banyak orang akibat pertempurannya di Man of Steel. Isu ini begitu memakan durasi sehingga nyaris melupakan konflik antara Batman dengan Superman. Dan ini mengakibatkan pertempuran antara Batman dan Superman terasa kurang emosional. Di satu sisi akibat pembahasan isu Superman itu membuat dialog antar karakter terasa minim, sehingga kita tidak bisa menyaksikan perkembangan chemistry antar karakter seperti yang umum terjadi pada film sekuel.
Untuk urusan adegan action, yang mengherankan, film ini justru minim action, berbeda 180 derajat dengan trailernya. Kalau ada pun, semuanya berdurasi singkat. Pertempuran yang ditunggu-tunggu antara Batman dengan Superman pun berjalan lambat, membosankan dan jauh dari kesan seru. Padahal seharusnya pertempuran dua karakter ternama di jagat komik ini bisa dibuat lebih seru lagi. Pertempuran terakhir dengan Doomsday pun juga sama. Doomsday yang memiliki kekuatan yang lebih mengerikan daripada jenderal Zod (musuh di Man of Steel), juga tak mampu menghadirkan pertempuran yang seru.
Terlepas dari kekurangan-kekurangan tersebut, akting para pemain dalam film ini patut diacungi jempol. Ben Affleck yang sempat diragukan dalam memainkan Batman, ternyata mampu membawa Batman menjadi sosok yang brutal dan serius. Pemilihan Gal Gadot menjadi Wonder Woman juga tepat sekali. Akting dan perawakannya mampu menghidupkan sosok Wonder Woman yang seksi namun tangguh. Selain itu scoring yang dibuat oleh Hans Zimmer juga mampu membuat emosi kita kian tergugah.
Overall film ini sama sekali tidak menjawab harapan kita akan pertempuran epic Batman vs Superman. Terlalu banyak kekurangan disana-sini, sehingga kita merasa bosan melihatnya. Padahal film ini dibuat untuk menjadi pijakan bagi DC Universe selanjutnya. Semoga film ini menjadi peringatan bagi Warner Bros dan DC agar segera berbenah diri apabila masih ingin bersaing dengan Marvel.
Rating: 5/10